Kekuasaan
A. Pengetian
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan
tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau
kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi
pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan
Surbakti,1992).
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik
terbentuknya maupun akibat – akibatnya sesuai dengan tujuan – tujuan pemegang kekuasaan
sendiri;
OSSIP K. FLECHTHEIM membedakan dua macam kekuasaan politik, yakni:
a. Bagian dari kekuasaan sosial yang (khususnya) terwujud dalam negara (kekuasaan
negara atau state power), seperti lembaga – lembaga pemerintahan; DPR, Presiden dan
sebagainya.
(Catatan: Sumber referensi, buku karangan Prof. Miriam Budiardjo, berjudul Dasar – Dasar Ilmu
Politik, tahun 2000)
Charles F.Andrain bukunya Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial (Terj. Political Life an Social
Changes) (1992: 135-144; liht juga Surabakti, 1992: 59-63) menyatakan bahwa dimensi-dimensi
kekuasaan politik meliputi:
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung erat dalam
jabatan-jabatan, seperti presiden-presiden, perdana menteri, menteri-menteri, dan senator.
Maksudnya tanpa memandang kualitas pribadinya, kekuasaan formal yang ada pada jabatan
tersebut tetap besar. Namun memang diakui efektifitasnya dalam pelaksanaan kekuasaan yang
terkandung dalam jabatan sangat tergantung pada kualitas pribadi yang dimiliki. Oleh karena
itu , dalam masyarakat yang maju dan mapan baik jabatan maupun kualitas pribadi yang
menduduki jabatan merupakan sumber kekuasaan. Sebaliknya pada masyarakat yang
sederhana, maka kualitas pribadi tampak lebih menonjol. Sehingga efektivitas kekuasaannya
terutama berasal dari charisma, penampilan diri, asal usul keluarga dan wahyu.
Menganalisis kekuatan dapat menekan pada aspek consensus dan paksaan. Analisis
yang menekan aspek consensus dari kekuasaan cenderung melihat elite politik sebagai orang
yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara
keseluruhan. Sedangkan analisis yang menekan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan
cenderung memandang politik sebagai perjuangan, pertentangan, dominasi, dan konflik. Dan
cenderung melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh elite politik tidak menyangkut
masyarakat secara keseluruhan, melainkan menyangkut kepentingan kelompok kecil
masyarakat.
D. Sumber-suber Kekuasaan
1. Legitime Power
2. Coersive Power
Coersive berarti kekerasan, jadi coersive power memiliki arti perolehan kekuasaan
melalui cara kekerasan, bahkan mungkin bersifat perebutan atau perampasan bersenjata, yang
sudah berada diluar jalur konstitusional.
3. Expert Power
Expert berarti keahlian, jadi expert power adalah memperoleh kekuasaan dari keahlian
seseorang, yang dimaksud disini adalah pihak yang mengambil kekuasaan memang memiliki
keahlian untuk menjalankan jabatan tersebut.
4. Reward power
5. Reverent Power
Reverent berarti daya tarik, jadi reverent power adalah memperoleh kekuasaan daya
tarik seseorang. Walaupun daya tarik bukan faktor utama mengapa seseorang ditentukan
menjadi kepala kemudian menguasai keadaan, namun daya tarik seperti postur tubuh, wajah
yang rupawan dan penampilan serta pakain yang rapi dapat menentukan dam mengambil
perhatian orang lain, dalam uasaha menjadi kepala.
6. Connection Power
Connection berati hubungan, yang berti jika seseorang mempunyai hubungan yang luas
danbanyak akan memperoleh kekusaan yang besar pula, baik itu dilapangan politik maupun
lapangan perekonomian.
Sumber: