Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA

LEMBAGA LEGISLATIF

Oleh:
Kel. 1
Alexander Darussman (1903040110)
Ama Lodo (1903040100)
Andre A. Bere Mau (1903040136)
Maria A. N. Pereira (1903040134)
Salomo Z. Tungga (1903040133)
Sry Y. Dimu Raba (1903040125)
Thomson E. F. Banamtuan (1903040114)
Yakobus Tamu Ama (1903040139)
Yohanes Smaut (1903040118)

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………………………...2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………………..3
2.1 Pengertian Lembaga Legislatif…………………………………………………………………………………………………….3
2.2 Tugas dan Wewenang Lembaga-Lembaga Legislatif di Indonesia………………………………………………..4
2.3 Kondisi Lembaga Legislatif di Indonesia……………………………………………………………………………………….7

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………………9
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………..9
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………………………….9

REFERENSI………………………………………………………………………………………………………………………………………………….10

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami ini.
Di dalam makalah ini, akan dibahas mengenai lembaga legislatif. Penulis akan membahas
tugas dan wewenang dari lembaga legislatif di Indonesia, serta bagaimana kondisi lembaga
legislatif di Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Hormat kami,

Kelompok 1.

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Montesqueieu dalam magnus opusnya, Spirit of the Laws yang terbit pada tahun
1748, mengajukan suatu pemikiran politik “Trias Politica”. Trias Politica merupakan
suatu pemikiran politik yang menerapkan pembagian kekuasaan dalam suatu negara
menjadi tiga bagian, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan
yudikatif. Tujuan dari pembagian kekuasaan ini adalah untuk membagi peran serta tugas
dalam kehidupan bernegara. Selain itu, tujuan yang tidak kalah penting ialah agar tidak
terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh satu orang penguasa atau oleh satu kelompok
penguasa. Meski tidak sepenuhnya, namun Indonesia juga menerapkan prinsip Trias
Politica secara implisit. Pembagian kekuasaan di Indonesia juga terbagi menjadi tiga
fungsi, yakni fungsi eksekutif, fungsi legislatif, dan fungsi yudikatif atau kehakiman.
Hal-hal mengenai peraturan kekuasaan telah diatur dalam UUD 1945 selaku landasan
konstitusi utama di negara Indonesia.
Badan legislatif merupakan satu dari tiga lembaga yang dimaksud dalam Trias
Politica. Di Indonesia, lembaga legislatif adalah sebuah lembaga yang mewakili seluruh
rakyat dalam menyusun undang-undang serta ikut mengawasi atas implementasi undang-
undang yang ada oleh badan eksekutif yang mana setiap anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum. Lembaga legislatif Indonesia dibagi menjadi tiga bagian yaitu, MPR
(Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), dan DPD (Dewan
Perwakilan Daerah). Walaupun ketiganya memiliki tugas yang berbeda, ketiganya
memiliki kedudukan yang sederajat di dalam konstitusi.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan lembaga legislatif?
b. Apa saja tugas dan wewenang dari lembaga-lembaga legislatif di Indonesia?
c. Bagaimana kondisi lembaga legislatif di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Menjelaskan pengertian lembaga legislatif.
b. Menyajikan tugas dan wewenang lembaga-lembaga legislatif di Indonesia.
c. Menjelaskan kondisi lembaga legislatif di Indonesia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Legislatif


Kata legislatif berasal dari kata Bahasa Inggris “legislate”, yang berarti mengatur
atau membuat undang-undang. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, legislatif
memiliki arti yang sama, yaitu berwenang membuat undang-undang. Maka, lembaga
legislatif dapat diartikan sebagai badan atau dewan yang berkuasa atau yang berwenang
membuat undang-undang. Lembaga legislatif juga dikenal dengan berbagai macam nama,
seperti parlemen, kongres, atau asembli nasional.
Di Indonesia sendiri, lembaga legislatif merupakan sebuah lembaga yang
mewakili seluruh rakyat dalam menyusun undang-undang serta ikut mengawasi
implementasi undang-undang yang ada oleh badan eksekutif. Selain kekuasaan membuat
undang-undang, kekuasaan legislatif berwenang mengawasi dan meminta keterangan
pada kekuasaan eksekutif. Kekuasaan legislatif tersebut bertujuan untuk membatasi
kekuasaan eksekutif, sehingga presiden tidak bisa sewenang-wenang memanfaatkan
jabatannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Anggota lembaga legislatif
dipilih melalui pemilihan umum.
Sturuktur lembaga legslatif di Indonesia terdiri dari Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat I dan Tingkat II, serta Dewan Perwakila
Daerah. Saat undang-undang 1945 belum diamandemen, Majelis Permusyawaratan
Rakyat merupakan lembaga tertinggi yang ada di Indonesia. Tapi setelah undang-undang
diamandemen, Majelis Permusyawaran Rakyat bukan merupakan lembaga tertinggi di
Indonesia lagi karena kedudukan tersebut telah dihapuskan dan yang ada hanyalah
kedudukan sebagai lembaga negara Indonesia. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri
dari anggota DPR dan DPD yang telah terpilih pada saat pemilu dan akan menempati
jabatan tersebut dalam jangka waktu 5 tahun.

