Anda di halaman 1dari 8

Materi Tata Negara

Di dalam kamus Bahasa Indonesia, negara diartikan sebagai organisasi di


atas kelompok sosial yang bersama-sama mendiami suatu wilayah (teritori)
tertentu, yang diorganisasikan oleh suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib
dan keselamatan dari kelompok sosial tersebut. Tata negara/kenegaraan
merupakan seperangkat prinsip dasar yang mencakupi peraturan susunan
pemerintah, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar pengaturan suatu
negara.
Indonesia merupakan negara menganut sistem Trias Politica atau
pemisahan kekuasaan yang dikembangkan oleh filsuf politik Prancis bernama
Montesquieu, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Penerapan trias politica
dalam pemerintahan membuat kekuasaan penyelenggara negara tidak absolut
karena terpilah menjadi beberapa lembaga yang saling mengawasi. Konsep
pemisahan kekuasaan ini menyebutkan bahwa kekuasaan negara mesti dipisahkan
menjadi beberapa bagian. Dengan pemisahan orang dan fungsinya, menjadikan
kekuasaan tidak mutlak dan memungkinkan di antara bagian saling bekerja sama.
Kekuasaan yang diberikan absolut pada seseorang atau lembaga, berpotensi
terjadi penyalahgunaan dalam praktiknya. Di Indonesia, Pemegang fungsi
legislatif adalah MPR, DPR, dan DPD. Pengampu fungsi eksekutif berada di
tangan Presiden. Fungsi yudikatif ditangani oleh MA, MK, dan KY.
Asas atau Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Negara antara
lain: Kepastian hukum, Akuntabililtas, Tertib penyelenggaraan negara,
Kepentingan umum, Efisiensi, Proposionalitas, Profesionalitas, Keterbukaan.
Asas Propososionalitas adalah asas yang meletakkan segala kegiatan
sesuai konteks dan tujuan kegiatan yang dilakukan oleh warga negara, institusi,
maupun aparatur pemerintahan yang dilandasi oleh etika individual, etika sosial,
dan etika institusional.
Asas kepastian hukum merupakan asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan. 

1. Lembaga Legislatif
1.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum dan

46
47

diatur lebih lanjut dengan undang-undang. MPR mempunyai tugas dan


wewenang, di antaranya:
1. Mengubah dan menetapkan (amandemen) Undang-Undang Dasar;
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum
dalam sidang paripurna MPR;
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya
setelah presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan di sidang paripuma MPR;
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi
keterlambatan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-
lambatnya dalam enam puluh hari;
6. Memilih presiden dan wakil presiden keduanya berhenti secara bersamaan
dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon
presiden dan wakil presiden meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya
dalam waktu tiga puluh hari;
7. penetapan tata tertib dan kode etik MPR.
Tugas MPR yang berhubungan dengan presiden di antaranya, melantik
presiden dan wakil presiden, memberhentikan presiden dan wakil presiden,
memilih presiden dan wakil presiden jika mereka berdua mangkat, dan memilih
presiden saat terjadi kekosongan kekuasaan.

1.2 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR terdiri dari anggota partai politik (parpol) dan/atau individu non
parpol yang dipilih melalui pemilihan umum. Dalam konsep trias politika, DPR
berperan sebagai lembaga legislatif yang berfungsi untuk membuat undang-
undang dan mengawasi jalannya pelaksanaan undang-undang yang dilakukan
pemerintah sebagai lembaga eksekutif.
DPR memiliki tugas dan wewenang terkait dengan fungsi legislasi;
1. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
2. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU).
3. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah).
48

4. Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD.


5. Menetapkan UU bersama dengan Presiden.
6. Menyetujui atau tidak menyetujui Peraturan Pemerintah Pengganti UU
(Perppu) yang diajukan Presiden untuk ditetapkan menjadi UU.
Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:
1. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden).
2. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait
pajak, pendidikan dan agama.
3. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK.
4. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara
Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR juga memiliki tugas dan wewenang:
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan
pemerintah.
2. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran
dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan dan agama).
Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:
1. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.
2. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang
ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan
memberhentikan anggota Komisi Yudisial.
3. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti
dan abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar
lain.
4. Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
5. Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung
yang akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden.
6. Memilih tiga orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden.

