Anda di halaman 1dari 2

Kekuasaan bersifat Negatif[sunting | sunting sumber]

Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam
memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh
pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya
pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan
emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa
melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri
kadang-kadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada
orang atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi.
dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi
atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal
apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat
negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan
sepenuhnya oleh rakyatnya.
Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan
selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik
berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan
calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum
legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon
anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.
Sifat kekuasaan Personal Power adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang bukan di
organisasi melainkan dalam hubungan sosialnya. Dengan kata lain, seseorang itu sudah
memiliki jabatan di lingkungan masyarakat, seperti jabatan RT, RW, Kepala Desa, dan
sebagainya. Biasanya seseorang yang memiliki sifat Personal Power ini namanya sudah di
lingkungan masyarakatnya. Hampir sama dengan seseorang yang memiliki kuasa di suatu
organisasi, individu yang memiliki Personal Power juga harus bisa mengarahkan anggota
masyarakatnya agar menciptakan hubungan yang harmonis. Apabila pemegang kuasa tidak bisa
menciptakan hubungan yang harmonis antar anggota masyarakat, maka bisa memunculkan
kesalahpahaman antar anggota masyarakat. Oleh sebab itu, dalam sifat Personal Power pemilik
kuasa harus pandai menjaga komunikasi dengan baik kepada seluruh anggotanya.[butuh rujukan]

Legitimasi kekuasaan[sunting | sunting sumber]


Dalam pemerintahan mempunya makna yang berbeda: "kekuasaan" didefinisikan sebagai
"kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak
dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan
hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi memiliki kekuatan
untuk menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan sedangkan
orang-orang yang beradab percaya pada aturan hukum dan perundangan-undangan dan
menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan yang menurut ketentuan hukum yang dapat
memiliki kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman mati.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam
berbagai empiris pengaturaneluarga (kewenangan orang tua), kelompok-kelompok kecil
(kewenangan kepemimpinan informal), dalam organisasi seperti sekolah, tentara, industri dan
birokrat (birokrasi dalam organisasi pemerintah) dan masyarakat luas atau organisasi inklusif,
mulai dari masyarakat yang paling primitif sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau
organisasi (kewenangan politik).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), legitimasi adalah keterangan yang mengesahkan
atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah betul-betul orang yang dimaksud atau
kesahan. Sementara itu, legitimasi berasal dari bahasa Latin, yaitu lex yang artinya hukum.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangannya, legitimasi bukan hanya membicarakan tentang
hukum yang ada di dalam sebuah peraturan saja, tetapi juga membahas hukum-hukum yang
berlaku di masyarakat, seperti norma-norma dalam lingkungan masyarakat. Pada dasarnya,
pengertian legitimasi kekuasaan menurut para ahli berbeda-beda. Meskipun pengertian
legitimasi kekuasaan berbeda-beda, tetapi secara garis besar legitimasi kekuasaan adalah suatu
bentuk yang dibuat masyarakat dalam menerima dan percaya terhadap pemerintahan,
pemimpin, pejabat negara, dan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat. Maka dari itu, dapat
dikatakan bahwa selama masyarakat merasa terlindungi dan merasa sejahtera, maka mereka
bisa menerima dan percaya terhadap kepemimpinan suatu pemerintahan.
Namun, apabila ada anggota masyarakat yang merasa kalau dirinya atau kelompoknya tidak
terlindungi, maka legitimasi kekuasaan pemerintahan bisa saja hancur atau tidak bisa
dipertahankan. Tidak hanya itu, hal dapat terjadi karena para pemimpin dan pejabat negara tidak
dapat menunjukkan kinerja dengan baik, sehingga anggota masyarakat banyak kecewa.Dengan
demikian, bagi pemerintah yang ingin mempertahankan legitimasinya sudah seharusnya bisa
memenuhi kebutuhan masyarakatnya agar kesejahteraan bagi anggota masyarakat dapat
terjamin. Semakin banyak masyarakat yang sejahtera, maka legitimasi pemerintahan di mata
masyarakat akan terus meningkat.

Anda mungkin juga menyukai