Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAB 7 PERILAKU KEKUASAAN

Disusun oleh :
Cutra Leindri
4522021038

KELAS A
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS BOSOWA
TAHUN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik, hidayah

dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan masalah makalah tentang Perilaku

Kekuasaan.

Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, saya

menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun

tata bahasa dan kami menyadari bahwa pengetahuan kami sangatlah terbatas.Oleh karena itu,

dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat

memperbaiki makalah ini.

Makassar , 20 April 2023

Penulis
A. Pendahuluan

bagian psikologi sosial terapan dan kekuasaan ini dideskripsikan analisis psikologi sosial terhadap

fenomena kekuasaan yang ada dalam dinamika hubungan antar manusia. Analisis psikologi sosial

terhadap fenomena kekuasaan diarahkan pada pengertian kekuasaan, sumbersumber kekuasaan, jenis-

jenis kekuasaan, kemudahan untuk dipengaruhi oleh orang lain sebagai objek sasaran kekuasaan, dan

strategi untuk memperoleh kekuasaan. Analisis deskriptif tentang kekuasaan pada kesempatan

selanjutnya dapat digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk melakukan peramalan,

pengendalian, pemecahan masalah, dan rekayasa terhadap perilaku sosial individu dan kelompok

terkait dengan fenomena kekuasaan dalam hubungan sosial antar manusia. Fenomena kekuasaan itu

terutama yang ada dalam dinamika interaksi sosial dalam skala interpersonal (kehidupan rumah

tangga), kelompok kecil, kelompok besar, organisasi, masyarakat, dan negara

B. Psikologi Sosial Terapan dalam Perilaku Kekuasaan

1. Pengertian Kekuasaan

Kekuasaan (power) dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk

memperoleh kepatuhan dari orang lain atau kelompok lain untuk melaksanakan suatu tindakan

tertentu. Kekuasaan adalah kepemilikan atribut tertentu dalam diri seseorang yang memberikan

seseorang kemampuan memberi pengaruh kepada orang lain. Atribut tertentu itu dapat berupa

kecerdasan, pengalaman, uang, atau senioritas. Kekuasaan adalah pemanfaatan aspek-aspek yang ada

dalam hubungan sosial untuk memaksa orang lain melakukan tindakan yang diinginkan oleh orang

yang memiliki kekuasaan (Riggio, 2009).

2. Jenis-jenis Kekuasaan

Ahli-ahli psikologi sosial banyak melakukan kajian-kajian tentang jenis-jenis kekuasaan. Dua orang

ahli psikologi sosial, yaitu French dan Raven (dalam Luthans, 1995), membuat klasifikasi tentang

jenis-jenis kekuasaan. Secara lebih rinci, klasifikasi tentang jenis-jenis kekuasaan dapat diuraikan

sebagai berikut:
a. Kekuasaan ganjaran (reward power)

Kekuasaan ini ada karena terdapat kemampuan dalam diri seseorang untuk memberikan ganjaran

kepada orang lain. Dalam konteks ini, ganjaran kepada orang lain menjadi semacam kekuasaan yang

ada dalam diri seseorang terhadap orang lain. Contoh dari kekuasaan ganjaran adalah fenomena

seorang majikan yang memiliki kekuasaan pada diri seorang pekerja karena mampu memberikan

ganjaran berupa insentif keuangan apabila seorang pekerja melaksanakan perintah majikan tersebut.

b. Kekuasaan penekan (coercive power)

Berbeda dari kekuasaan ganjaran yang menunjukkan bahwa seseorang dianggap memiliki kekuasaan

karena kemampuan untuk memberi ganjaran, kekuasaan penekan dimiliki seseorang karena

kemampuannya untuk memberikan hukuman atau penalti kepada orang lain. Ini berarti seseorang

dianggap memiliki kekuasaan karena potensinya untuk mampu memberi hukuman kepada orang lain.

Contoh dari kekuasaan penekan adalah fenomena seorang pemimpin yang dianggap memiliki

kekuasaan pada diri seorang bawahan karena otoritasnya untuk mampu memberikan hukuman berupa

penurunan pangkat apabila seorang bawahan yang tidak melaksanakan perintah majikan tersebut.

c. Kekuasaan legitimasi (legitimation power)

Kekuasaan legitimasi menjadi ada berdasar pada sumber nilai-nilai yang diinternalisasikan dalam

suatu kelompok sosial sehingga orangorang tertentu memiliki hak untuk memengaruhi atau memiliki

kekuasaan terhadap orang lain. Nilai-nilai itu dapat terbentuk berdasarkan Mekanisme:

1) Nilai-nilai budaya kelompok dan organisasi. Contoh dari keadaan semacam ini adalah seorang kyai

yang memiliki kekuasaan legitimasi dalam kelompok sosial atau kelompok organisasi pondok

pesantren atau di sekitar pondok pesantren.

2) Nilai-nilai yang terbentuk melalui struktur sosial. Contoh dari keadaan semacam ini adalah seorang

jenderal memiliki kekuasaan legitimasi kepada seorang kolonel. Fenomena kekuasaan legitimasi ini

muncul karena dalam nilai-nilai kemiliteran terdapat struktur hierarki kekuasaan yang bertingkat.
3) Nilai-nilai sebagai hasil dari suatu rancangan untuk menghasilkan seorang pemimpin. Contoh

fenomena ini adalah seorang presiden terpilih akan memiliki kekuasaan legitimasi karena melalui

rancangan pemilihan umum di suatu negara.

d. Kekuasaan referensi atau kekuasaan acuan

Kekuasaan referensi menjadi ada berdasar pada kebutuhan-kebutuhan orang lain untuk melakukan

identifikasi diri dengan orang (agen atau model) yang dianggap menjadi referensi kekuasaan. Contoh

dari jenis kekuasaan ini adalah pemanfaatan seorang artis terkenal untuk mengiklankan sabun merek

atau cap “seger lan wangi”.

e. Kekuasaan kepakaran

Kekuasaan kepakaran ada karena seseorang memiliki kemampuan kepakaran dalam suatu bidang

yang menjadi perhatian orang lain. Untuk memiliki kekuasaan kepakaran maka seseorang harus

memenuhi syarat: kredibilitas, keterpercayaan, dan relevan (Myers, 2002). Kredibilitas berarti apabila

berbicara tentang sesuatu maka seseorang harus benar-benar memahami suatu bidang yang sedang

dibicarakan dan memiliki argumen serta bukti yang memadai. Keterpercayaan berarti seseorang yang

memiliki kekuasaan kepakaran harus tampak jujur di hadapan orang lain. Relevan berarti seorang

yang memiliki kemampuan kepakaran menjadi perhatian orang lain. Harus memiliki bidang yang

relevan dengan bidang-bidang yang sedang

3. Kemudahan untuk Dipengaruhi oleh Orang Lain Sebagai Sasaran Kekuasaan

Pengaruh adalah sebuah bentuk kontrol sosial seseorang kepada orang lain. Dalam wacana

kemudahan seseorang untuk dipengaruhi oleh orang lain maka kemudian dapat diklasifikasikan

karakteristik individu yang mudah untuk dipengaruhi. Beberapa karakteristik individu yang menjadi

sasaran pemerolehan kekuasaan terkait dengan kemudahan untuk dipengaruhi adalah:

kebergantungan, ketidakpastian, kepribadian, kecerdasan, gender, usia, dan latar belakang

kebudayaan. Secara rinci beberapa karakteristik individu itu sebagai berikut.


A. Kebergantungan sasaran kepada orang yang menjadi agen yang potensial memiliki kekuasaan

memudahkan dirinya untuk dipengaruhi.

B. Ketidakpastian terhadap suatu perilaku yang dianggap benar akan memudahkan seorang

sasaran dipengaruhi oleh agen pemberi pengaruh dalam konteks memperoleh kekuasaan.

Semakin seseorang merasa tidak pasti tentang suatu keputusan perilaku maka ia akan lebih

mudah untuk menjadi sasaran perubahan perilaku dari orang lain yang berupaya

mengaktualisasikan kekuasaannya.

C. Kepribadian seseorang yang mudah atau kepribadian seseorang yang tidak mudah untuk

dipengaruhi. Terdapat kesimpulan bahwa terdapat kepribadian tertentu yang mudah untuk

dipengaruhi dan terdapat kepribadian tertentu yang sulit untuk dipengaruhi. Namun secara

umum hasil penelitian sangat bervariasi dan tidak konklusif (Luthans, 1995).

D. Kecerdasan dipandang memiliki hubungan dengan ketermudahan orang untuk dipengaruhi

atau sulit untuk dipengaruhi, namun hasil penelitian juga bervariasi. Orang yang memiliki

kecerdasan tinggi memiliki kesediaan untuk mendengar orang yang berbicara pada dirinya,

namun itu tidak berarti serta merta ia mematuhi saran atau persuasi orang lain yang berupaya

menunjukkan kekuasaannya. Salah satu jawaban adalah, karena ia berupaya mempertahankan

self esteemnya sebagai seorang yang cerdas dan mandiri maka ia belum tentu mematuhi saran

orang lain yang berbicara kepada dirinya.

E. Gender dianggap sebagai salah satu faktor yang memengaruhi ketermudahan orang untuk

dipengaruhi atau sulit untuk dipengaruhi. Dalam hal ini, perempuan secara tradisionil

dianggap mudah untuk dipengaruhi karena pengasuhan perempuan secara tradisionil di masa

lalu. Namun seiring dengan perubahan-perubahan pengasuhan sosial di dalam dunia modern

maka pendapat itu mulai berubah. Dalam hal ini pada masa kini, gender tidak dianggap

sebagai faktor yang memengaruhi ketermudahan seseorang untuk dipengaruhi atau sulit untuk

dipengaruhi.

F. Usia dianggap sebagai salah satu faktor yang memengaruhi ketermudahan orang untuk

dipengaruhi atau sulit untuk dipengaruhi. Dalam hal ini, para ahli psikologi sosial memiliki

kesimpulan bahwa pada usia nol tahun sampai pada usia delapan tahun atau sembilan tahun,
anak akan mudah untuk dipengaruhi. Seiring dengan perjalanan waktu, mulai umur delapan

tahun atau sembilan tahun, kecenderungan untuk mudah dipengaruhi akan mulai menurun.

G. Latar belakang kebudayaan dianggap sebagai salah satu faktor yang memengaruhi

ketermudahan orang untuk dipengaruhi atau sulit untuk dipengaruhi. Dalam dimensi

kebudayaan kolektivistik, seperti dalam kebudayaan timur, yang menekankan pada

kekenyalan kelompok (group cohesiveness), konformitas, dan keseragaman merupakan nilai-

nilai budaya yang menjadi dasar perilaku individu. Ciri-ciri masyarakat kolektivistik ini

memudahkan orang untuk mudah terpengaruh kepada orang lain sehingga sering kali mereka

mudah untuk menjadi sasaran kekuasaan. Dalam dimensi kebudayaan individualistik, seperti

dalam kebudayaan barat, yang menekankan pada kehidupan yang bersifat individualistik,

keunikan, dan keragaman, menyebabkan orang untuk sulit terpengaruh orang lain sebagai

objek sasaran kekuasaan.

4. Strategi untuk Memperoleh Kekuasaan dan FileMemanfaatkan Kekuasaan

Kekuasaan ini diperlukan oleh seseorang pemimpin, baik formal maupun informal dalam kelompok

atau organisasi, untuk mampu mengelola organisasi yang dipimpinnya. Pengelolaan itu diperlukan

untuk pencapaian suatu tujuan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya (Riggio, 2009).

Terdapat banyak strategi yang dapat dilakukan oleh seorang untuk memperoleh kekuasaan mengatur

orang lain dalam konteks kelompok dan organisasi. Salah satu strategi komprehensif tentang

pemerolehan kekuasaan yang diperlukan dalam manajemen organisasi adalah yang dikemukakan oleh

DuBrin (dalam Luthans, 1995). Strategi itu meliputi beberapa teknik yang diperlukan agar orang lain

memahami eksistensi kekuasaan orang lain. Teknik-teknik itu adalah sebagai berikut:

A. Memelihara persekutuan dengan orang-orang yang berkuasa.

B. Merangkul lawan atau menghancurkan sama sekali.

C. Memecah belah dan menguasai.

D. Memanipulasi informasi yang bersifat rahasia.


E. Menyajikan presentasi secara kilat (quick showing)

F. Mengumpulkan utang budi dan memanfaatkan utang budi orang lain.

g. Menghindari hubungan yang terlalu terikat (decisive engagement).

