Anda di halaman 1dari 8

Teori Kekuasaan: Pengertian, Legitimasi, dan

Sumber Kekuasaan

Teori Kekuasaan – Dewasa ini, berbicara kekuasaan memang tak hanya terdapat pada satu sektor
saja, tetapi terdapat pada banyak sektor, seperti sektor politik, sektor ekonomi, sektor suatu
lingkungan, dan lain-lain. Kekuasaan itu secara umum diartikan sebagai sebuah kewenangan
yang sudah dimiliki oleh individu atau kelompok untuk menjalankan sesuatu, baik yang bersifat
wajib atau hanya hak saja. Oleh sebab itu, kekuasaan hanya sebagai pengertian atau pemahaman
saja, jika tidak diterapkan atau dijalankan.

Kekuasaan yang telah dijalani oleh individu atau kelompok bisa ada yang memiliki dampak baik
untuk lingkungan dan orang lain, serta ada juga yang memiliki dampak buruk terhadap
lingkungan dan orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan yang berada di tangan individu atau
kelompok yang baik akan menghasilkan dampak yang baik juga, bahkan bisa memberikan
manfaat untuk individu atau kelompok yang tidak memiliki kuasa. Semakin banyak orang yang
memiliki kuasa tergerak hatinya untuk membantu orang lain, maka akan memberikan perubahan
bagi kehidupannya.

Pada dasarnya, kekuasaan dalam skala yang kecil sudah sering kita lihat atau kita menjadi
pemegang kekuasaan itu sendiri. Kekuasaan dalam hal kecil ini berupa keluarga yang di mana
terdapat kepala keluarga dan anggota keluarga. kepala keluarga itulah yang memiliki kuasa
untuk memimpin dan mengarahkan anggota keluarga ke arah yang baik dan benar. Dalam hal ini,
kepala keluarga bukan hanya bisa dimiliki oleh laki-laki saja, tetapi juga bisa dimiliki oleh
seorang perempuan atau ibu.

Pengertian Teori Kekuasaan


Pada dasarnya, kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu
atau kelompok untuk memengaruhi orang lain. Oleh sebab itu, bagi pemegang kuasa bisa
dibilang memiliki tanggung jawab yang besar karena bukan hanya memberikan pengaruh
terhadap seseorang, tetapi juga bisa memberikan pengaruh terhadap lingkungan. Selain itu,
pengaruh yang diberikan dari pemegang kuasa bisa berdasarkan keinginannya atau kepentingan
untuk bersama.

Kekuasaan itu sendiri bisa berasal dari jabatan pribadi atau dari garis keturunan. Dalam hal ini,
jabatan pribadi bisa didapatkan ketika menjabat suatu organisasi atau lembaga yang di mana
seseorang itu menjabat sebagai ketua. Ketika menjabat sebagai ketua, sudah seharusnya untuk
memikirkan bagaimana caranya untuk memajukan sebuah organisasi atau lembaga tersebut.
Maka dari itu, seorang ketua atau pemegang kuasa harus memiliki wawasan yang luas, sehingga
bisa menemukan berbagai macam cara agar organisasi atau lembaga yang dipimpinnya dapat
berkembang.

Sementara itu, kekuasaan yang didapatkan melalui garis keturunan biasanya terjadi keturunan-
keturunan raja. Kekuasaan seperti ini dapat kita lihat pada negara-negara yang menganut sistem
pemerintahan kerajaan, seperti Brunei Darussalam. Oleh karenanya, setiap keputusan dari
kekuasaan raja akan memengaruhi kondisi dan kesejahteraan rakyatnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekuasaan adalah kemampuan orang atau
golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang,
karisma, atau kekuatan fisik. Dari pengertian kekuasaan menurut KBBI, maka dapat dikatakan
bahwa kekuasaan yang berasal dari kewibawaan dan wewenang ini biasanya dimiliki oleh para
pemimpin negara atau pejabat negara. Kemudian karisma dan kekuatan fisik biasanya dimiliki
oleh suatu ketua suatu organisasi.
Pengertian Teori Kekuasaan Menurut Para Ahli
Beberapa pengertian kekuasaan dari para ahli sebagai berikut:

1. Montesquieu
Menurut Montesquieu, kekuasaan itu dibagi menjadi tiga golongan. Kekuasaan yang dibagi
menjadi tiga golongan ini saat ini dikenal dengan istilah Trias Politica. Adapun tiga golongan
kekuasaan yang dimaksud, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan
yudikatif.