1.3 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD merupakan dewan yang anggota-anggotanya mewakili daerah atau
provinsi masing-masing di Indonesia. Setiap daerah atau provinsi di Indonesia
diwakili oleh empat orang yang dipilih langsung dalam pemilu oleh rakyat di
daerahnya masing-masing. Sebagai lembaga legislatif, DPD mempunyai fungsi
legislasi, pengawasan dan penganggaran. DPD berhak ikut duduk dalam
49

pembahasan dan penetapan undang-undang. Kewenangan DPD diatur dalam


Pasal 22D Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal tersebut, kewenangan DPD
di bidang legislasi adalah:
1. Pengajuan Usul Rancangan Undang-Undang.
2. Berwewenang untuk ikut membahas bersama DPR dan Pemerintah terhadap
penyusunan pembahasan Rancangan Undang-Undang.
3. Berwewenang memberikan pandangan dan pendapat terhadap RUU.
4. Berwewenang memberikan pertimbangan atas Rancangan Undang-Undang
tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama
serta Pemilihan Anggota BPK.
5. Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2014, DPD memiliki


beberapa fungsi sebagai berikut:
1. DPD mengajukan RUU terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan SDA
dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah kepada DPR.
2. DPD ikut dalam pembahasan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. DPD berfungsi sebagai pemberi pertimbangan kepada DPR atas RUU tentang
APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
4. Berfungsi sebagai pengawas atas pelaksanaan UU terkait otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

2. Lembaga Eksekutif
Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam satu
pasangan calon pada saat pemilihan umum (Pemilu). Syarat-syarat untuk menjadi
Presiden dan Wakil Presiden diatur oleh undang-undang. Dalam pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, penetapan pemenang ditentukan
melalui jumlah suara masing-masing pasangan. Sesuai pasal 6A ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
mendapatkan suara lebih dari 40% dari jumlah suara dalam pemilihan umum
dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari
setengah jumlah provinsi di Indonesia akan dilantik menjadi Presiden dan Wakil.
Presiden dapat mengangkat menteri-menteri untuk membantu kerja Presiden
dalam kabinet.
50

Berdasarkan UUD 1945, kekuasaan Presiden dibagi menjadi kekuasaan


Presiden dalam bidang eksekutif (kepala pemerintahan), kekuasaan Presiden
dalam bidang legislatif, dan kekuasaan Presiden sebagai kepala negara. Tugas
Presiden sebagai kepala pemerintahan memegang kekuasaan tertinggi Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Presiden juga melakukan perjanjian
Internasional, melakukan pengangkatan duta negara, dan menerima duta negara
lain atas persetujuan serta pertimbangan DPR.
Dalam kekuasaan eksekutif, Presiden adalah lembaga tertinggi setelah
UUD. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR dan MPR melainkan
kepada rakyatnya. Presiden juga melakukan tugas legislatif seperti membentuk
undang-undang dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan
undang-undang. Sedangkan dalam pelaksanaan tugas yudisial berupa hak
Presiden sebagai kepala negara.

Kekuasaan Presiden dalam Bidang Eksekutif (Kepala Pemerintahan);


1. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar (Pasal 4 ayat 1). Pasal 4 ayat 1 memberikan wewenang
kepada Presiden untuk mengatur proses pemerintahan berdasarkan batasan
yang berada pada UUD 1945.
2. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat 2).

Kekuasaan Presiden dalam Bidang Legislatif;


1. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR (Pasal 5
ayat 1).
2. Jika usul rancangan undang-undang (oleh anggota DPR), meskipun disetujui
DPR, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan
lagi dalam persidangan DPR masa itu (Pasal 21 ayat 2).
3. Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menentapkan
peraturan pemerintahan sebagai pengganti undang-undang (Pasal 22 ayat 1).
4. Rancangan undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama-sama DPR dengan memeperhatikan
pertimbangan DPD (Pasal 23 ayat 1).
5. Apabila DPR tidak menyetujui rancangan undang-undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara diusulkan kepada Presiden, pemerintah
menjalankan APBN tahun lalu (Pasal 23 ayat 2).

Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Negara menurut UUD 1945;


1. Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara (Pasal 10).
51

2. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian


dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11 ayat 1).
3. Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan
bahaya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 12).
4. Presiden mengangkat duta dan konsul (pasal 13 ayat 1). Dalam hal mengangkat
duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13 ayat 2).
5. Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan MA (Pasal 14 ayat 1).
6. Presiden memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat 2).
7. Presiden memberikan gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang
diatur dengan Undang-Undang (Pasal 15).
8. Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam UU
(Pasal 16).
9. Presiden mengangkat dan memberhentikan Menteri-menteri (pasal 17 ayat 2).
Jika Presiden dan wakil presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya, digantikan sementara oleh Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan. Kebijakan ini disebut
triumvirat (tiga serangkai).

3. Lembaga Yudikatif
Mahkamah Agung (MA) merupakan salah satu lembaga tertinggi di
kekuasaan yudikatif. MA mempunyai tugas melaksanakan kekuasaan kehakiman
untuk menyelenggarakan peradilan serta menegakkan hukum dan keadilan.
Lingkungan peradilan MA, meliputi Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Sementara Komisi Yudisial (KY) dibentuk untuk mewujudkan kehakiman
yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan pihak lain. Anggota KY
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. KY memiliki peranan dalam mengusulkan pengangkatan hakim agung
sekaligus menjaga marwah kehakiman, termasuk perilaku para hakim. Dalam
Pasal 14 UU Nomor 18 tahun 2011, tentang pengangkatan hakim agung dan
hakim ad hoc, KY memiliki tugas; melakukan pendaftaran calon hakim agung,
melakukan seleksi terhadap calon hakim agung, menetapkan calon hakim agung,
dan mengajukan calon hakim agung ke DPR
Adapun Mahkamah Konstitusi (MK) bertugas melakukan uji undang-
undang (UU) terhadap Undang-Undang Dasar. MK memiliki kewenangan untuk
membatalkan UU jika bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi, yaitu
Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan
bahwa, “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
52

terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap


Undang-Undang Dasar, memutuskan sengketa wewenang lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutuskan pembubaran
partai politik, dan memutuskan tentang hasil pemilihan umum.”

Selain lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif tersebut di atas, sebelum


amandemen UUD 1945 terdapat lembaga Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
yang memiliki tugas memberikan pertimbangan kepada Presiden. Dalam hal ini
DPA menjalankan tugas sebagai lembaga konsulatif. Setelah amandemen UUD
1945, lembaga ini pun kemudian dihapus.
Sementara fungsi eksaminatif (kekuasaan terhadap pemeriksaan
keuangan negara) berada di tangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Lembaga ini akan selalu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab terhadap
keuangan negara. Menurut Pasal 23F ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
menyebutkan bahwa “Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dipilih dan
ditunjuk dari dan oleh anggota BPK.”
Sebagai pelengkap, Indonesia juga memiliki lembaga kelengkapan
negara nondepartemen Pemerintah Republik Indonesia, beberapa di antaranya,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Administrasi Negara, Lembaga
Sandi Nasional, dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Berdasarkan pembukaan UUD 1945 Indonesia terlibat secara aktif dalam
pergaulan Internasional dengan maksud bahwa Bangsa Indonesia merupakan
bagian dari masyarakat internasional. Berdasarkan UUD 1945, ketika Indonesia
melakukan perjanjian internasional, hasil keputusannya perlu diratifikasi atau
disahkan oleh DPR berdasarkan UUD 1945 Pasal 11.
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur antara negara dengan
perorangan. Hukum pidana menentukan dengan cara bagaimana pengenaan
pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang melanggarnya.
Partai politik dan calon anggota legislatif atau eksekutif yang dipilih
secara langsung dalam pemilu akan berusaha mencari pendukung sebanyak-
banyaknya melalui cara menyampaikan program-program yang akan dilaksanakan
atau yang disebut kampanye.
Hasil tentang pemilihan umum, diselesaikan melalui lembaga Mahkamah
Konstitusi (MK). Hal ini sesuai dengan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa, “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasarm, memutus sengketa wewenang lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutuskan
pembubaran partai politik, dan memutuskan tentang hasil pemilihan umum.
Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membawahi bidang
infrastruktur dan transportasi.
53

Berdasarkan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000, dwifungsi ABRI telah


dihapuskan dengan memisahkan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Otonomi daerah berarti pemerintah pusat menyerahkan sebagian
kewenangan pada pemerintah daerah. Hal itu disebabkan karena pemerintah pusat
tidak dapat menyelesaikan semua urusan di daerah. Pemerintah pusat memiliki
keterbatasan dalam menyelesaikan urusan yang ada di daerah sehingga
pemerintah pusat memberikan tugas pembantuan tersebut kepada pemerintah
daerah.
Beberapa Pasal
Pasal 17 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2003, menyebutkan bahwa Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi
menetapkan pemindahan Pegawai Negeri Sipil Daerah antar Kabupaten/Kota
dalam suatu provinsi.
Pasal 17 ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Pembentukan,
pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang
(UU).”
Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.”
Pasal 23D UUD 1945 menyatakan bahwa Negara memiliki suatu bank
sentral yang terdiri dari, kedudukan, tugas, tanggung jawab, dan independensinya
diatur dengan undang-undang.
Pasal 24A ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa Ketua dan Wakil
Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
Pasal 22E ayat (1) UUD 1945 menyebutkan mengenai asas-asa
pemelihan umum, yaitu dilaksanakan, “Pemilihan umum secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
Pasal 30 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Tentara Nasional
Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Anda mungkin juga menyukai