Anda di halaman 1dari 12

PEMISAHAN KEKUASAAN

ALFAIZAL ARDIANSYAH (221010200581)


BRIGITA JUNITA SIHOTANG ( )
ERIZKI KURNIAWAN ( )
LAITS PARIKESIT NURMAWANGI ( )
MUHAMMAD ZIDANE ( )

DOSEN PENGAMPU: DIAN EKA PRATIWI


DEFINISI PEMISAHAN KEKUASAAN
Separation of power (pemisahan kekuasaan) adalah kekuasaan negara itu terpisah-pisah
dalam beberapa bagian, baik mengenai orangnya maupun mengenai fungsinya.Separation
of power merupakan teori pemisahan kekuasaan yang dicetuskan oleh Montesquieu (1689
-1755), bahwa dalam suatu sistem pemisahan kekuasaan itu harus terpisah (separation),
baik mengenai fungsi (tugas) maupun mengenai alat kelengkapan Negara yang
melaksanakan:
1. Kekuasaan legislatif, dilaksanakan oleh suatu perwakilan rakyat (Parlemen).
2. Kekuasaan eksekutif, dilaksankan oleh pemerintah (Presiden atau Raja
dengan bantuan Menteri-menteri).
3. Kekuasaan yudikatif, dilaksanakan oleh badan peradilan (Mahkamah Agung
dan pengadilan di bawahnya).

Pemisahan kekuasaan merupakan ide yang menghendaki baik organ, fungsi dan personal
lembaga Negara terpisah sama sekali. Setiap lembaga Negara masingmasing menjalankan
secara sendiri dan mandiri tugas, dan kewenangannya seperti yang ditentukan dalam
ketentuan hukum
Ide yang dikemukakan oleh Montesqiue ini merupakan kelanjutan dari gagasan yang
pernah dilontarkan oleh John locke dalam Treaties On Civil Government (1690) yang
juga memisahkan Negara ke dalam kekuasaan legislatif (kekuasaan membentuk undang-
undang), kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang), dan
kekuasaan federatif (kekuasaan yang mengadakan perserikatan dan aliansi serta segala
tindakan dengan semua orang dan badan-badan di luar negeri).

Namun oleh Montequieu dalam De Spirit Des Louis (1748) tidak memasukan
kekuasaan federatif sebagai bagian dari kekuasaan dalam lembaga Negara yang menjadi
urusan dalam suatu pemerintahan. Kekuasaan federatif berada dalam ranah kekuasaan
eksekutif. Hal yang demikian tercakup dalam kekuasaan federatif, karena memang
dikenal urusan eksekutif sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
Dalam praktik ketatanegaraan dunia, tidak ada Negara yang murni melaksanakan
Separation of Power dengan tiga serangkai (trias politica). Bahkan Amerika Serikat
yang oleh banyak sarjana disebut sebagai satu-satunya Negara yang ingein menjalankan
teori trias politica. Dalam kenyataannya memeraktikan sistem saling mengawasi dan
saling mengadakan perimbangan antara kekuasaan Negara.
TEORI PEMISAHAN KEKUASAAN
MENURUT PARA AHLI
Prinsip pemisahan kekuasaan dikembangkan oleh dua pemikir besar dari Inggris dan Perancis,
John Locke dan Montesquieu. Konsep pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh dua
pemikir besar tersebut kemudian dikenal dengan teori Trias Politica.

JHON LOCKE
Pemikiran trias politica diawali dari reaksi Jhon Locke atas situasi sosial yang dihadapinya.
Jhon Locke hidup pada masa kerajaan-kerajaan dimana masih menggunakan gaya absolut dalam
menjalankan kekuasaannya. Jhon Locke salah seorang yang mendukung pembatasan kekuasaan
politik raja, dengan dalil mengapa manusia memasuki suatu bentuk yang disebut “social 6
contract” apabila mempertahankan kehidupan, kebebasan dan hak memiliki masih dibatasi oleh
penguasa?. Timbullah semangat dibenak Jhon Locke untuk membatasi kekuasaan raja demi
terwujudnya pembatasan kekuasaan raja yang absolut, dimana Jhon Locke berpendapat
dibutuhkan suatu badan kenegaraan (staatkundig orgaan) yang berdiri sendiri. Dalam sejarah,
kekuasaan yang pertama diambil dari raja adalah kekuasaan kehakiman yang diserahkan pada
suatu badan peradilan, hal demikian tampak pada abad pertengahan.
Pemikiran Jhon Locke tentang pembagian kekuasaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kekuasaan yang membentuk undang-undang (legislating) disebut legislative.
b. Kekuasaan yang melaksanakan undang-undang disebut executive.
c. Kekuasaan yang yang lebih kearah pertahanan dan keamanaan serta hubungan
keluar negeri negara disebut federative.