3
2.2 Tugas dan Wewenang Lembaga-Lembaga Legislatif di Indonesia
 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
 Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
 Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemi-lihan
umum, dalam sidang paripurna MPR;
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi
untuk memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam
masa jabatannya setelah presiden daniatau wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang
paripuma MPR,
 Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan
kewajibannya dalam masa jabatannya;
 Memilih wakil presiden dari dua .calon yang diajukan presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa
jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
 Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti
secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon
presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang paket calon presiden dan waki1
presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-
lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
 Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

4
 Dewan Perwakilan Rakyat

Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
 Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
 Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah)
 Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
 Menetapkan UU bersama dengan Presiden
 Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU 

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)
 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait
pajak, pendidikan dan agama
 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK
 Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara 

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan
pemerintah
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh
DPD (terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama)

5
Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:
 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat
 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang
ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan
memberhentikan anggota Komisi Yudisial.
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti
dan abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar
lain
 Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD
 Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung
yang akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden
 Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke
Presiden

 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


 Pengajuan Usul Rancangan Undang-Undang
 Pembahasan Rancangan Undang-Undang
 Pertimbangan Atas Rancangan Undang-Undang dan Pemilihan Anggota BPK
 Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang

6
2.3 Kondisi Lembaga Legislatif di Indonesia
Badan Legislatif sangat krusial perannya demi menjaga kelangsungan
pemerintahan yang baik, terlebih di negara yang sedang mengalami transisi dari yang
sebelumnya otoriter ke demokrasi seperti Indonesia. Sejak reformasi 1998, badan
legislatif Indonesia menjadi kunci penting dalam membuat kebijakan politik. Namun,
citra lembaga legislatif di Indonesia kian hari kian memburuk. Seiring kebutuhan
masyarakat Indonesia untuk mengandalkan kinerja DPR sebagai pembuat kebijakan
publik malah membuat ragu masyarakat, contohnya pada tahun 2005 saat dilaksanakan
sidang paripurna DPR yang membahas mengenai kenaikan harga minyak yang mana
terjadi konflik di antara anggota Dewan yang melakukan sidang paripurna di hari kedua.
Konflik terjadi karena adanya anggota Dewan yang kebanyakan berasal dari fraksi PDI-P
tak setuju dengan kebijakan kenaikan harga BBM, merasa pendapatan mereka(anggota
yang tak setuju) tak diindahan Ketua DPR, Agung Lakshono,  mereka pun melancarkan
protes kepada beliau dengan menghampiri mimbarnya, melihat itu fraksi Golkar mencoba
menghalangi dan melerai. Kisruh pada sidang tersebut tidaklah mencerminkan tindakan
dari orang terpelajar yang dipercaya masyarakat yang menyebabkan sentiment
masyarakat terhadap para legislator publik ini memburuk.
Ada beberapa parameter yang dibuat oleh masyarakat untuk mengukur kualitas
lembaga legislatif. Pertama, tingkat kehadiran yang rendah pada rapat paripurna atau
rapat- rapat komisi dan badan serta panitia khusus (pansus) dan panitia kerja (panja). Ada
yang beralasan hal ini terjadi karena jadwal rapat komisi, badan, pansus, atau panja kerap
berbenturan. Kedua, produktivitas DPR dari periode ke periode juga rendah, selalu gagal
merampungkan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Pada Prolegnas 2014- 2019
yang ditetapkan DPR terdapat 183 RUU yang harus diselesaikan. Memasuki 2017, baru
14 RUU yang diselesaikan. Ketiga, kualitas UU yang dihasilkan DPR sangat rendah.
Banyak UU yang baru disahkan sudah harus direvisi karena kalah dalam uji materi di
Mahkamah Konstitusi (MK). Kemudian diketahui di MK, untuk judicial review dan
sengketa pilkada, juga transaksional; amat sangat memprihatinkan. Keempat, DPR lebih
memprioritaskan bongkar pasang UU yang mestinya dibuat untuk jangka panjang.
Seperti UU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) versi terakhir yang

