Disusun oleh :
Cutra Leindri
4522021038
KELAS A
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS BOSOWA
TAHUN 2023
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik, hidayah
dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan masalah makalah tentang Perilaku
Kekuasaan.
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, saya
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasa dan kami menyadari bahwa pengetahuan kami sangatlah terbatas.Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
Penulis
A. Pendahuluan
bagian psikologi sosial terapan dan kekuasaan ini dideskripsikan analisis psikologi sosial terhadap
fenomena kekuasaan yang ada dalam dinamika hubungan antar manusia. Analisis psikologi sosial
terhadap fenomena kekuasaan diarahkan pada pengertian kekuasaan, sumbersumber kekuasaan, jenis-
jenis kekuasaan, kemudahan untuk dipengaruhi oleh orang lain sebagai objek sasaran kekuasaan, dan
strategi untuk memperoleh kekuasaan. Analisis deskriptif tentang kekuasaan pada kesempatan
selanjutnya dapat digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk melakukan peramalan,
pengendalian, pemecahan masalah, dan rekayasa terhadap perilaku sosial individu dan kelompok
terkait dengan fenomena kekuasaan dalam hubungan sosial antar manusia. Fenomena kekuasaan itu
terutama yang ada dalam dinamika interaksi sosial dalam skala interpersonal (kehidupan rumah
1. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan (power) dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
memperoleh kepatuhan dari orang lain atau kelompok lain untuk melaksanakan suatu tindakan
tertentu. Kekuasaan adalah kepemilikan atribut tertentu dalam diri seseorang yang memberikan
seseorang kemampuan memberi pengaruh kepada orang lain. Atribut tertentu itu dapat berupa
kecerdasan, pengalaman, uang, atau senioritas. Kekuasaan adalah pemanfaatan aspek-aspek yang ada
dalam hubungan sosial untuk memaksa orang lain melakukan tindakan yang diinginkan oleh orang
2. Jenis-jenis Kekuasaan
Ahli-ahli psikologi sosial banyak melakukan kajian-kajian tentang jenis-jenis kekuasaan. Dua orang
ahli psikologi sosial, yaitu French dan Raven (dalam Luthans, 1995), membuat klasifikasi tentang
jenis-jenis kekuasaan. Secara lebih rinci, klasifikasi tentang jenis-jenis kekuasaan dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Kekuasaan ganjaran (reward power)
Kekuasaan ini ada karena terdapat kemampuan dalam diri seseorang untuk memberikan ganjaran
kepada orang lain. Dalam konteks ini, ganjaran kepada orang lain menjadi semacam kekuasaan yang
ada dalam diri seseorang terhadap orang lain. Contoh dari kekuasaan ganjaran adalah fenomena
seorang majikan yang memiliki kekuasaan pada diri seorang pekerja karena mampu memberikan
ganjaran berupa insentif keuangan apabila seorang pekerja melaksanakan perintah majikan tersebut.
Berbeda dari kekuasaan ganjaran yang menunjukkan bahwa seseorang dianggap memiliki kekuasaan
karena kemampuan untuk memberi ganjaran, kekuasaan penekan dimiliki seseorang karena
kemampuannya untuk memberikan hukuman atau penalti kepada orang lain. Ini berarti seseorang
dianggap memiliki kekuasaan karena potensinya untuk mampu memberi hukuman kepada orang lain.
Contoh dari kekuasaan penekan adalah fenomena seorang pemimpin yang dianggap memiliki
kekuasaan pada diri seorang bawahan karena otoritasnya untuk mampu memberikan hukuman berupa
penurunan pangkat apabila seorang bawahan yang tidak melaksanakan perintah majikan tersebut.
Kekuasaan legitimasi menjadi ada berdasar pada sumber nilai-nilai yang diinternalisasikan dalam
suatu kelompok sosial sehingga orangorang tertentu memiliki hak untuk memengaruhi atau memiliki
kekuasaan terhadap orang lain. Nilai-nilai itu dapat terbentuk berdasarkan Mekanisme:
1) Nilai-nilai budaya kelompok dan organisasi. Contoh dari keadaan semacam ini adalah seorang kyai
yang memiliki kekuasaan legitimasi dalam kelompok sosial atau kelompok organisasi pondok
2) Nilai-nilai yang terbentuk melalui struktur sosial. Contoh dari keadaan semacam ini adalah seorang
jenderal memiliki kekuasaan legitimasi kepada seorang kolonel. Fenomena kekuasaan legitimasi ini
muncul karena dalam nilai-nilai kemiliteran terdapat struktur hierarki kekuasaan yang bertingkat.
3) Nilai-nilai sebagai hasil dari suatu rancangan untuk menghasilkan seorang pemimpin. Contoh
fenomena ini adalah seorang presiden terpilih akan memiliki kekuasaan legitimasi karena melalui
Kekuasaan referensi menjadi ada berdasar pada kebutuhan-kebutuhan orang lain untuk melakukan
identifikasi diri dengan orang (agen atau model) yang dianggap menjadi referensi kekuasaan. Contoh
dari jenis kekuasaan ini adalah pemanfaatan seorang artis terkenal untuk mengiklankan sabun merek
e. Kekuasaan kepakaran
Kekuasaan kepakaran ada karena seseorang memiliki kemampuan kepakaran dalam suatu bidang
yang menjadi perhatian orang lain. Untuk memiliki kekuasaan kepakaran maka seseorang harus
memenuhi syarat: kredibilitas, keterpercayaan, dan relevan (Myers, 2002). Kredibilitas berarti apabila
berbicara tentang sesuatu maka seseorang harus benar-benar memahami suatu bidang yang sedang
dibicarakan dan memiliki argumen serta bukti yang memadai. Keterpercayaan berarti seseorang yang
memiliki kekuasaan kepakaran harus tampak jujur di hadapan orang lain. Relevan berarti seorang
yang memiliki kemampuan kepakaran menjadi perhatian orang lain. Harus memiliki bidang yang
Pengaruh adalah sebuah bentuk kontrol sosial seseorang kepada orang lain. Dalam wacana
kemudahan seseorang untuk dipengaruhi oleh orang lain maka kemudian dapat diklasifikasikan
karakteristik individu yang mudah untuk dipengaruhi. Beberapa karakteristik individu yang menjadi
B. Ketidakpastian terhadap suatu perilaku yang dianggap benar akan memudahkan seorang
sasaran dipengaruhi oleh agen pemberi pengaruh dalam konteks memperoleh kekuasaan.
Semakin seseorang merasa tidak pasti tentang suatu keputusan perilaku maka ia akan lebih
mudah untuk menjadi sasaran perubahan perilaku dari orang lain yang berupaya
mengaktualisasikan kekuasaannya.
C. Kepribadian seseorang yang mudah atau kepribadian seseorang yang tidak mudah untuk
dipengaruhi. Terdapat kesimpulan bahwa terdapat kepribadian tertentu yang mudah untuk
dipengaruhi dan terdapat kepribadian tertentu yang sulit untuk dipengaruhi. Namun secara
umum hasil penelitian sangat bervariasi dan tidak konklusif (Luthans, 1995).
atau sulit untuk dipengaruhi, namun hasil penelitian juga bervariasi. Orang yang memiliki
kecerdasan tinggi memiliki kesediaan untuk mendengar orang yang berbicara pada dirinya,
namun itu tidak berarti serta merta ia mematuhi saran atau persuasi orang lain yang berupaya
self esteemnya sebagai seorang yang cerdas dan mandiri maka ia belum tentu mematuhi saran
E. Gender dianggap sebagai salah satu faktor yang memengaruhi ketermudahan orang untuk
dipengaruhi atau sulit untuk dipengaruhi. Dalam hal ini, perempuan secara tradisionil
dianggap mudah untuk dipengaruhi karena pengasuhan perempuan secara tradisionil di masa
lalu. Namun seiring dengan perubahan-perubahan pengasuhan sosial di dalam dunia modern
maka pendapat itu mulai berubah. Dalam hal ini pada masa kini, gender tidak dianggap
sebagai faktor yang memengaruhi ketermudahan seseorang untuk dipengaruhi atau sulit untuk
dipengaruhi.
F. Usia dianggap sebagai salah satu faktor yang memengaruhi ketermudahan orang untuk
dipengaruhi atau sulit untuk dipengaruhi. Dalam hal ini, para ahli psikologi sosial memiliki
kesimpulan bahwa pada usia nol tahun sampai pada usia delapan tahun atau sembilan tahun,
anak akan mudah untuk dipengaruhi. Seiring dengan perjalanan waktu, mulai umur delapan
tahun atau sembilan tahun, kecenderungan untuk mudah dipengaruhi akan mulai menurun.
G. Latar belakang kebudayaan dianggap sebagai salah satu faktor yang memengaruhi
ketermudahan orang untuk dipengaruhi atau sulit untuk dipengaruhi. Dalam dimensi
nilai budaya yang menjadi dasar perilaku individu. Ciri-ciri masyarakat kolektivistik ini
memudahkan orang untuk mudah terpengaruh kepada orang lain sehingga sering kali mereka
mudah untuk menjadi sasaran kekuasaan. Dalam dimensi kebudayaan individualistik, seperti
dalam kebudayaan barat, yang menekankan pada kehidupan yang bersifat individualistik,
keunikan, dan keragaman, menyebabkan orang untuk sulit terpengaruh orang lain sebagai
Kekuasaan ini diperlukan oleh seseorang pemimpin, baik formal maupun informal dalam kelompok
atau organisasi, untuk mampu mengelola organisasi yang dipimpinnya. Pengelolaan itu diperlukan
untuk pencapaian suatu tujuan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya (Riggio, 2009).
Terdapat banyak strategi yang dapat dilakukan oleh seorang untuk memperoleh kekuasaan mengatur
orang lain dalam konteks kelompok dan organisasi. Salah satu strategi komprehensif tentang
pemerolehan kekuasaan yang diperlukan dalam manajemen organisasi adalah yang dikemukakan oleh
DuBrin (dalam Luthans, 1995). Strategi itu meliputi beberapa teknik yang diperlukan agar orang lain
memahami eksistensi kekuasaan orang lain. Teknik-teknik itu adalah sebagai berikut:
Dalam kehidupan interpersonal, kelompok, dan organisasi, kekuasaan yang telah diperoleh dapat
dimaksimalkan oleh seseorang untuk memengaruhi orang lain. Pemanfaatan itu dapat dilakukan
berdasar prinsip bahwa apabila orang-orang saling menyukai dan saling setuju maka mereka akan
menuju pada tempat yang sama. Ini berarti apabila orangorang memiliki keyakinan dan sikap yang
sama maka perilaku mereka kemungkinan besar memiliki kesamaan. Dasar ini dapat dijadikan basis
Ini berarti agar orang lain mengikuti arah perilaku yang kita inginkan maka pengubahan keyakinan
dan sikap diperlukan melalui teknik-teknik persuasi. Teknik-teknik persuasi akan efektif apabila
orang sumber memiliki kekuasaan dan mampu memanfaatkan kekuasaannya. Semakin seseorang
memiliki kekuasaan dan semakin mampu seseorang memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki maka
Selain kepemilikan kekuasaan dan kemampuan memanfaatkan kekuasaan, agar sumber persuasi dapat
secara efektif memengaruhi orang lain maka itu juga harus diimbangi dengan keterpercayaan dari
orang yang menjadi sasaran persuasi. Orang lain sebagai sasaran persuasi tidak mampu
mengembangkan kepercayaan kepada sumber persuasi yang memiliki kebiasaan berubah pikiran
Selain keterpercayaan, karakteristik sumber yang juga harus dimiliki agar persuasi sebagai
pemanfaatan kekuasaan dapat efektif adalah kemenarikan (attractiveness). Orang sebagai sumber
persuasi yang memiliki kemenarikan tinggi cenderung mampu memberi pengaruh pada sasaran
persuasi (Myers, 2002). Orang yang menarik adalah orang yang memiliki kemenarikan dalam aspek-
Selain strategi-strategi yang telah diuraikan sebelumnya, strategi lain untuk memperoleh kekuasaan
dan memanfaatkan kekuasaan adalah dengan taktik pemberian pengaruh. Kekuasaan sering kali
diidentikkan dengan pengaruh karena dengan memiliki pengaruh maka orang mampu memiliki
kekuasaan terhadap orang lain. Dalam hal ini pengaruh adalah sebuah bentuk kontrol sosial terhadap
orang lain.
Penelitian Kipnis, dkk. Yang dipublikasikan pada tahun 1980 (dalam Riggio, 2009) berhasil membuat
klasifikasi taktik pemberian pengaruh yang dilakukan manajer tingkat bawah kepada para
a. Ketegasan
Dalam taktik pemberian pengaruh ini seseorang pemimpin melakukan pemberian tuntutan, men-
setting batas-batas, memberi perintah atau tuntutan, men-setting batas waktu yang harus dipenuhi, dan
b. Ingrasiasi
Ingrasiasi adalah peningkatan daya tarik interpersonal dengan melakukan sesuatu yang
menyenangkan kepada orang lain, memuji orang lain agar orang lain merasa diri sebagai orang
penting, menunjukkan keinginan untuk memperoleh bantuan dari orang lain, serta menunjukkan
C.Rasionalitas
Rasionalitas adalah taktik pemberian pengaruh seseorang kepada orang lain. Taktik rasionalitas dapat
1) Penggunaan penalaran logika untuk mampu memberi keyakinan kepada orang lain.
Sanksi dapat digunakan sebagai taktik untuk memengaruhi orang lain. Sanksi dapat diberikan melalui
e. Pertukaran
dapat digunakan sebagai taktik untuk memengaruhi orang lain. Pertukaran dapat diberikan melalui
2) Mengingatkan kembali orang lain tentang kebaikan yang pernah diberikan oleh seseorang.
3) tentang pengorbanan yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan syarat balasan yang diinginkan.
Kesan baik dari atasan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti:
g. Penutupan
Koalisi adalah tindakan menjalin persekutuan. Koalisi dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai
berikutnya:
Konsep kekuasaan dan kepemimpinan merupakan dua konsep yang saling berhubungan. Seorang
pemimpin sebuah kelompok atau organisasi memanfaatkan kekuasaan untuk membantu dirinya,
bawahan, kelompok, dan organisasi untuk mencapai tujuan kelompok dan organisasi yang telah
ditetapkan. Meskipun dalam kenyataan riil sangat sulit untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, secara
ideal seorang pemimpin seharusnya memiliki lima basis dasar sumber kekuasaan untuk melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya.
Kepemilikan lima basis dasar sumber kekuasaan itu bersifat saling melengkapi dalam upaya
membantu seseorang menjadi pemimpin yang efektif. Dalam hal ini kekuasaan legitimasi dapat
membantu kekuasaan ganjaran dan kekuasaan penekan seorang pemimpin. Kekuasaan kepakaran
sangat penting untuk mendukung kekuasaan legitimasi karena orang-orang yang memiliki kepakaran
tinggi sangat diperlukan keberadaannya sebagai instrumen legitimasi seseorang. Apabila suatu
kelompok telah memiliki komitmen untuk melaksanakan tugas secara maksimal dan apabila mereka
memiliki pemimpin dengan kekuasaan legitimasi dan kekuasaan ganjaran yang tinggi, dan memiliki
kekuasaan kepakaran untuk mengarahkan kelompok pada produktivitas yang tinggi, maka pemimpin
Beberapa kesimpulan terkait dengan aplikasi psikologi sosial dalam perilaku kekuasaan dapat
diuraikan sebagai berikut: Analisis psikologi sosial terhadap kekuasaan diarahkan pada pengertian
orang lain sebagai objek sasaran kekuasaan, dan strategi untuk memperoleh kekuasaan. Kekuasaan
dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memperoleh kepatuhan
dari orang lain atau kelompok lain untuk melaksanakan suatu tindakan tertentu.