BAB 3
KEKUASAAN
2. Analisis Konflik
a. Pandangan Karl Marx: Kekuasaan muncul ketika hubungan sosial dalam
produksi ditandai dengan munculnya kepemilikan pribadi dan pembagian
kerja.
b. Pandangan Ralf Dahrendorf
i. Hubungan kewenangan adalah selalu berbentuk hubungan antara
superordinat dan ordinat, hubungan atas bawah.
ii. Di mana terdapat hubungan kewenangan, di sana superordinat secara sosial
diperkirakan, melalui perintah dan komando, peringatan dan larangan,
mengendalikan subordinat.
iii. Perkiraan demikian secara relatif lebih dilekatkan kepada posisi sosial
daripada terhadap kepribadian individu.
iv. Berdasarkan pada kenyataan ini, hubungan kewenangan selalu meliputi
spesifikasi orang-orang yang harus tunduk kepada pengendalian dan
spesifikasi dalam bidang-bidang yang mana saja pengendalian itu
diperbolehkan.
v. Kewenangan adalah sebuah hubungan yang sah; tidak tunduk kepada perintah
orang yang berwenang dapat dikenai sanksi tertentu.
3. Analisa Fungsional
Kekuasaan atau kewenangan merupakan produk dari masyarakat, yaitu
merupakan konsensus nilai dari para anggotanya. Kekuasaan atau kewenangan
memiliki fungsi bagi bertahannya suatu masyarakat atau bertahannya struktur
sebagai suatu sistem sosial.
i. Masyarakat terdiri dari berbagai macam posisi.
ii. Masyarakat harus memastikan bahwa setiap posisi terisi.
iii. Beberapa posisi lebih penting dibandingkan dengan beberapa
posisi yang lain.
iv. Posisi-posisi yang lebih penting harus diisi oleh orang yang
memiliki kualifikasi yang lebih dibandingkan yang lain.
v. Untuk memotivasi orang yang memiliki kualifikasi yang lebih,
masyarakat harus menawarkan kepada mereka imbalan yang lebih
besar misalnya kekuasaan.
D. Distribusi Kekuasaan
1. Konsep Distribus Kekuasaan
Distribusi dapat dipahami sebagai suatu perangkat hubungan sosial yang
melaluinya orang mengalokasikan barang dan jasa yang dihasilkan. Distribusi
kekuasaan dipahami sebagai suatu perangkat hubungan sosial yang melaluinya terjadi
proses yang mengantarai (re) produksi kekuasaan dengan proses konsumsi.
E. Konsumsi Kekuasaan
1. Konsep konsumsi kekuasaan: Konsumsi kekuasaan dapat dipahami sebagai seluruh
aktivitas sosial dan politik untuk merusak (to destroy), memakai (to use up),
membuang (to waste), dan menghabiskan (to exhaust) kekuasaan.
2. Tujuan konsumsi kekuasaan: a. untuk menyejahterakan dan memakmurkan bangsa
b. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
c. untuk memberikan rasa adil dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat
d. untuk menegakkan HAM
e untuk menghadirkan rasa aman dan tenteram dalam
masyarakat
f. untuk menjaga kedaulatan negara, martabat, dan
muruah bangsa
g. untuk menciptakan perdamaian umat manusia
h. untuk melanggengkan kekuasaan
i. untuk meraih kepentingan pribadi, kelompok, atau
golongan
3. Cara konsumsi kekuasaan:
a. kerja sama: kerja sama merupakan interaksi dari orang-orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
b. persaingan: persaingan terjadi ketika muncul perbedaan kepentingan
dalam menggunakan kekuasaan.
c. konflik: konflik dapat dalam bentuk kudeta, perang, revolusi,
pembunuhan, pendudukan, dan sebagainya.