NIM : 210510064
Kelas : II A
Makul : Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Dr. Yustinus Slamet Antono
Kekuasaan, Wewenang dan Kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam Keputusan
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 tentang Kenaikan Harga BBM (Bahan
Bakar Minyak)
Abstract
Pendahuluan
Page | 1
Di kalangan masyarakat Indonesia, tawaran menjadi pemimpin sangat mudah untuk
didapatkan, entah itu dalam ranah politik, ekonomi maupun sosial. Negara Indonesia adalah
negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi dimana masyarakat bisa saja turut ambil
bagian asalkan masih dalam ranah hak dan kewajibannya sebagai seorang rakyat. Dengan
adanya sistem demokrasi, rakyat dengan mudah mendapatkan kedudukan sebagai seorang
pemimpin dengan cara bergabung dengan suatu badan atau karena kemampuan yang
dimilikinya bermutu tinggi, maka ia dengan memperoleh kedudukan sebagai seorang
pemimpin. Dalam ranah politik, lebih tampak lagi bahwa rakyat boleh bergabung dengan
institusi resmi tertentu seperti partai politik.
Dalam artikel ilmiah ini, penulis akan memberikan ulasan maupun pemikiran dari
penulis sendiri mengenai kekuasaan, kepemimpinan dan wewenang Presiden Joko Widodo
mengenai kenaikan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak menurut teori yang sudah
dipelajari dengan buku pedoman Pengantar Ilmu Sosiologi karangan Soerjono Soekanto
dalam sub bab mengenai Kekuasaan, Wewenang dan Kepemimpinan.
Page | 2
Kekuasaan
Kekuasaan merupakan salah satu fenomena sosial yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Masyarakat tentu memiliki pandangan yang berbeda entah itu baik maupun tidak
baik mengenai kekuasaan. Artinya, kekuasaan bersifat subjektif dimana setiap individu atau
kelompok memiliki sudut pandang masing-masing mengenai pengertian tersebut. Baik
buruknya suatu kekuasaan itu juga tergantung pada tujuan atau pun kegunaan yang hendak
dicapai oleh pihak yang memiliki kuasa. Jika kekuasaan tersebut digunakan demi tujuan yang
baik maka perspektif mengenai kekuasaan tersebut tentu akan baik pula, begitu juga
sebaliknya jika kekuasaan tersebut dengan tujuan yang buruk, maka kekuasaan tersebut akan
dipandang negatif. Karena tergantung pada penggunaannya, dapat dikatakan bahwa
kekuasaan bersifat netral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kuasa” memiliki arti kemampuan atau
kesanggupan untuk berbuat sesuatu; wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan atau
memerintah atau memberi pengaruh terhadap orang lain. 1 Menurut Max Weber, kekuasaan
adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan
kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan
perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu.2 Dikatakan sebagai sebuah kesempatan
karena kekuasaan dimiliki yang dimiliki oleh seorang pejabat atau pemimpin yang bersifat
terbatas. Kekuasaan itu berlaku hanya pada saat masa kepemimpinan seorang pemimpin
tersebut. Ketika seorang pemimpin itu berganti, kekuasaan yang dimilikinya akan berhenti
pula atau berlanjut ketika kekuasaan itu dipandang baik oleh masyarakat maupun telah
disepakati oleh pemimpin selanjutnya demi kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat yang
bersangkutan.
1
Dendy Sugono, et al., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 824.
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 297.
3
Jeffrey A. Winters, Oligarki (Jakarta: Kompas Gramedia, 2011), hlm. 19.
Page | 3
diri sendiri atau digunakan untuk kepentingan kelompok demi kebaikan seluruh kelompok
yang diatur atau dipimpin.
Max Weber beranggapan bahwa kekuasaan merupakan kesempatan bagi seseorang atau
suatu pihak untuk memaksakan kehendaknya terhadap pihak lain walaupun hal itu
bertentangan dengan kehendaknya.4 Pengertian dari Weber ini sebenarnya lebih memberi arah
pada kekuasaan politik, sehingga sebenarnya dia sendiri tidak menyukai perumusan tersebut.
Walaupun demikian, hubungan antara penguasa dan para pengikut kuasa tersebut menentukan
terlaksananya kekuasaan itu. Sahnya suatu kekuasaan atau wewenang bergantung pada
kepercayaan kedua belah pihak antara penguasa yang mempunyai kuasa atau wewenang dan
para pengikut atau orang yang melaksanakan perintah atas kuasa yang diberikan.
4
Soerjono Soekanto, Max Weber, Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 13.
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu …, hlm. 297.