Sebenarnya atas pemikirannya tersebut, Jhon Locke sendiri telah mengatakan bahwa
konsep yang Ia berikan tersebut bukanlah suatu bentuk kekuasaan terpisah, tetapi
pemberian kewenangan negara, sehingga tidak ada pengindividualisasian kekuasaan
yang utuh dan hakiki didalamnya (hal demikian apat kita lihat adanya kekuasaan
federative yang dia berikan dalam konsepnya).
MONTESQUIEU
Pemisahan kekuasaan dilakukan untuk membatasi kekuasaan agar tidak terjadi
pemusatan kekuasaan pada satu tangan yang akan melahirkan kesewenang-wenangan.
Adapun kekuasasan yang terdapat dalam konsep trias politica adalah sebagai berikut :
a. La puissance legislative, sebagai pembentuk undang-undang yakni legislatif.
b. La puissance executive, sebagai pelaksana undang-undang yakni eksekutif.
c. La puissance de juger, sebagai pengawas jalannya suatu undang-undang dalam
hal ini adalah kekuasaan kehakiman, yakni yudikatif.

Konsep demikian sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Montesquieu,
bahwasanya kebebasan politik hanya dapat dilihat di dalam suatu bentuk pemerintahan
yang kekuasaan negara dan fungsi yang berkaitan tidak berada ditangan orang yang
sama. Pemikiran demikian muncul dalam benak Montesquieu dikarenakan Ia
memandang manusia dalam menjalankan suatu kekuasaan cenderung akan
menyalahgunakannya, bagaimana bila manusia tersebut memegan lebih dari satu
kekuasaan yang sama yang pada dasarnya dapat saling mengawasi? Sehingga
Montesquieu menegaskan tiga tapuk kekuasaan yang telah ia sebutkan sebelumya
tidak boleh berada dibawah satu tangan kekuasaan.
UNSUR – UNSUR
PEMISAHAN KEKUASAAN
RASA TAKUT RASA CINTA
Rasa takut merupakan perasaan Rasa cinta menghasilkan
negative, karena seseorang tunduk perbuatan-perbuatan yang pada
kepada orang lain dalam keadaan umumnya positif. orang-orang
terpaksa.Rasa takut juga lain bertindak Sesuai dengan
menyebabkan orang yang pihak yang berkuasa, untuk
bersangkutan meniru tindakan- menyenangkan semua pihak. Rasa
tindakan orang yang cinta yang efisien dimulai dari
ditakutinya.Gejala ini dinamakan
pihak penguasa sehingga sistem
matched dependent behavior. Rasa
kekuasaan akan dapat berjalan
takut biasanya berlaku dalam
dengan baik dan teratur
masyarakat yang mempunyai
pemerintahan otoriter.
KEPERCAYAAN PEMUJAAN
Kepercayaan dapat timbul sebagai Dalam system pemujaan,
hasil hubungan langsung antara seseorang atau sekelompok orang
dua orang yang lebih atau bersifat yang memegang kekuasaan
asosiatif. Dari kepercayaan yang mempunyai dasar pemujaan dari
bersifat pribadi akan berkembang orang lain. Akibatnya segala
dalam suatu organisasi atau tindakan penguasa dibenarkan
masyarakat secara luas atau setidak-tidaknya diangggap
benar.
HAKIKAT PEMISAHAN KEKUASAAN
DAN SUMBERNYA
Kekuasaan terdapat dan dijalankan dalam semua bidang kehidupan.
Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah (agar yang
diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-
tindakan pihak-pihak lainnya. Max Weber mengatakan kekuasaan
adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauan sendiri dengan
sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari
orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
Kekuasaan mempunyai aneka macam bentuk dan bermacam-macam
sumber. Hak milik kebendaan dan kedudukan merupakan sumber
kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah satu sumber kekuasaan.
Secara formal negara mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan
tertinggi. Juga negaralah yang membagi-bagikan kekuasaan yang lebih
rendah derajatnya. Itulah yang dinamakan kedaulatan 11 (sovereignty).
Kedaulatan biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat yang
menamakan diri the ruling class. Ini merupakan gejala umum dalam
setiap masyarakat. Dalam kenyataan, di antara orang-orang yang
merupakan warga the ruling class, pasti ada yang menjadi pemimpinnya,
meskipun menurut hukum dia tidak merupakan pemegang Sosiologi
kekuasaan tertinggi.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan
dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan asimetris
SIFAT DAN HAKIKAT KEKUASAAN
1. SIMETRIS 2. ASIMETRIS
 Hubungan persahabatan  Popularitas
 Hubungan sehari-hari  Peniruan Sosiologi
 Hubungan yang bersifat  Mengikuti perintah
ambivalen  Tunduk pada pimpinan formal
 Pertentangan antara mereka atau informal
yang sejajar kedudukannya  Tunduk pada seorang ahli
 Pertentangan antara mereka
yang tidak sejajar
kedudukannya
 Hubungan sehari-hari
SUMBER KEKUASAAN
SUMBER KEGUNAAN
Militer, Polisi, Kriminal Pengendalian Kekerasan
Ekonomi Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi
Politik Pengambilan keputusan
Hukum Mepertahankan, Mengubah, melancarkan interaksi
Tradisi Sistem kepercayaan nilai-nilai
Ideologi Pandangan Hidup
“Disvensionary power” Kepentingan rekreatif

Anda mungkin juga menyukai