1. Mengapa ada ketimpangan dalam distribusi kekuasaan?
Mengapa ada yang memiliki
kekuasaan jauh lebih besar dari yang lainnya? Setiap aspek kehidupan sosial memiliki distribusi kekuasaan yang diwarnai oleh interaksi antara dua atau lebih kelompok, di mana satu kelompok memiliki kekuasaan dan kelompok lain dikuasai; ini tidak peduli dari mana sumber kekuasaan diperoleh penguasa. Putnam berpendapat bahwa berbagai faktor yang mempengaruhi pemilikan kekuasaan, termasuk pendidikan, kecakapan, kekayaan, kedudukan dan prestise sosial, minat dan perhatian, pengalaman politik, dan partisipasi, menyebabkan ketimpangan distribusi kekuasaan. Kekuasaan politik dimiliki oleh mereka yang memiliki syarat-syarat dan sumber-sumber tersebut. Ada yang memiliki kekuasaan jauh lebih besar dari yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai aspek. Salah satu aspek yang membuat seseorang memiliki kekuasaan jauh lebih besar adalah banyaknya politisi yang terpilih berkali-kali. Alasan utamanya adalah karena mereka menghabiskan waktu, uang, dan tenaga untuk daerah pemilihannya sendiri. Tentu saja, mereka adalah minoritas di seluruh dunia. Jika mereka benar-benar memanfaatkan pengaruh dan kekuasaan mereka, di wilayah yang terus berkembang, kemudian mendistribusikan kekayaan mereka dan bekerja sama dengan semua politisi lain dalam warna abu-abu yang berbeda, mereka akan berkembang, awalnya ke tingkat negara bagian lalu ke tingkat nasional.
2. Apa yang dimaksud dengan keabsahan/legitimasi? Mengapa legitimasi diperlukan?
Legitimasi berasal dari Bahasa latin Lex yang artinya hukum. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah legitimasi bukan hanya mengacu pada kesesuaian hukum formal tetapi juga hukum-hukum kemasyarkatan dan norma-norma etis. Roger Scruton berpendapat konsep legitimasi adalah tentang kekuasaan dan hak, yaitu pemerintah memiliki kekuasaan untuk memerintah, sementara yang diperintah berhak untuk patuh dan tunduk. Menurut Prof Meriam Budiardjo, Keabsahan adalah konsep bahwa kedudukan seseorang atau sekelompok penguasa diterima baik oleh masyarakat sesuai dengan azaz-azaz dan prosedur yang yang berlaku dan dianggap wajar. Sedangkan dikutip dari Wikipedia Indonesia, legitimasi adalah seberapa jauh masyarakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan dan kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin. Dalam konteks legitimasi, maka hubungan antara pemimpin dan Masyarakat yang dipimpin lebih ditentukan oleh keputusan masyarakat untuk menerima atau menolak kebijakan yang di ambil oleh sang pemimpin. Dari dua definisi tentang keabsahan/legitimasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara yang dipimpin dengan pemimpin disebut sebagai legitimasi. Legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan politik, karena hanya rakyat yang dapat memberikan legitimasi tersebut.