Anda di halaman 1dari 6

Nama : Satria Maulana Putrandia

NIM : 152200035

Kelas : B

Prodi : Ilmu Administrasi Bisnis

1. Politik adalah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan
mewujudkan kebaikan bersama yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat dalam bentuk
perumusan, pelaksanaan kebijakan umum serta mempertahankan sumber-sumber yang dianggap
penting.

2. a) Sebagian orang mengatakan kepentingan umum merupakan tujuan-tujuan moral atau nilai-
nilai ideal yang bersifat abstrak, seperti keadilan, kebajikan, kebahagiaan; dan kebenaran.
Sebagian lagi merumuskan kepentingan umum sebagai keinginan orang banyak sehingga mereka
membedakan general will (keinginan orang banyak atau kepentingan umum) dari will of all l
(keinginan banyak orang atau kumpulan keinginan banyak orang). Sementara itu, ada yang
merumuskan kepentingan umum sebagai keinginan golongan mayoritas. Ilmuwan politik
kontemporer, Samuel P. Huntington melukiskan kepentingan umum secara singkat sebagai
kepentingan pemerintah karena lembaga pemerintahan dibentuk untuk menyelenggarakan
kebaikan bersama.

b) Berupa penekanan yang diberikan pada "apa yang seharusnya" dicapai demi kebaikan
bersama seluruh warga negara polis dan "dengan cara apa sebaiknya" tujuan-tujuan itu dicapai.
Dengan kata lain, pandangan klasik lebih menekankan aspek filosofis (idea dan etik) daripada
aspek politik.

c) Yang harus menafsirkan suatu urusan merupakan kebaikan bersama atau tidak adalah
penguasa atau pemerintah serta masyarakat yang mendukungnya.

3. Karena kajian politik ya negara itu sendiri. Politik adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat masyarakat dan relasinya. Itu bisa ditemukan dalam sebuah negara. Pemerintah adalah
bagian dari negara. Politik yang menjadi opositor pemerintah adalah bagian kecil dari makna
politik. Politik itu holistic dan komprehensif. Ilmuwan politik tidak lagi memandang negara
sekadar arena persaingan kepentingan di antara berbagai kepentingan dalam masyarakat, tetapi
juga sebagai lembaga yang memiliki otonomi (terlepas dari pengaruh masyarakat), dan memiliki
kemampuan (yang melaksanakan kebijaksanaan yang dibuat sendiri). Negara dilihat sebagai
lembaga yang memiliki kepentingan yang berbeda dari berbagai kepentingan yang bersaingan
atau bertentangan dalam masyarakat. Pandangan ini disebut juga sebagai statist perspective
(perspektif negara).

4. a) kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku
sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi. Kekuasaan dilihat .sebagai interaksi antara pihak
yang mempengaruhi dan dipengaruhi, atau yang satu mempengaruhi dan yang lain mematuhi.
Menurut Max Weber, mendefinisikan kekuasaan sebagai peluang atau sarana bagi seseorang
individu untuk dapat mencapai keinginannya sendiri bahkan sekalipun harus menghadapi
perlawanan dari orang lain dalam hubungan sosialnya.

b) Yang termasuk dalam .kategori sumber kekuasaan ialah sarana paksaan fisik, kekayaan dan
harta benda (ekoliomi), normatif, jabatan, keahlian, informasi, status sosial, popularitas pribadi,.
dan ·massa yang terorganisasi.

Sumber kekuasaan dapat juga berupa kekayaan. Misalnya seorang pengusaha kaya mempunyai
kekuasaan atas seorang politikus atau seorang bawahan yang mempunyai utang yang belum
dibayar kembali. Kekuasaan dapat pula bersumber pada kepercayaan atau agama. Dibanyak
tempat alim ulama mempunyai kekuasaan terhadap umatnya, sehingga mereka dianggap sebagai
pemimpin informal yang perlu diperhitungkan dalam proses pembuatan keputusan di tempat itu.

Kekuasaan Penghargaan/Imbalan (reward power), terjadi bila seseorang memiliki


kemampuan untuk memberi imbalan pada orang lain.

Kekuasaan Paksaan (coercive power), yang didasarkan pada kemampuan pemberi pengaruh


untuk menghukum penerima pengaruh kalau tidak bisa memenuhi permintaan merupakan sisi
negatif dari kekuasaan imbalan. 
Kekuasaan Sah (legitimate power), terjadi bila bawahan atau yang menerima pengaruh
mengakui bahwa pemberi pengaruh mempunyai “hak” atau secara sah berhak untuk memberikan
pengaruh, dalam batas-batas tertentu.

Kekuasaaan Ahli (expert power), didasarkan pada pendapat atau kepercayaan bahwa pemberi
pengaruh mempunyai keahlian atau pengetahuan yang relevan yang tidak dimiliki oleh penerima
pengaruh.

Kekuasaan Referensi (referent power), yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu
kelompok, didasarkan pada keinginan penerima pengaruh untuk mengidentifikasilkan dirinya
dengan, atau meniru pemberi pengaruh.

c) Menurut Andrain, empat faktor yang biasanya dipertimbangkan oleh pemilik sumber
kekuasaan dalam menggunakan sumber untuk mempengaruhi proses politik

- Kuatnya motivasi untuk mencapai tujuan tertentu,

- Harapan akan keberhasilan mencapai 1 tujuan

- Persepsi mengenai biaya dan

- Risiko yang timbul dalam mencapai tujuan dan pengetahuan mengenai cara-cara mencapai
tujuan tersebut.

Setidak-tidaknya ada tiga pilihan bagi setiap orang atau kelompok dalam menggunakan sumber
kekayaan. Pertama, menggunakan sumber itu ke dalam kegiatan nonpolitik, seperti berbelanja,
memberikan sumbangan kepada yayasan sosial, membantu orang yang tak mampu dan
memberikan sumbangan kemanusiaan lainnya. Kedua, menginvestasikan sumber itu ke bank dan
dunia usaha (perdagangan, industri dan jasa) atau membeli rumah, tanah, dan barang-barang
berharga {misalnya emas). Ketiga, menggunaka:ri sumber itu untuk mempengaruhi proses
politik baik dalam hal menjagokan calon tertentu sebagai pemimpin politik dan pemerintahan
maupun dalam hal memperjuangkan kebijakan tertertu yang menguntungkan.

5. Pertama, hak memerintah berasal dari tradisi. Artinya, kepercayaan yang telah berakar
dipelihara secara terus menerus dalam masyarakat. Kepercayaan yang mengakar ini berwujud
keyakinan. Bahwa yang ditakdirkan menjadi pemimpin masyarakat ialah dari keluarga tertentu
dan yang dianggap memiliki darah biru. Misalnya saja di Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono
IX memiliki kewenangan karena tradisi dari Sultan sebelumnya.

Kedua, hak memerintah berasal dari Tuhan, Dewa atau Wahyu. Atas dasar itu, hak
memerintah dianggap bersifat sakral. Orang yang berkuasa berusaha menunjukkan pada
khalayak, kewenangannya memerintah masyarakat berasal dari kekuatan yang sakral. Contohnya
di Jawa masih terdapat kepercayaan di antara sebagian masyarakat bahwa kewenangan raja atau
presiden (yang dianggap raja) berasal dari Wahyu cakraningrat.

Ketiga, hak memerintah berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin baik penampilannya
yang agung dan diri pribadinya yang populer maupun karena memiliki kharisma, Seorang
pemimpin yang kharismatis ialah seorang yang memiliki kualitas pribadi sebab mendapat
"anugerah istimewa" dari kekuatan supernatural sehingga menimbulkan pesona dan daya tarik
bagi anggota masyarakat. Contohnya Bung Karno memiliki kharisma karena penampilan dan
kemampuan retorikanya yang baik.

Keempat, hak memerintah masyarakat berasal dari peraturan perundang-undangan yang


mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin pemerintahan. Misal dalam UUD 1945
mengatur bagaimana syarat menjadi presiden RI.

Kellima, hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental seperti keahlian
dan kekayaan. Kekayaan yang dimaksud misalnya surat-surat berharga, kepemilikan uang dan
tanah.

6. Disebabkan karena umur/usia manusia yang terbatas, kemampuan dan kearifan manusia juga
terbatas. Kemudian juga semakin lama seseorang menjabat atau memiliki kekuasaan semakin dia
merasa jabatan tersebut milik pribadinya hingga menjadi otoriter. Akibatnya saat melaksanakan
jabatan tersebut bukan semakin bijak/kreatif tetapi semakin menyalahgunakan jabatan tersebut
untuk kelompoknya. Oleh karena itu, estafet kepemimpinan sangat diharuskan, perihal berapa
lama seseorang bisa menjabat sangat bervariasi tergantung jenis jabatan dan sistem politiknya.
Untuk peralihan kewenangan bisa dari turun-temurun, paksaan, dan pemilihan.

7. Menurut Paul Conn, secara umum terdapat tiga cara peralihan kewenangan, yakni secara
turun-temurun, pemilihan, dan paksaan.
Turun-temurun ialah jabatan dan kewenangan dialihkan kepada keturunan atau keluarga
pemegang jabatan terdahulu. Hal ini terjadi dalaln sistem politik otokrasi tradisional, seperti
kerajaan dan kesultanan. Misalnya dalam kesultanan Yogyakarta, peralihan kewenangan dari
Sultan Hamengkubuwono I hingga Sultan Hamengkubuwono X dan seterusnya dilakukan turun-
temurun.

Pemilihan adalah dapat dilakukan secara langsung melalui badan perwakilan rakyat. Hal ini
dipraktekkan dalam sistem politik demokrasi, seperti negara Republik Indonesia ini sejak tahun
2004-saat ini menerapkan estafet kepemimpinan secara langsung melalui voting sehingga rakyat
bisa langsung turut serta menggunakan haknya untuk menentukan pemimpin yang akan
mengemban amanah.

Paksaan adalah jabatan dan kewenangan terpaksa dialihkan kepada orang atau kelompok lain
tidak menurut prosedur yang sudah disepakati, melainkan dengan menggunakan kekerasan,
seperti revolusi dan kudeta, dan ancaman kekerasan (paksaan tak berdarah). Pada umumnya cara
semacam ini berlangsung dalam masyaiakat-negara yang sistem politiknya belum stabil.
Contohnya pada era orde baru ada demo agar Presdiden Soeharto turun secara paksa sebagai
bentuk reformasi karena juga pada saat tersebut kondisi ekonomi juga tidak stabil.

8. –Atas Dasar Privillege, SBY meniti karier di militer yang puncaknya menjadi panglima
komando angkatan darat. Jelas hal itu menjadi privilege sendiri dalam dunia perpolitikan
Indonesia yang masih didominasi oleh mantan perwira militer. Kemudian yang kedua adalah
SBY merupakan menantu dari Jenderal Purn. Sarwo Edhie Wibowo selaku komando militer
yang menjadi tangan kanan Presiden ke-2 yaitu Soeharto. Hal itu jelas, sebuah privilege
tersendiri bagi SBY terlebih dia juga masih memiliki trah dari Kesultanan Yogyakarta.

-Karier Politik, SBY bersua di dunia perpolitikan dimulai dengan bersamaan krisis nasional 1998
yang mengharuskan adanya siding istimewa MPR. SBY saat itu menjadi juru bicara dari pihak
ABRI. Saat moment itu, keterampilan politik praktis SBY mulai muncul hingga akhirnya dia
diangkat menjadi Meneteri pada masa presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati meskipun
pernah terkena reshuffle namun itu sudah menjadi nilai tambah untuk merintis legitimasi besar di
dunia perpolitikan. Kemudian puncaknya ketika dia diangkat menjadi ketua Partai Demokrat
dimana saat itu Partai Demokrat belum menjadi Partai superior namun perlahan berproses
menjadi partai besar di Indonesia. Setelah percaya diri dengan hasil suara partai demokrat dari
pemilu, SBY memantapkan mencalonkan sebagai presiden. Nah ini menjadi klimaks dari
perjalanan SBY di dunia politik. Berhasil menjadi presiden 2 kali periode sebagai hasil dari
legitimasi yang sudah diperjuangkan dan factor besar dibalik besarnya legitimasi SBY ketika
menjadi presiden adalah karir militer dan adanya penyokong dari purnawirawan yang memiliki
pengaruh besar juga. Sedangkan factor besar legitimasi setelah tidak menjadi presiden adalah
partainya yang tetap menjadi superiority party karena berhasil melakukan pengkaderan partainya
yang masih berpihak pada SBY.

Anda mungkin juga menyukai