Terdapat 3 pokok bahasan yang terdiri atas: 1. Kekuasaan Politik, Kewenangan dan Legitimasi; (Political
Power, Authority & Legitimacy)-> konsep dasar didalam ilmu politik; 2. Kepemimpinan politik: Status Politik
Berasal, Dicapai & Ditugaskan; (Political leadership: Ascribed, Achieved & Assigned Political Status; and )
-> ini sangat luas, ingin tinjau dari sisi antropologi dan 3. Aspek Tradisional (Aspects of the Traditional).
1. Kekuasaan Politik, Kewenangan dan Legitimasi; (Political Power, Authority & Legitimacy)->
kerangka dasar.
Konsep sentral dalam kajian ilmu politik (Central Concept of Political Science), terdiri atas kekuasaan
(power), otoritas atau kewenangan (authority), dan legitimasi (legitimacy).
o Bagaimana kekuasaan berjalan menurut norma, kekuasaan dioperasikan oleh pemegang kekuasaan,
dan kekuasaan diikuti (perintah-perintahnya) oleh rakyatnya?
o Pertanyaan kunci:
1. Apa itu kekuasaan, siapa yang berkuasa, dan bagaimana menggunakan kekuasaan?
- Karena menurut michael fuko bahwa mereka yang berkuasa adalah mereka yang
memegang jabatan. Dalam arti yang lebih esensial michael fuko bahwa yang berkuasa
adalah mereka yang tidak punya jabatan/ tidak berada di striktur kekuasaan berarti
pengaruhnya besar. Jadi orang yang dipengaruhi itu ialah orang yang nempunyai
jabatan sedangkan yang punya jabatan tidak bisa melakukan apa2 atau lebih dari
mereka yang sekedar mereka yang mempengaruhi. Maka itulah orang yang berkuasa.
Poin penting orang yang berkuasa adalah mereka yang mampu mempengaruhi
pejabat yang memiliki kekuasaan tetapi tidak punya pengaruh. Hanya sekedar
boneka. Karena yang memengaruhi itu orang yang berkuasa.
2. Apa itu kewenangan, siapa yang memiliki kewenangan, dan bagaimana mengguna
kewenangan?
3. Apa itu legitimasi, siapa penguasa yang memiliki/menentukan legitimasi, danbagaimana
membangun legitimasi?
- Legitimasi adalah daya terima rakyat secara moral terhadap kekuasaan yang
dioperasikan oleh pemegang kekuasaan dan pemegang jabatan
Bagaimana perspektif antropologi-politik?
a. Kekuasaan Politik
Kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tudak melakukan sesuatu (Power is the ability to do
something)- sebagaimana ilustrasi:
Jika Anda memiliki palu, Anda memiliki kekuatan untuk menggerakkan palu
(If you have a hammer, you have the power to drive a nail). Jadi, saat anda
memegang palu itu adalah kekuatan/kekuasaan untuk memegang palu.
Jika Anda pegang pisau, Anda punya dua pilihan: memasak atau menikam (If
you hold a knife, you have two choices cooking or stabbing). Di sini berarti
kekuasaan itu bisa diartikal menjadi positif.
Jika Anda memiliki pasukan, Anda memiliki kekuatan untuk menyerang
negara lain (If you have an army, you have the power to attack another nation).
Dengan demikian, menurut perkataan Ronson bahwa "Kekuasaan adalah interaksi pihak yang memengaruhi
dan yang dipengaruhi, atau satu pihak memengaruhi sedangkan pihak lain yang dipengaruhi." (Power is the
interaction between the party that influences and who is influenced, or one party influences while the other
party is influenced).
Sifat kekuasaan
o Weber menyumbang konsep kekuasaan melalui tipe-tipe sumber kekuasaan, yang didasarkan atas
kapasitas individu dalam memainkan tipe otoritas, yakni legal-rasional, tradisional, dan karismatik.
Dikatakan bahwa: "Power as the capacity of an individual to realize his will, even against the opposition of
others omit the even and thus make coercion and conflict of goals and interests inherent in the very nature of
power," ("Kekuasaan sebagai kapasitas individu untuk mewujudkan kehendaknya, bahkan melawan oposisi
orang lain menghilangkan bahkan dan dengan demikian membuat pemaksaan dan konflik tujuan dan
kepentingan yang melekat pada sifat kekuasaan,")
Weber juga mengatakan bahwa Tipe otoritas karismatik adalah penggunaan kekuasaan tanpa paksaan dan
kekerasan:
Ch= P – C
o Ch: Charismatic
o P: Power
o C: Coercion
b. Otoritas/kemenangan (Authority)
- Otoritas lebih merupakan implementasi kekuasaan dari pemegang kekuasaan-dan ini
bersifat eksklusif
o Otoritas adalah jenis kekuatan sosial tertentu (Authority is a specific kind of social power).