H. Kemajuan satu langkah setiap waktu.

I.Menunggu situasi kelompok atau organisasi dalam keadaan krisis.

J. Konsultasi dengan orang lain secara waspada

Dalam kehidupan interpersonal, kelompok, dan organisasi, kekuasaan yang telah diperoleh dapat

dimaksimalkan oleh seseorang untuk memengaruhi orang lain. Pemanfaatan itu dapat dilakukan

berdasar prinsip bahwa apabila orang-orang saling menyukai dan saling setuju maka mereka akan

menuju pada tempat yang sama. Ini berarti apabila orangorang memiliki keyakinan dan sikap yang

sama maka perilaku mereka kemungkinan besar memiliki kesamaan. Dasar ini dapat dijadikan basis

lain. Bagi pengembangan kekuasaan untuk memengaruhi orang lain

Ini berarti agar orang lain mengikuti arah perilaku yang kita inginkan maka pengubahan keyakinan

dan sikap diperlukan melalui teknik-teknik persuasi. Teknik-teknik persuasi akan efektif apabila

orang sumber memiliki kekuasaan dan mampu memanfaatkan kekuasaannya. Semakin seseorang

memiliki kekuasaan dan semakin mampu seseorang memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki maka

orang tersebut menjadi semakin berpengaruh.

Selain kepemilikan kekuasaan dan kemampuan memanfaatkan kekuasaan, agar sumber persuasi dapat

secara efektif memengaruhi orang lain maka itu juga harus diimbangi dengan keterpercayaan dari

orang yang menjadi sasaran persuasi. Orang lain sebagai sasaran persuasi tidak mampu

mengembangkan kepercayaan kepada sumber persuasi yang memiliki kebiasaan berubah pikiran

dalam waktu yang relatif pendek.

Selain keterpercayaan, karakteristik sumber yang juga harus dimiliki agar persuasi sebagai

pemanfaatan kekuasaan dapat efektif adalah kemenarikan (attractiveness). Orang sebagai sumber

persuasi yang memiliki kemenarikan tinggi cenderung mampu memberi pengaruh pada sasaran
persuasi (Myers, 2002). Orang yang menarik adalah orang yang memiliki kemenarikan dalam aspek-

aspek seperti fisik, psikologis, dan sosial.

Selain strategi-strategi yang telah diuraikan sebelumnya, strategi lain untuk memperoleh kekuasaan

dan memanfaatkan kekuasaan adalah dengan taktik pemberian pengaruh. Kekuasaan sering kali

diidentikkan dengan pengaruh karena dengan memiliki pengaruh maka orang mampu memiliki

kekuasaan terhadap orang lain. Dalam hal ini pengaruh adalah sebuah bentuk kontrol sosial terhadap

orang lain.

Penelitian Kipnis, dkk. Yang dipublikasikan pada tahun 1980 (dalam Riggio, 2009) berhasil membuat

klasifikasi taktik pemberian pengaruh yang dilakukan manajer tingkat bawah kepada para

bawahannya. Klasifikasi Taktik pemberian pengaruh itu adalah sebagai berikut:

a. Ketegasan

Dalam taktik pemberian pengaruh ini seseorang pemimpin melakukan pemberian tuntutan, men-

setting batas-batas, memberi perintah atau tuntutan, men-setting batas waktu yang harus dipenuhi, dan

menekankan aturan yang harus dipatuhi.

b. Ingrasiasi

Ingrasiasi adalah peningkatan daya tarik interpersonal dengan melakukan sesuatu yang

menyenangkan kepada orang lain, memuji orang lain agar orang lain merasa diri sebagai orang

penting, menunjukkan keinginan untuk memperoleh bantuan dari orang lain, serta menunjukkan

perilaku sopan dan ramah kepada orang lain.