Setiap golongan kekuasaan memiliki tugas yang berbeda-beda. Kekuasaan legislatif memiliki
tugas untuk membuat peraturan dan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif mempunyai tugas
untuk menjalankan peraturan dan Undang-Undang yang telah diciptakan. Kekuasaan yudikatif
mempunyai tugas untuk mengadili sesuatu seseorang yang memiliki kesalahan atau pelanggaran
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

2. Max Weber
Max Weber mengatakan bahwa kekuasaan adalah sebuah kesempatan yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk memenuhi keinginan atau kehendaknya dalam
hubungan sosial walaupun harus menentang atau menghadapi kehendak orang lain. Berdasarkan
pengertian ini, kekuasaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyeramkan karena harus
memaksa orang lain untuk mewujudkan keinginannya.

3. Ramlan Surbakti
Ramlan Surbakti menyatakan bahwa kekuasaan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang digunakan untuk memengaruhi orang lain melalui
cara berpikir dan perilaku yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemegang kuasa.

4. Miriam Budiardjo
Menurut Miriam Budiardjo, kekuasaan adalah seseorang atau kelompok yang memiliki kekuatan
atau kemampuan yang di mana kekuatan itu digunakan untuk memengaruho perilaku individu
atau kelompok lainnya yang sesuai dengan keinginannya.

5. Walter Nord
Walter Nord mengungkapkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan yang digunakan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan tertentu dan berbeda dari tujuan-tujuan lainnya.
6. Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan
Menurut Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan, kekuasaan adalah sebuah hubungan antara
individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya dengan tujuan untuk
menentukan suatu tindakan atau aksi agar tidak berbeda arah dan sesuai dengan yang tindakan
yang diinginkan.

7. John Locke
Menurut John Locke, kekuasaan adalah suatu hal yang tidak bisa dijadikan berada di dalam satu
unsur yang sama atau suatu hal itu harus dipisah satu sama lain. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, pengertian kekuasaan dari John Locke ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan federatif.

Menurut John Locke setiap kekuasaan memiliki tugasnya masing-masing, seperti kekuasaan
legislatif yang memiliki tugas untuk membuat peraturan dan Undang-Undang. Kekuasaan
eksekutif yang bertugas untuk menjalankan Undang-Undang yang telah dibuat oleh kekuasaan
legislatif dan memiliki kewenangan untuk mengadili. Kekuasaan federatif memiliki tugas untuk
menjaga keamanan negara dan menjaga hubungan negara dengan negara lainnya.

Itulah beberapa pengertian kekuasaan menurut para ahli. Di Indonesia, pemegang kekuasaan
dibagi menjadi tiga bagian,yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan
yudikatif. Dengan kata lain, Indonesia menggunakan Trias Politica dari Montesquieu.

Legitimasi Kekuasaan
Jika berbicara tentang kekuasaan rasanya belum lengkap kalau tidak membahas legitimasi
kekuasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), legitimasi adalah keterangan yang
mengesahkan atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah betul-betul orang yang
dimaksud atau kesahan. Sementara itu, legitimasi berasal dari bahasa Latin, yaitu lex yang
artinya hukum.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangannya, legitimasi bukan hanya membicarakan tentang
hukum yang ada di dalam sebuah peraturan saja, tetapi juga membahas hukum-hukum yang
berlaku di masyarakat, seperti norma-norma dalam lingkungan masyarakat.

Pada dasarnya, pengertian legitimasi kekuasaan menurut para ahli berbeda-beda. Meskipun
pengertian legitimasi kekuasaan berbeda-beda, tetapi secara garis besar legitimasi kekuasaan
adalah suatu bentuk yang dibuat masyarakat dalam menerima dan percaya terhadap
pemerintahan, pemimpin, pejabat negara, dan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat. Maka dari
itu, dapat dikatakan bahwa selama masyarakat merasa terlindungi dan merasa sejahtera, maka
mereka bisa menerima dan percaya terhadap kepemimpinan suatu pemerintahan.

Namun, apabila ada anggota masyarakat yang merasa kalau dirinya atau kelompoknya tidak
terlindungi, maka legitimasi kekuasaan pemerintahan bisa saja hancur atau tidak bisa
dipertahankan. Tidak hanya itu, hal dapat terjadi karena para pemimpin dan pejabat negara tidak
dapat menunjukkan kinerja dengan baik, sehingga anggota masyarakat banyak kecewa.

Dengan demikian, bagi pemerintah yang ingin mempertahankan legitimasinya sudah seharusnya
bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya agar kesejahteraan bagi anggota masyarakat dapat
terjamin. Semakin banyak masyarakat yang sejahtera, maka legitimasi pemerintahan di mata
masyarakat akan terus meningkat.

Sifat Kekuasaan
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, jika kekuasaan itu bisa dimiliki oleh individu atau
kelompok yang terdiri dari beberapa individu, sehingga dapat dikatakan bahwa kekuasaan terdiri
dari dua sifat, yaitu Position Power  dan Personal Power.

1. Position Power 
Sifat pertama dari kekuasaan adalah Position Power. Sifat Position Power adalah kekuasaan
yang sudah dimiliki oleh seseorang pada suatu organisasi. Sifat kekuasaan ini biasanya ada pada
seseorang yang memiliki jabatan di suatu organisasi. Dalam hal ini, jabatan yang dimaksud,
seperti ketua atau dewan pembina. Apabila seseorang sudah memiliki jabatan ketua, maka ia
sudah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengarahkan anak buahnya.

Bagi seseorang yang sudah memiliki kuasa di suatu organisasi, tetapi tidak bisa mengemban
tanggung jawab dengan benar, maka kemungkinan besar organisasi yang dipimpinnya akan sulit
untuk berkembang. Oleh sebab itu, sudah seharusnya seseorang yang memiliki jabatan di
organisasi harus mempunyai wawasan yang luas supaya organisasi yang dipimpin tidak
mengalami kemunduran. Salah satu cara untuk memperluas wawasan adalah membaca buku.

2. Personal Power
Sifat kedua dari kekuasaan adalah Personal Power. Sifat Personal Power adalah kekuasaan yang
dimiliki oleh seseorang bukan di organisasi melainkan dalam hubungan sosialnya. Dengan kata
lain, seseorang itu sudah memiliki jabatan di lingkungan masyarakat, seperti jabatan RT, RW,
Kepala Desa, dan sebagainya. Biasanya seseorang yang memiliki sifat Personal Power  ini
namanya sudah di lingkungan masyarakatnya.
Hampir sama dengan seseorang yang memiliki kuasa di suatu organisasi, individu yang
memiliki Personal Power juga harus bisa mengarahkan anggota masyarakatnya agar
menciptakan hubungan yang harmonis. Apabila pemegang kuasa tidak bisa menciptakan
hubungan yang harmonis antar anggota masyarakat, maka bisa memunculkan kesalahpahaman
antar anggota masyarakat. Oleh sebab itu, dalam sifat Personal Power pemilik kuasa harus
pandai menjaga komunikasi dengan baik kepada seluruh anggotanya.

Sumber Kekuasaan
Munculnya kekuasaan pada individu atau kelompok tidak datang dengan sendirinya atau dapat
dikatakan bahwa ada sumber kekuasaan. Sumber kekuasaan ada tiga, yaitu kedudukan,
kekayaan, dan kepercayaan.

1. Kedudukan
Sumber kekuasaan pertama ini bisa berupa jabatan saat ini. Misalnya, seseorang memiliki
jabatan sebagai ketua di sebuah organisasi, memiliki pangkat yang tinggi di bidang kemiliteran,
dan sebagainya. Sumber kekuasaan yang berasal dari kedudukan ini, jika ada pada seseorang
yang salah, maka akan memunculkan kerugian banyak orang.

2. Kekayaan
Kekayaan menjadi sumber kekuasaan kedua. Sudah menjadi hal umum, jika kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang bisa menentukan apakah seseorang itu bisa berkuasa atau tidak. Pada
umumnya, seseorang yang kaya dapat menguasai seorang politikus.

3. Kepercayaan
Sumber kekuasaan yang terakhir adalah kepercayaan atau agama. Dalam hal ini, seseorang yang
sudah memiliki ilmu yang cukup tinggi dalam suatu agama akan dianggap bisa membimbing
para umatnya.