o Otoritas berarti Anda 'berwenang' untuk menggunakan jenis kekuatan tertentu dalam batas-batas
kelompok terorganisasi (Authority means that you are 'authorized' to wield certain kinds of power
within the bounds of an organized group).
o Otoritas juga berarti Anda menggunakan kekuasaan terhadap kolektivitas: beberapa atau semua
anggota kelompok tersebut terikat untuk mematuhi penggunaan Anda atas kekuatan itu (you wield
power over the collectivity: some or all members of that group are bound to comply with your use of
that power).
o Tukang kayu yang disewa kontraktor diberikan wewenang untuk memalu kayu, tetapi tidak berwenang
untuk meletakkan batu bata (a carpenter hired by a contractor is given authority to hammer wood, but
not authority to lay bricks).
c. Legitimasi
Legitimasi (adalah) mengacu pada apakah penggunaan suatu otoritas dianggap benar atau layak/pantas
(Legitimacy refers to whether or not the use of authority is perceived as correct and proper):
Jika seorang polisi menembak seorang warga negara yang tak bersenjata, legitimasi dipertanyakan dan
kehilangan otoritasnya (If a police officer shoots an unarmed citizen the legitimacy of his actions
comes into question and he may lose his position of authority).
"Legitimasi adalah suatu persepsi umum atau asumsi bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pejabat
merupakan entitas yang telah dikehendaki secara tepat/layak, sesuai dengan konstruksi sosial yang terdiri atas
pengertian, norma, nilai, dan keyakinan." (Legitimacy is a generalized perception or assumption that the
actions of an entity are desirable, proper, or appropriate within some socially constructed system of norms,
values, beliefs, and definitions.) Suchman
o Derajat legitimasi ada 3:
1. Pre-legitimacy, yakni penguasa yakin memiliki hak moral untuk memerintah, namun rakyat belum atau
tidak mengakuinya. Dalam situasi begitu, seharusnya penguasa meletakkan jabatan. Namun bila
memaksakan, kewenangan yang dipegangnya tidak berlegitimasi (unlegitimate);
2. Legitimacy, yakni bila rakyat mengakui hak-hak moral penguasa untuk memerintah dengan
kewenangan yang dimilikinya, dan rakyat mendukung sepenuhnya terhada keputusan/kebijakan yang
telah diambil penguasa; dan
3. Post-legitimacy, yakni habisnya masa jabatan dan tidak lagi penguasa memiliki hak moral untuk
memegang jabatan, atau masa kekuasaan yang telah habis akibat persoalan yang memungkinkan atau
mengharuskan penguasa mundur. Source: suchman
Para antropolog mengakui bahwa kepemimpinan sebagai sebuah institusi bergantung pemahaman
otoritas dan relasional yang spesifik secara budaya.
"Kepemimpinan itu kreasi pengikut yang diperoleh dengan menunjukkan bahwa pemimpin itu
"memiliki keterampilan yang menuntut rasa hormat." (Leadership is a creation of followership'
acquired by demonstrating that the leader 'possesses the kind of skills that demand respect.)
Pembagian kerja
(iii) Pembagian kerja, Koloni tertentu seperti semut dan lebah memunculkan pembagian kerja,
yakni:
o Siapa pekerja;
o Siapa prajurit;
o Siapa pengumpul makanan;
o Siapa calon ratu; dan
o Siapa ratu.
Sifat masing-masing
o Egoisme, mementingkan tugas masing masing dan
o Altruisme, membentuk solidaritas
Peran alam
(iv) Pada bentuk "masyarakat dengan hukum rimba," seperti dalam kehidupan cheetah, serigala,
harimau, singa, gajah, dan sejenisnya, muncul konsep "kekuasaan dengan gambaran:
o Motivasi utama adalah (i) Mencari sumber-sumber makanan, berikutnya adalah (ii)
Memertahankan lokasi di mana terdapatnya sumber-sumber makanan tersebut.
o (iii) "Hukum rimba berlaku"⇒ Saat satu di antara mereka paling kuat, mampu
mengalahkan siapapun, maka (iv) la yang tak terkalahkan itu disebut "penguasa."
Konsep
"Otoritas dalam setiap masyarakat merupakan jenis kekuatan di mana para pemimpin (sebagai penguasa)
berhasil memerintah sesuai dengan hukum atau tradisi dan di mana orang rela menaati perintah karena
mereka menganggap pelaksanaan kekuasaan itu sah."
("Legitimate authority in every society constitutes a type of power in which leaders (as rulers) successfully
uphold the claim that they govern in accord with law or tradition and in which people willingly obey
commands because they perceive the exercise of power to be legitimate.")