6
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu …, hlm. 299.
Page | 4
Salah satu sumber kekuasaan yang paling erat dan mengikat adalah hukum. “Hukum
adalah kekuasaan”.7 Pengertian itu dapat dijelaskan melalui contoh konkret, misalnya UUD
1945. UUD 1945 memberikan kekuasaan kepada Presiden Republik Indonesia, tetapi juga
mengatur kekuasaan itu. Selain itu, misalnya hukum sipil maupun hukum militer. Kedua
hukum ini tentu mengatur masyarakat sesuai dengan batas-batas yang berlaku di dalam
hukum tersebut. Jikalau kekuasaan dilihat dari sudut pandangan kepentingan masyarakat
yang menginginkan kesejahteraan, kenyamanan, ketentraman, maka kekuasaan pada zaman
sekarang ini harus kekuasaan yang berdasar pada hukum. Diperlukan hukum objektif dan
hukum subjektif.8 Hukum objektif adalah kekuasaan yang mengatur, sedangkan hukum
subjektif adalah kekuasaan yang diatur.
a. Tipe Kata adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan
kaku, biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta.
b. Tipe Oligarkis mempunyai garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan
kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat dan masyarakat masih
diberikan kesempatan untuk naik lapisan. Hal ini membedakan lapisan masyarakat
tipe pertama dan tipe kedua.
c. Tipe Demokratis, ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk menentukan
lapisan masyarakatnya sendiri. Contohnya, partai politik yang dalam masyarakat
demokratis dapat mencapai kedudukan-kedudukan tertentu melalui partai.
Wewenang
7
D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 120.
8
D. Hendropuspito, Sosiologi…, hlm. 120.
9
R. M. Mac Iver, The Web of Goverment (New York: Macmillan Company, 1954), hlm. 98.
10
D. Hendropuspito, Sosiologi…, hlm. 121.
Page | 5
peraturan hukum. Kekuasaan demikian dinamakan kekuasaan legal, atau wewenang yang
absah (legitimate authority).
Menurut Max Weber, terdapat tiga jenis wewenang. Pertama, wewenang Kharismatik,
adalah wewenang yang dimiliki oleh seseorang karena adanya kepercayaan masyarakat atas
kewibawaan yang dimiliki oleh penguasa itu yang didasarkan pada kharisma. Kharisma
adalah kualitas tertentu dari seorang individu yang karenanya ia berbeda jauh dari orang-
orang biasa dan dianggap memiliki kekuatan atas sifat supernatural, manusia super, atau
setidaknya luar biasa. Kualitas ini dianggap tidak bisa dimiliki oleh orang biasa, tetapi
dianggap bersumber dari Tuhan, dan atas dasar itu individu diperlakukan sebagai seorang
pemimpin.11 Kedua, wewenang Tradisional, yaitu kekuasaan yang diperoleh seseorang karena
kelahirannya memberikan hak untuk mewarisi kedudukan orang tuanya. Ketiga, wewenang
Legal, yaitu wewenang yang lahir karena hukum dan manusia hanya sebatas pelaksana atas
hukum tersebut. Pemerintahan adalah pemerintahan hukum, bukan pemerintahan manusia
(rakyat). Dengan kata lain, hukum bersifat primer dan pribadi bersifat sekunder.12
Dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin ialah orang yang memiliki kemampuan
atau kecakapan dalam mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Suatu organisasi atau pemerintahan akan berjalan dengan baik jika seorang
pemimpin mempunyai kemampuan yang memadai dan kecakapan dalam bidangnya serta
keterampilan dalam memimpin orang-orang yang menjadi bawahannya atau orang yang
11
Denis Wrong (ed.), Max Weber Sebuah Khazanah (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003), hlm. 261.
12
D. Hendropuspito, Sosiologi…, hlm. 123.
13
Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2017), hlm. 2.
Page | 6
dipimpin. Dari pengertian kepemimpinan di atas dapat ditarik suatu penjelasan mengenai
fungsi seorang pokok seorang pemimpin, antara lain:14
a. Planning (Perencanaan), memikirkan apa saja yang akan dikerjakan, siapa pelaksana
yang akan terlibat dan pengendalian yang semestinya dilakukan agar dapat mencapai
tujuan.
b. Organizing (Pengorganisasian), mengatur hubungan-hubungan maupun kerja sama
antar individu maupun kelompok untuk mencapai apa yang diinginkan dan tetap
dalam naungan dan kendali pemimpin.
c. Actuating (Kepemimpinan), menyiratkan bahwa kepemimpinan berlangsung dalam
interaksi antara pemimpin dan pengikut dalam situasi tertentu.
d. Controlling (Pengawasan), kemampuan pemimpin dalam melakukan fungsi
pengawasan, pengamatan, pengecekan, dan penilaian kondisi sosial masyarakat.
Sedangkan kepemimpinan atau (leadership) merupakan salah satu dari fungsi seorang
pemimpin. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi para
pengikut-pengikutnya, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki
oleh pemimpin tersebut.15 Kepemimpinan memiliki sifatnya masing-masing, ada
kepemimpinan resmi dan kepemimpinan tidak resmi. Kepemimpinan resmi ialah
kepemimpinan yang terikat dalam suatu jabatan. Contohnya, kepemimpinan dalam organisasi
sosial, kepemimpinan dalam institusi negara, kepemimpinan dalam adat masyarakat tertentu,
dan lain sebagainya. Ada pula kepemimpinan tidak resmi yaitu kepemimpinan karena
pengakuan masyarakat atas kemampuan yang dimilikinya dalam menggerakkan masyarakat.
Jenis atau sifat kepemimpinan yang sangat erat hidup dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia khususnya masyarakat pedesaan adalah sifat yang kedua yaitu kepemimpinan
karena pengakuan masyarakat. Biasanya seseorang yang mempunyai kemampuan atau
kecakapan khusus mengenai bidang tertentu baik dalam bertingkah laku, berbicara, dan dapat
mempengaruhi orang akan dengan sendirinya dipilih oleh masyarakat menjadi pemimpin
mereka. Kepemimpinan seperti ini mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi
terhadap landasan yang telah ditentukan dan harus ditaati.
Page | 7
lingkungan yang ada di sekitarnya. Biasanya ajaran tradisional sangat mempengaruhi cara-
cara dan tugas seorang pemimpin. Salah satu contoh ajaran tradisional yang sangat
berpengaruh dalam kepemimpinan yang hidup di tengah masyarakat Indonesia adalah pepatah
Jawa, yaitu:16
a. Ing ngarsa sung tuladha, artinya dimuka memberi teladan. Seorang pemimpin
haruslah berada di depan menjalankan kepemimpinannya. Ketika berada di depan,
seorang pemimpin itu harus memberi teladan yang baik kepada pengikutnya.
Seorang pemimpin harus berada di depan ketika saat-saat genting atau terdapat
masalah yang harus diselesaikan oleh pemimpin tersebut.
b. Ing madya mangun karsa, artinya di tengah-tengah membangun semangat. Seorang
pemimpin ketika sudah memberi teladan tidaklah harus berada di depan terus.
Seorang pemimpin harus mengerti keadaan para pengikutnya. Seorang pemimpin
harus mundur sedikit ke belakang dan berada di tengah-tengah untuk memberikan
semangat, motivasi maupun dorongan untuk maju bersama demi tercapainya suatu
tujuan yang baik.
c. Tut wuri handayani, artinya di belakang memberikan pengaruh. Seorang pemimpin
ternyata tidak cukup berada di tengah-tengah masyarakat. Seorang pemimpin harus
mundur lebih ke belakang guna mengikuti perkembangan masyarakat. Seorang
pemimpin berkewajiban untuk menjaga agar perkembangan masyarakat tidak
menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat.
Intinya seorang pemimpin yang berada di belakang pengikutnya atau masyarakatnya
bertugas untuk membimbing masyarakat.
Komentar terhadap Kebijakan Presiden Joko Widodo dalam Peraturan Presiden No. 98
tahun 2022 tentang Kenaikan Harga BBM
Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2022 merupakan peraturan yang mengatur tentang
Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Peraturan ini merupakan
pembaharuan atas Peraturan Presiden Nomor 104 tahun 2021. Peraturan Presiden ini memuat
aturan mengenai perubahan rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2022
dalam rangka penanganan keadaan darurat yang terjadi di Indonesia.17 Pada tanggal 3
September 2022, dalam Konferensi Pers, Presiden Joko Widodo dan Menteri mengumumkan
16
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu …, hlm. 323.
17
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/215187/perpres-no-98-tahun-2022 , diakses pada 12 Oktober
2022.
Page | 8
secara sah bahwa harga BBM atau Bahan Bakar Minyak yang di subsidi akan naik. Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa sebelumnya melalui peraturan Presiden
Nomor 98 Tahun 2022, Pemerintah menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi
menjadi tiga kali lipat. Dalam hal ini kenaikan subsidi untuk BBM dan LPG dari Rp77,5
triliun ke Rp149,4 triliun, serta untuk listrik dari Rp56,5 triliun naik ke Rp59,6 triliun.