C.Rasionalitas

Rasionalitas adalah taktik pemberian pengaruh seseorang kepada orang lain. Taktik rasionalitas dapat

diwujudkan seseorang untuk memperoleh kekuasaan melalui cara-cara sebagai berikut:

1) Penggunaan penalaran logika untuk mampu memberi keyakinan kepada orang lain.

2) Menulis pertimbangan secara rinci tentang sesuatu rencana.

3) Menyimpulkan informasi pendukung yang menyertai sebuah permintaan.


d. Sanksi

Sanksi dapat digunakan sebagai taktik untuk memengaruhi orang lain. Sanksi dapat diberikan melalui

beberapa cara, seperti:

a. Menangguhkan kenaikan upah bagi karyawan yang berkehendak Melawan.

b. Mengancam untuk memberhentikan karyawan yang memiliki kinerja rendah

e. Pertukaran

dapat digunakan sebagai taktik untuk memengaruhi orang lain. Pertukaran dapat diberikan melalui

beberapa cara Adalah seperti:

1) Penawaran pertukaran dengan sesuatu yang menguntungkan pihak lain.Kepada

2) Mengingatkan kembali orang lain tentang kebaikan yang pernah diberikan oleh seseorang.

3) tentang pengorbanan yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan syarat balasan yang diinginkan.

f. Kesan baik dari atasan

Kesan baik dari atasan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti:

1) Memperoleh dukungan dari atasan

2) Menulis laporan dan mengirimkan orang sasaran kepada atasan.

g. Penutupan

Penutupan (blocking) dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:

1) Mengancam untuk menghentikan kerja dengan orang-orang tertentu.

2) Mengabaikan orang lain.

3) Terlibat dalam perlambatan kerja.


h. Koalisi

Koalisi adalah tindakan menjalin persekutuan. Koalisi dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai

berikutnya:

1) Memperoleh dukungan teman kerja tentang suatu permintaan.

2) ) Membuat permintaan pada pertemuan formal.

3) Memperoleh dukungan bawahan terhadap suatu permintaan.

5. Kekuasaan dan Kepemimpinan

Konsep kekuasaan dan kepemimpinan merupakan dua konsep yang saling berhubungan. Seorang

pemimpin sebuah kelompok atau organisasi memanfaatkan kekuasaan untuk membantu dirinya,

bawahan, kelompok, dan organisasi untuk mencapai tujuan kelompok dan organisasi yang telah

ditetapkan. Meskipun dalam kenyataan riil sangat sulit untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, secara

ideal seorang pemimpin seharusnya memiliki lima basis dasar sumber kekuasaan untuk melaksanakan

tugas-tugas kepemimpinannya.

Kepemilikan lima basis dasar sumber kekuasaan itu bersifat saling melengkapi dalam upaya

membantu seseorang menjadi pemimpin yang efektif. Dalam hal ini kekuasaan legitimasi dapat

membantu kekuasaan ganjaran dan kekuasaan penekan seorang pemimpin. Kekuasaan kepakaran

sangat penting untuk mendukung kekuasaan legitimasi karena orang-orang yang memiliki kepakaran

tinggi sangat diperlukan keberadaannya sebagai instrumen legitimasi seseorang. Apabila suatu

kelompok telah memiliki komitmen untuk melaksanakan tugas secara maksimal dan apabila mereka

memiliki pemimpin dengan kekuasaan legitimasi dan kekuasaan ganjaran yang tinggi, dan memiliki

kekuasaan kepakaran untuk mengarahkan kelompok pada produktivitas yang tinggi, maka pemimpin

tersebut cenderung memiliki pula dalam dirinya kekuasaan acuan.


Kesimpulan

Beberapa kesimpulan terkait dengan aplikasi psikologi sosial dalam perilaku kekuasaan dapat

diuraikan sebagai berikut: Analisis psikologi sosial terhadap kekuasaan diarahkan pada pengertian

kekuasaan, sumber-sumber kekuasaan, jenis-jenis kekuasaan, kemudahan untuk dipengaruhi oleh

orang lain sebagai objek sasaran kekuasaan, dan strategi untuk memperoleh kekuasaan. Kekuasaan

dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memperoleh kepatuhan

dari orang lain atau kelompok lain untuk melaksanakan suatu tindakan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai