Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGARUH KEKUASAAN TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL

Disusun Oleh:
Alvianda Chairofta | 00000082435
Arya Setiawan | 00000083123
Marcellino Melkianus Reda | 00000082284

FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA


UNIVERSITAS MULTIMEDIA
NUSANTARA TANGERANG
2023
A. Definisi dan Konsep Kekuasaan

Kekuasaan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok


untuk mempengaruhi tindakan atau keputusan orang lain. Dapat dikatakan bahwa mereka
yang memiliki kekuasaan memiliki tanggung jawab yang besar, karena tidak hanya
mempengaruhi manusia, tetapi juga mempengaruhi lingkungan.

Kekuasaan terdiri dari dua sifat, yaitu position power dan personal power. Position
power merupakan kekuasaan yang sudah dimiliki seseorang dalam suatu organisasi. Sifat
kekuasaan ini biasanya berada pada seseorang yang memegang jabatan dalam organisasi.
Dalam hal ini, jabatan yang dimaksud adalah seorang ketua, jika seseorang sudah menjabat
sebagai ketua, dia sudah memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengarahkan bawahannya.
Sedangkan personal power merupakan kekuasaan yang dimiliki seseorang dalam suatu
hubungan sosial. Dengan kata lain, orang tersebut sudah memiliki jabatan di masyarakat,
seperti jabatan RT, RW, kepala desa, dan lain sebagainya. Biasanya seseorang dengan
personal power sudah memiliki nama di komunitasnya. seseorang yang memiliki personal
power juga harus mampu memimpin anggota dalam komunitasnya untuk menciptakan
hubungan yang baik sama halnya seperti dalam sebuah organisasi.

Kekuasaan memiliki dua konsep yaitu konsep simetris dan konsep asimetris. Konsep
kekuasaan simetris dan asimetris merujuk pada tingkat kesetaraan atau ketidaksetaraan
kekuasaan antara individu atau kelompok dalam hubungan interpersonal. Kekuasaan simetris
terjadi ketika individu atau kelompok memiliki kekuasaan yang seimbang atau setara dalam
suatu hubungan. Dalam hubungan simetris, keputusan dan tindakan yang diambil adalah hasil
dari negosiasi, diskusi, dan kesepakatan bersama, dan tidak didominasi oleh satu pihak.
Kekuasaan simetris dapat mendorong kerja sama dan partisipasi aktif dari semua pihak dalam
hubungan.

Sebaliknya, kekuasaan asimetris terjadi ketika kekuasaan tidak seimbang dalam suatu
hubungan. Dalam hubungan asimetris, satu pihak memiliki kekuasaan yang lebih besar
daripada yang lain, dan dapat mempengaruhi keputusan dan tindakan yang diambil.
Kekuasaan asimetris dapat memicu konflik dan ketidakadilan, karena pihak yang memiliki
kekuasaan lebih besar dapat mengeksploitasi atau menindas pihak lain dalam hubungan.
Kekuasaan asimetris dapat berasal dari berbagai sumber, seperti perbedaan posisi atau
status sosial, sumber daya ekonomi, keahlian atau pengetahuan, atau ancaman kekerasan atau
kekuatan fisik. Dalam hubungan asimetris, pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar
seringkali mengendalikan sumber daya dan informasi, serta menentukan struktur dan
dinamika hubungan. Hal ini dapat membuat pihak yang lebih lemah merasa tidak berdaya dan
kehilangan kepercayaan diri, sehingga menghambat partisipasi aktif dan kerja sama dalam
hubungan.

Pemahaman mengenai konsep kekuasaan simetris dan asimetris dapat membantu kita
untuk memahami bagaimana kekuasaan bekerja dalam hubungan interpersonal dan
organisasi. Dalam hubungan yang sehat dan produktif, kekuasaan harus dibagi secara merata
antara semua pihak yang terlibat, dan tindakan serta keputusan harus diambil melalui proses
yang transparan, terbuka, dan inklusif.

Menurut pandangan French dan Raven (Thoha, 2010), mereka membagi sumber
kekuasaan menjadi lima, yaitu:
1. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan ini diakibatkan dari suatu keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin. Kekuasaan keahlian ini didasarkan pada pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu.
2. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power)
Seseorang dapat dikatakan memiliki kekuasaan legitimasi jika orang tersebut
memiliki jabatan tertentu. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki oleh seseorang maka
semakin besar pula kekuasaan atau pengaruh yang dimiliki oleh orang tersebut.
Seseorang yang memiliki kekuasaan legitimasi tinggi akan cenderung mempengaruhi orang
lain karena dia merasakan memiliki otoritas yang menyertai posisinya dalam organisasi.
3. Kekuasaan Referensi (Referent Power)
Kekuasaan referensi merupakan kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena
pemimpin tersebut memiliki karisma atau kepribadian yang menarik.
4. Kekuasaan Penghargaan (Reward Power)
Kekuasaan penghargaan adalah suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memberikan hadiah, penghargaan atau upah
kepada bawahannya sehingga dapat meningkatkan semangat kerja para bawahannya.
5. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan paksaan merupakan kekuasaan yang dimiliki seseorang karena orang
tersebut memiliki posisi yang kuat. seseorang yang memiliki kekuasaan paksaan akan
memberikan hukuman atas kinerja yang buruk dari bawahannya.

B. Teori dan Prinsi Kekuasaan “Power”


1. Some people are more powerful than others
Beberapa orang dilahirkan dengan power tertentu, namun beberapa orang tidak –
sehingga orang-orang yang terlahir dengan power (misal karena kekayaan, attractiveness,
tidak berpenyakit) akan memiliki power yang besar sedangkan mereka yang terlahir
sebaliknya dapat tidak mempunyai power. Beberapa orang bisa meraih power pada area
tertentu, sementara lainnya tidak. Power dalam hubungan dekat dapat melahirkan kekerasan
interpersonal.

2. Power can be shared


Pandangan pertama, individu akan meyakini bahwa power seharusnya dijaga –
sehingga ketika power dibagikan pada orang lain, maka ia akan kehilangan power yang
dimilikinya. Pandangan kedua, melalui upaya kita membagi power yang kita miliki (melalui
empowering others), maka sejatinya kita menumbuhkan power yang kita miliki. Ketika kita
memberdayakan orang lain (empowering), maka kita dapat meraih kontrol yang lebih besar
terhadap orang tersebut dan lingkungannya.

3. Power can be increased or decreased


Meskipun masing-masing individu mempunyai jumlah power yang berbeda-beda,
mereka dapat menaikkan (meningkatkan) power mereka . Menurunkan berat badan untuk
meningkatkan physical power. Mengasah teknik negosiasi untuk meningkatkan power dalam
negosiasi. Mempelajari prinsip komunikasi untuk meningkatkan persuasive power yang
dimiliki. Power dapat pula menurun – umumnya terjadi ketika kita membiarkan orang lain
mengontrol kita, serta kegagalan kita dalam mengontrol orang lain.

4. Power follows the principle of less interest


Dalam beberapa hubungan interpersonal, individu pemegang power adalah orang
yang less interested atau less dependent terhadap reward dan punishment yang dikontrol
partner mereka. A mempunyai power dalam sebuah hubungan sejauh ia tidak bergantung
pada rewards dan punishment di bawah kontrol B. Semakin seseorang membutuhkan sebuah
hubungan, semakin rendah power yang dimilikinya (dalam hubungan tersebut), demikian
pula sebaliknya. Individu yang dengan mudah mampu mengakhiri hubungan akan
mempunyai power yang lebih besar.

5. Power generates privilege


Ketika seseorang memegang power atas orang lain, maka ia cenderung dianggap
mempunyai privilege tertentu (umumnya dalam bentuk communication privilege). Pesan
nonverbal, power and privilege. Jarak (proxemics) – dekan dapat memasuki ruangan
staf/dosen dengan bebas, sementara staf maupun dosen setidaknya harus izin untuk
memasuki ruang dekan. Sentuhan (haptics) – individu dengan power lebih dianggap punya
privilege untuk menyentuh dibanding yang powerless (misal: dokter-pasien; status sosial
tinggi vs rendah.

6. Power has a cultural dimension


Pesan verbal dan power – orang dengan power lebih akan dapat ‘mengakhiri’
(menyimpulkan, memenangkan) diskusi ataupun debat – hadir sebagai privilege. Bentuk
privilege yang lain adalah individu dengan power lebih dapat ‘melanggar aturan’ sementara
bagi mereka dengan power rendah hal tsb tidak berlaku. Mahasiswa tidak boleh terlambat,
bagaimana dengan dosen?? Pejabat boleh terlambat untuk membuka acara, bagaimana
dengan peserta?.

“Power is the ability of one person to influence what another person thinks or does”

(DeVito, 2013)

Menurut De Vito hal terpenting yang perlu digaris bawahi tentang power adalah
“power is assymetrical” yang artinya jika seseorang mempunyai power yang lebih besar,
maka orang lainnya mempunyai power yang lebih kecil.
D. Kasus - kasus
Kekuasaan dapat memiliki pengaruh besar dalam hubungan interpersonal. Kekuasaan
dapat menjadi pengaruh dan memotivasi orang lain untuk melakukan hal-hal tertentu.
kekuasaan dapat digunakan secara positif dan juga negatif. Kekuasaan positif dapat
membangun hubungan interpersonal yang baik dan saling menghormati, sedangkan
kekuasaan yang negatif dapat merusak hubungan interpersonal dengan cara menciptakan
konflik dan perpecahan.
Kita dapat melihat beberapa contoh kasus pengaruh kekuasaan dalam hubungan
interpersonal dalam kehidupan sehari-hari seperti:

● Pengaruh kekuasaan dalam berbicara

Kekuasaan dapat mempengaruhi cara seseorang berbicara terhadap satu sama


lain, terutama dalam konteks hubungan hierarkis atau ketika seseorang memegang
posisi yang lebih tinggi atau lebih berkuasa. Seseorang yang memiliki kekuasaan
cenderung lebih percaya diri dan tegas dalam menyampaikan sesuatu, sehingga
bahasa yang digunakan cenderung kaku dan formal.

Kekuasaan juga dapat mempengaruhi isi pesan yang seseorang sampaikan.


apabila orang itu memiliki kekuasaan yang lebih tinggi, mereka cenderung berbicara
dengan cara yang lebih otoritatif dan memerintah, sehingga pesan yang disampaikan
dapat menjadi lebih persuasif dan memaksa.

Seseorang yang memiliki kekuasaan juga dapat mempengaruhi interaksi


komunikasi secara keseluruhan. Misalnya, mereka mungkin cenderung memotong
pembicaraan orang lain atau menegaskan pendapat mereka dengan cara yang lebih
kuat, sehingga pesan orang lain dapat diabaikan atau diabaikan.

Kekuasaan dapat membuat seseorang merasa lebih aman dalam


menyampaikan pendapat mereka, karena mereka memiliki perlindungan dan
dukungan dari posisi atau kelebihan yang mereka miliki. Namun, kekuasaan juga
dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman dalam berbicara atau menyampaikan
pendapat mereka karena takut terhadap kemungkinan konsekuensi atau resiko.
● Bullying

Meskipun tidak semua orang berkuasa itu memBully, tetapi rasa Berkuasa ini
seringkali memicu seseorang untuk menindas seseorang. Hal ini dapat disebabkan
karena seseorang yang berkuasa merasa lebih nyaman dalam mengekspresikan
perilaku yang tak dapat diterimanya kepada orang lain. Mereka percaya bahwa
mereka dapat menindas/mengintimidasi orang lain untuk menjaga kekuasaan mereka.
Ada beberapa alasan mengapa orang yang berkuasa cenderung menindas orang lain.

Gambar 1: Bullying (Sumber: hewata.com)

Seseorang yang suka memBully sering disebut sebagai orang “caper” atau
butuh pengakuan, hal ini sama juga dengan rasa takut untuk kehilangan kekuasaan.
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka ia merasa bahwa bully dapat membuatnya
merasa diakui.

Contoh kasus Bullying dalam lingkungan sekolah sangat sering terjadi. Seperti
contohnya pada kasus yang terjadi pada siswi di SMAN 1 Ciwidey, Kabupaten
Bandung yang diBully oleh teman sebayanya sampai tidak berdaya. Kasus tersebut
sempat menggemparkan jagat maya, dikarenakan kasus tersebut tersebar lewat sebuah
video. Dalam video tersebut tangan korban dipegang oleh seorang pelaku. Kemudian,
pelaku lainnya memukuli korban. Orang tua korban, Ati mengungkap bahwa ada
korban lainnya. Ati menyebut ada tiga korban perundungan dalam kejadian tersebut.
Ia mengatakan anaknya ini dipukuli oleh delapan orang temannya. Bahkan salah satu
pelaku sengaja merekam video anaknya dipukuli. Ati berharap para pelaku bisa
ditindak oleh sekolah. Pasalnya pihak sekolah belum melakukan tindakan apapun.
Kapolsek Ciwidey Iptu Anjar Maulana membenarkan bahwa telah terjadi
perundungan pada salah satu sekolah di ciwidey. Awalnya, kasus ini ditangani Polsek
Ciwidey. Kemudian, kasus dilimpahkan ke Unit Perlindungan, Perempuan dan Anak
(PPA) Polres Bandung. "Iya awalnya sudah (ditangani) dengan Bhabinkamtibmas
Polsek. Tapi kemarin ada permintaan keterangan tambahan oleh PPA Polresta
Bandung. Makanya sekarang ditangani PPA Polres Bandung," Tuturnya.

● Pengaruh kekuasaan dalam berpasangan

Dalam hubungan berpasangan, kekuasaan juga ikut berpengaruh. Kekuasaan


ini dapat mempengaruhi siapa yang mengambil keputusan penting dalam hubungan
tersebut, seperti contohnya keputusan keuangan, tempat tinggal, dan pekerjaan.
Pasangan yang merasa memiliki kekuasaan lebih besar akan merasa bahwa
keputusannya lah yang terbaik dan mungkin tidak terbuka terhadap saran atau
keputusan pasangannya. Hal ini dapat mempengaruhi komunikasi dan menyebabkan
perasaan tidak dihargai yang dapat berakibat perpecahan.

Pasangan yang lebih berkuasa juga cenderung mengontrol segala hal dari
pasangannya. seperti contoh; Seorang pasangan wanita dilarang oleh pasangan pria
nya untuk memiliki hobi tertentu. Hal ini akan menimbulkan rasa ketidakseimbangan
antara pasangan, dan kekuasaan yang tidak seimbang akan menimbulkan rasa
cemburu dan rasa tidak aman dalam hubungan.

● Sexual Harassment

Sexual Harassment/Pelecehan sexual memiliki hubungan yang sangat erat. Pelecehan


sexual yang dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan sangat lah merugikan bagi
korban karena korban merasa tidak berdaya dan tak memiliki kemampuan untuk melawan.
Ada beberapa bentuk pelecehan sexual yang berhubungan dengan kekuasaan seperti,
pelecehan sexual oleh atasan di kantor, pelecehan sexual di tempat pendidikan, dan pelecehan
sexual di lingkungan sosial.
Contoh yang dapat kita lihat, baru baru ini saja terjadi pelecehan sexual terhadap
seorang adik ipar di Sulawesi barat. Pria berinisial Z yang berusia 42 tahun, lima kali
mencabuli adik iparnya sendiri. Pelaku melaksanakan aksinya saat kondisi rumah dalam
keadaan sepi. Kasat Reskrim Polres Mamasa Iptu Hamring mengatakan korban dicabuli
pertama kali pada tahun 2015, yang pada saat itu korban masih duduk dibangku SMP.
“Menurut pengakuan korban, ia sudah dicabuli sejak SMP dan tersangka Z sudah 5 kali
melakukan pencabulan.” Pelaku melakukan pencabulannya dengan cara meraba payudara dan
kemaluan korban. Polres Mamasa Aipda Arman mengungkap bahwa korban selama ini diam
saja karena takut. Terutama karena pelakunya merupakan kakak iparnya sendiri. “Mungkin
selama ini tidak dilaporkan karena korban masih berfikir bahwa pelakunya adalah kakak
iparnya sendiri, karena sudah tidak tahan akhirnya baru dilaporkan,” ucap Arman.

Hal ini dapat menunjukan bahwa kekuasaan seorang pelaku pelecehan sexual
sangatlah merugikan bagi korban. Pelaku pelecehan sexual mungkin mengancam korbannya
agar tidak melapor sehingga korban merasa takut untuk melaporkannya. Pada kasus ini
pelaku merupakan kakak iparnya dan korban sangat takut untuk melaporkan secepatnya
kasus tersebut kepada pihak yang berwenang.

E. Penyelesaian
Pengaruh kekuasaan dalam hubungan interpersonal adalah fenomena yang kompleks,
dan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap keseimbangan kekuasaan dan
kesehatan hubungan. Berikut adalah beberapa cara untuk menyelesaikan pengaruh kekuasaan
dalam hubungan interpersonal:
● Berbicara dengan jujur: Membuka komunikasi yang jujur dan terbuka dengan
pasangan atau orang yang memiliki kekuasaan dapat membantu menghindari salah
pengertian dan mengurangi konflik. Berbicara dengan cara yang jelas, tegas dan
dengan nada yang sopan akan memperjelas perspektif Anda dan memungkinkan
kedua belah pihak untuk memahami perasaan dan kebutuhan masing-masing.

● Menjalin kepercayaan: Kepercayaan adalah kunci dalam hubungan interpersonal, dan


membangun kepercayaan adalah penting untuk mengurangi pengaruh kekuasaan yang
negatif. Dengan berbicara secara terbuka dan jujur, serta memenuhi janji dan
komitmen, dapat membantu membangun kepercayaan.

● Menetapkan batas-batas yang sehat: Memiliki batasan yang jelas tentang bagaimana
kekuasaan digunakan dalam hubungan interpersonal dapat membantu mengurangi
pengaruh yang negatif. Terkadang, orang yang memiliki kekuasaan dapat
menggunakan kekuasaan mereka secara tidak sehat, dan dengan menetapkan batasan
yang sehat, Anda dapat memastikan bahwa hak-hak Anda dihormati dan kebutuhan
Anda dipenuhi.

● Mencari bantuan: Terkadang, menyelesaikan masalah kekuasaan dalam hubungan


interpersonal memerlukan bantuan dari luar. Berbicara dengan seorang konselor
atau terapis dapat membantu Anda menavigasi hubungan yang sulit dan
mengembangkan keterampilan komunikasi dan penyelesaian konflik yang lebih
baik.

● Menyeimbangkan kekuasaan: Dalam hubungan interpersonal yang sehat, kekuasaan


seharusnya seimbang antara kedua belah pihak. Jika salah satu pihak memiliki
kekuasaan yang signifikan, mungkin perlu dicari cara untuk memperbaiki
keseimbangan kekuasaan agar hubungan menjadi sehat dan seimbang.

● Menerima kenyataan: Terkadang, situasi kekuasaan sulit untuk diubah atau


diselesaikan. Dalam situasi ini, menerima kenyataan mungkin menjadi pilihan terbaik.
Ini dapat berarti memilih untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat atau
memutuskan untuk fokus pada aspek positif dari hubungan dan mencoba untuk
mengelola pengaruh kekuasaan yang negatif.

F. Hubungan Kekuasaan dengan Komunikasi Interpersonal


Kekuasaan menjadi salah satu hal yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan
pada seseorang dalam komunikasi interpersonal atau antarpribadi. Kekuasaan dapat
mempengaruhi cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh,
seseorang yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam suatu hubungan cenderung lebih
dominan dalam percakapan dan lebih sering memimpin topik atau arah pembicaraan.
Sebaliknya, seseorang yang merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan yang lebih rendah
akan cenderung kurang berbicara dan lebih pasif dalam suatu percakapan.

Kekuasaan juga dapat mempengaruhi bagaimana pesan yang disampaikan seseorang


diterima oleh orang lain dalam komunikasi interpersonal. Individu yang memiliki kekuasaan
lebih besar dalam hubungan lebih mudah untuk mempengaruhi atau membujuk pihak lain.
Individu yang merasa kurang berdaya dalam suatu hubungan cenderung merasa takut untuk
menyampaikan pendapatnya. Oleh karena itu banyak individu atau kelompok yang
memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri.

Karena pengaruh dari kekuasaan, komunikasi terbagi menjadi 4 jenis arah, yaitu arah
bawah, atas, horizontal, dan diagonal.
1. Arah ke Bawah
Arah komunikasi organisasi ke bawah ini biasanya juga disebut downward
communication, jenis komunikasi ini adalah bentuk penyampaian informasi dari atasan ke
bawahan. Hal ini biasanya terjadi pada saat atasan memberikan arahan, pengawasan, atau
instruksi kerja kepada bawahannya. Bentuk dan cara komunikasinya juga dapat berupa lisan
maupun tulisan.

2. Arah ke Atas
Yang kedua adalah jenis komunikasi arah ke atas atau biasa disebut dengan upward
communication. Jenis komunikasi ini kebalikan dari jenis sebelumnya, komunikasi ke atas
adalah komunikasi yang digunakan oleh bawahan kepada atasannya.

3. Arah Diagonal
Komunikasi arah diagonal adalah jenis komunikasi yang biasa dilakukan oleh
individu dengan kelompok yang memiliki tingkatan berbeda. Komunikasi ini biasa terjadi
pada sebuah organisasi yang berskala besar, dimana ketergantungan antar departemennya
berbeda jauh.

4. Arah Horizontal
Komunikasi horizontal merupakan jenis komunikasi yang melibatkan seorang
individu atau kelompok yang memiliki tingkatan sama. Contoh dari komunikasi ini adalah
diskusi yang dilakukan oleh sesama manajer, komunikasi dalam hubungan persahabatan atau
pertemanan, dan diskusi antar karyawan yang memiliki jabatan sama.

DAFTAR PUSTAKA

Yudiaatmaja, F. (2013). KEPEMIMPINAN: KONSEP, TEORI DAN KARAKTERNYA | Media

Komunikasi FPIPS. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/mkfis/article/view/1681

R. (2022, January 18). Teori Kekuasaan: Pengertian, Legitimasi, dan Sumber Kekuasaan.

Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/

C. (2023). Communication Power by Manuel Castells (2013-10-15). Oxford University

Press, USA.

DeVito, J. (2023). Interpersonal Communication Book, Global Edition (15th ed.).

PEARSON.

detikJabar, T. (2023, February 18). Kisah Siswi Bandung Tak Berdaya Dirundung

Teman Sebaya. Detikjabar.

https://www.detik.com/jabar/berita/d-6574723/kisah-siswi-bandung-tak-berdaya-dirundung-t

eman-sebaya

Febriady, A. (2023, February 12). Biadab Pria di Mamasa 5 Kali Cabuli Adik Ipar

saat Rumah Sepi. Detiksulsel.

https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6564174/biadab-pria-di-mamasa-5-kali-

cabuli-adik-ipar-saat-rumah-sepi
Goodwin, S. A. (1993). Impression formation in asymmetrical power relationships :: does

power corrupt absolutely?

S. (2021, July 27). Komunikasi Organisasi: Pengertian, 16 Fungsi, 4 Jenis Arah & Contoh.

Beritaku.

https://beritaku.id/komunikasi-organisasi-pengertian-16-fungsi-4-jenis-arah-contoh/

Anda mungkin juga menyukai