7
disahkan setelah Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, baru berusia dua tahun, akan
disempurnakan lagi. UU Pemilu dan UU Pilpres setiap akan pemilu selalu dibongkar
pasang. Ini menunjukkan besarnya kepentingan yang jadi pertimbangan dan bukan upaya
membentuk tatanan secara sistemis. Kelima, kualitas fungsi pengawasan sangat
mengecewakan. Banyak anggota DPR dan DPRD provinsi/kabupaten/kota yang justru
menjadi terpidana korupsi atau suap dalam mega-skandal yang tak
terbayangkan besarnya.
Untuk menghadirkan DPR yang lebih berkualitas, hasil Pileg diperlukan rakyat
yang sadar untuk memilih wakilnya di lembaga legislatif yang berintegritas, kapabel, dan
bermoral, serta penyempurnaan UU Pemilu yang kondusif. Kini waktu yang tepat karena
parpol tengah memulai penjaringan untuk menyusun nominasi daftar caleg. Jika tak
dilakukan perubahan sistem pileg, orang-orang baik dan mampu yang tak populer dan tak
ber-uang akan sulit jadi anggota DPR. Sangat berbahaya kalau dalam Pileg terjadi apa
yang dalam ungkapan Jawa: "Sing iso ora gelem, sing gelem ora dadi, sing dadi sing ora
iso" (Yang mampu tak mau, yang mau tak jadi, yang jadi yang tak mampu).
Peranan parpol di negara demokrasi sangat penting dan strategis, sangat
menentukan dalam menghadirkan DPR dan DPRD berkualitas karena perannya
amat besar dalam mewarnai sistem pemilu, perekrutan caleg, dan dalam
mengartikulasikan aspirasi rakyat. Karena itu, selayaknyalah dipimpin oleh tokoh-tokoh
yang tulus mengabdi bagi bangsa, negara, dan rakyat. Kita berharap pemerintah dan DPR
dapat memformulasikan sistem pemilu yang memperbaiki kelemahan sistem proporsional
terbuka. Sistem pemilu merupakan alat strategis untuk menciptakan DPR RI sebagai
lembaga tepercaya karena diisi wakil rakyat yang lebih berkualitas, representatif
(mewakili semua unsur masyarakat), dan bergerak sinergis memajukan Indonesia di
segala bidang.

8
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lembaga legislatif merupakan satu dari tiga lembaga “Trias Politica” yang
diajukan oleh Montesqueieu. Lembaga legislatif ini berfungsi untuk membuat undang-
undang serta juga berfungsi sebagai pengawas badan eksekutif, agar kepala negara tidak
menyalahgunakan kekuasaannya.
Di Indonesia sendiri, lembaga legislatif merupakan suatu badan atau dewan yang
terdiri dari perwakilan-perwakilan dari seluruh masyarakat. Lembaga legislatif ini
berperan untuk menampung aspirasi rakyat, membuat undang-undang, serta sebagai
pengontrol lembaga eksekutif.
Lembaga legislatif di Indonesia memiliki citra yang buruk di mata masyarakat.
Hal tersebut disebabkan oleh permasalahan-permasalahan yang ada di dalam lembaga
tersebut, seperti maraknya kasus korupsi di anggota DPR. Untuk mengatasi masalah ini,
diperlukan intervensi dari pemerintah serta masyarakat.

3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas lembaga legislatif di Indonesia, diperlukan adanya
perubahan dalam sistem pemilihan legislatif. Sistem proporsional terbuka ternyata
mendorong politik uang/transaksional, bukan saja oleh caleg, melainkan juga pemilih.
Sistem ini juga menguntungkan calon populer, terutama kalangan selebritas. Sistem ini
harus diubah agar bukan hanya orang berduit atau orang populer saja yang dapat maju
dalam pileg, tetapi juga orang-orang yang mempunyai kualitas serta keahlian dalam ilmu
politik juga dapat maju, walaupun mereka tidak kaya atau tidak terlalu populer.
Selain itu, masyarakat juga berperan penting. Masyarakat haruslah dibekali
dengan pengetahuan politik, agar mereka dapat memilih calon anggota legislatif yang

9
berkualitas dan tidak termakan dengan rayuan serta janji manis para oknum yang hanya
ingin mendapat jabatan

REFERENSI

https://nasional.kompas.com/read/2017/03/14/18180051/mutu.lembaga.legislatif?page=all

https://news.detik.com/kolom/d-4097488/dilema-legislatif-dan-demokrasi-kita

https://shiningwiris.wordpress.com/2012/04/17/trias-politica/

https://jagokata.com/arti-kata/legislatif.html

https://dpd.go.id/halaman-700_fungsi-tugas--wewenang

https://mpr.go.id/halaman/d/tugas-dan-wewenang

https://www.academia.edu/18325267/Badan_Legislatif_di_Indonesia

http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang

https://www.kompasiana.com/yogifebri14/55292f0bf17e6116498b45b4/sedikit-sejarah-tentang-
badan-legislatif-indonesia-sebelum-menapak-ke-2014

10

Anda mungkin juga menyukai