Kemudian kompensasi untuk BBM dari Rp18, 5 triliun menjadi Rp252,5 triliun dan
kompensasi untuk listrik dari semula Rp0 menjadi Rp41 triliun. Sehingga total subsidi dan
kompensasi untuk BBM, LPG, dan listrik itu mencapai Rp502,4 triliun.18
Keputusan tersebut tentu menuai pro dan kontra. Sekelompok masyarakat pasti ada
yang menyetujui keputusan presiden tersebut demi berhasilnya penanganan yang dilakukan
dan tidak sedikit yang tidak setuju atas keputusan yang dibuat demikian. Sekelompok orang
yang menyetujui kebijakan presiden tentu mereka yang kurang mengerti dan hanya ikut arus
saja mengenai perkembangan perekonomian di Indonesia ini. Mereka adalah orang-orang
pedesaan dan memang efek yang mereka rasakan cukup minim dalam kehidupan mereka.
Lain halnya sekelompok orang yang tidak setuju ialah sekelompok orang yang berpandangan
sendiri dan menghubungkan kebijakan ini bukanlah kebijakan ekonomi tetapi mengandung
kebijakan politik Presiden dalam kepemimpinannya.
Page | 9
pemimpin negara juga Covid-19 menjadi penghalang besar dalam kepemimpinannya.
Presiden Joko Widodo tentulah memiliki wewenang dalam menentukan atau menggunakan
kuasanya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia.
Kenaikan harga BBM dilakukan dengan tujuan agar anggaran subsidi sungguh tepat sasaran
dinikmati oleh kelompok masyarakat yang kurang mampu. Jokowi dengan kebijakannya telah
mengalihkan dana subsidi BBM akan dialihkan untuk bantuan yang lebih tepat sasaran
kepada masyarakat dengan bantuan langsung tunai. Contohnya, bagi para nelayan, angkutan
umum, ojek online, para buruh dan para pekerja yang gajinya hanya 3 juta per bulan. Jokowi
sebagai pemimpin yang berasal dari rakyat berkomitmen agar penggunaan subsidi yang
merupakan uang rakyat lebih tepat sasaran khususnya untuk masyarakat yang kurang mampu.
Penutup
Kepemimpinan seorang pemimpin memang dinilai dari kekuasaan dan wewenang yang
dimilikinya. Keputusan yang ditetapkan oleh seorang pemimpin bisa saja diterima dengan
baik oleh masyarakat ataupun dipandang buruk oleh kelompok masyarakat tertentu.
Keputusan itu tentu memiliki efek positif maupun negatif di kalangan masyarakat. Kekuasaan
tidak akan pernah terlepas dari kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat memiliki seorang
pemimpin yang pada hakikatnya memiliki kekuasaan dan wewenang untuk menentukan
peraturan-peraturan yang mau tidak mau masyarakat harus ikut dan tunduk pada peraturan
tersebut. Wewenang dan kekuasaan tentunya bukanlah kekuasaan yang semena-mena tetapi
suatu kekuasaan yang legal dan sah. Wewenang dan kekuasaan tersebut haruslah memiliki
tujuan yang jelas seperti mengatasi permasalahan urgen dan penanganan keadaan darurat dari
sektor ekonomi, politik dan sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat.
Keputusan Presiden menaikkan harga BBM bukanlah semata untuk kepentingan pribadi
atau pemerintah meraup keuntungan yang besar, tetapi atas pertimbangan yang matang
terhadap gejolak harga minyak yang ada di dunia, anggaran APBN terlalu besar
pengeluarannya hanya untuk dana subsidi saja, sedangkan subsidi tersebut lebih banyak
digunakan untuk kelompok masyarakat yang mampu sehingga dana subsidi yang digunakan
untuk kepentingan kelompok masyarakat kecil tidak tepat sasaran.
Daftar Pustaka
Page | 10
A. Winters, Jeffrey. Oligarki. Jakarta: Kompas Gramedia, 2011.
Chaniago, Aspizain. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2017.
Hendropuspito, D. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/215187/perpres-no-98-tahun-2022. diakses pada 12
Oktober 2022.
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Pemerintah-Sesuaikan-
Harga-BBM. diakses pada 12 Oktober 2022.
Mac Iver, R. M. The Web of Government. New York: Macmillan Company, 1954.
Sugono, Dendy et al., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
Soekanto, Soerjono. Max Weber, Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali,
1985.
Wrong, Denis (ed.), Max Weber Sebuah Khazanah. Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003.
Page | 11