Cara Mempertahankan Kekuasaan


Tak bisa dipungkiri bahwa kekuasaan selalu identik dengan politik, sehingga banyak sekali
pelaku politik yang ingin sekali untuk mempertahankan kekuasaannya. Pelaku politik yang
dimaksud, seperti pejabat negara, pemimpin daerah, hingga anggota dewan. Berikut ini beberapa
cara mempertahankan kekuasaan dalam dunia politik.

1. Membangun Politik Dinasti


Suatu kekuasaan dapat dipertahankan dengan cara membangun dinasti politik. Dinasti politik
dapat diartikan sebagai politik keluarga yang di mana hampir semua anggota memiliki jabatan di
suatu daerah. Dengan adanya dinasti politik, maka setiap kebijakan yang disebut oleh pejabat
daerah lebih mudah untuk diwujudkan, sehingga kekuasaan tetap terjaga.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan, jika adanya dinasti politik setiap kebijakan yang dibuat
hanya menguntungkan beberapa anggota keluarga tertentu saja. Apabila dinasti politik terus
dijaga, kemungkinan besar suatu kekuasaan di suatu daerah dapat dipertahankan, sehingga akan
sangat sulit untuk dijatuhkan.

2. Tidak Memberikan Kebebasan Kepada Masyarakat


Bagi para pemimpin politik yang ingin mempertahankan kekuasaannya bisa melakukannya
dengan cara mengurangi kebebasan berpendapat kepada masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat
yang akan sangat sulit untuk memberikan kritik kepada pemerintahan atau pemimpin politik.

Dengan cara seperti itu, peran pemimpin politik akan lebih leluasa untuk menentukan berbagai
macam cara demi mempertahankan kekuasaannya. Selain itu, demi menjaga agar kekuasaannya
tetap terjaga, maka para pemimpin politik yang haus akan kekuasaan akan membuat aturan agar
anggota masyarakt yang mengkritik pemerintahan atau pemimpin politik akan dijatuhi hukuman.

3. Menghilangkan Peraturan-Peraturan yang Dapat Merugikan Kekuasaan


Apabila kekuasaan tidak bisa dipertahankan dengan cara membangun dinasti politik dan
membatasi akses untuk berpendapat, maka sudah seharusnya menggunakan cara ketiga
mempertahankan kekuasaan, yaitu menghilangkan peraturan-peraturan yang dapat merugikan
kekuasaan. Dengan menghilangkan peraturan-peraturan yang merugikan suatu kekuasaan akan
membuat suatu kekuasaan tetap berjalan tanpa harus melanggar peraturan.

Semakin banyak aturan yang merugikan suatu kekuasaan dihilangkan, maka suatu kekuasaan
akan bertahan lebih lama. Maka dari itu, cara seperti itu bisa dibilang sangat ampuh demi
mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi, untuk menghilangkan peraturan-peraturan yang
merugikan sangat dibutuhkan kerja sama yang kuat.

Itulah beberapa cara untuk mempertahankan kekuasaan dalam dunia politik. Dari ketiga cara
tersebut dapat dikatakan bahwa sangat tidak menggambarkan sistem pemerintahan demokrasi.
Bagi negara-negara demokrasi akan lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dan
memberikan kebebasan berpendapat bagi masyarakatnya. Selain itu, dinasti politik mulai
dihilangkan atau diruntuhkan secara perlahan.
Kesimpulan Teori Kekuasaan
Pada dasarnya, kekuasaan itu bisa dimiliki oleh siapa saja, tak terkecuali diri kamu karena
kekuasaan terkecil berada di dalam lingkungan keluarga. Selain itu, seseorang yang
mendapatkan kekuasaan bisa karena memiliki jabatan di organisasi atau lembaga, keturunan raja,
atau kedua-duanya. Darimanapun mendapatkan kekuasaan yang penting mampu bertanggung
jawab terhadap kekuasaan yang telah diberikan dan mampu mengarahkan orang lain ke arah
yang baik dan tidak merugikan.

Mempertahankan kekuasaan dalam dunia politik tidak menggambarkan negara yang menganut
sistem pemerintahan demokrasi. Pada umumnya negara-negara demokrasi akan memberikan
kebebasan berpendapat dan menghilangkan dinasti politik.

Anda mungkin juga menyukai