Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : PAESAL

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 030753358

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4201/Hukum Tata Negara

Kode/Nama UPBJJ : 79/KUPANG

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Saat ini, sesuai hasil Amandemen UUD 1945, parlemen di Republik Indonesia terdiri dari
MPR, DPR dan DPD.

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dengan undang-undang, seperti dikutip dari laman resmi MPR RI.
DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan RI yang merupakan lembaga perwakilan
rakyat.

DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. DPR memiliki kekuasaan dalam
membentuk undang-undang.

Sementara itu, DPD adalah lembaga legislatif di sistem ketatanegaraan RI yang menjadi wakil daerah
provinsi.

Wakil-wakil DPD dipilih melalui pemilihan umum dan berfungsi dalam pengajuan usul, ikut dalam
pembahasan, dan memberi pertimbangan yang terkait bidang legislasi tertentu, serta melakukan
pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

Tugas dan Wewenang MPR

- Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.


- Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang
paripurna MPR.
- Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil
presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripurna MPR.

- Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
- Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari.
- Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa
jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari.
- Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

Tugas dan Wewenang DPR

- Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)


- Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
- Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE
lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
- Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
- Menetapkan UU bersama dengan Presiden
- Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan
Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU
- Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)
- Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan, dan agama
- Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang disampaikan BPK
- Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap perjanjian
yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah
- Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD (terkait
pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan
agama)
- Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat
- Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk:
(1) menyatakan perang ataupun membuat perdamaian dengan negara lain;
(2) mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial.
- Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal:
(1) pemberian amnesti dan abolisi;
(2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain

- Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD

- Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang akan
ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden

- Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden

Tugas dan Wewenang DPD

- Mengajukan usul Rancangan Undang-Undang pada DPR terkait otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
- Membahas Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
- Memberikan pertimbangan dalam Rancangan Undang-Undang anggaran pendapatan dan
belanja negara dan Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama.
- Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
- Mengawasi pelaksanaan Undang-Undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan dan agama.
- Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan UU kepada DPR sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
2. Pengisian jabatan Presiden dan wakil Presiden merupakan salah satu unsur penting
penyelenggaraan negara. Dalam konstitusi dijelaskan bahwa pemegang kekuasaan
pemerintahan adalah Presiden dan dibantu oleh seorang wakil Presiden. Berdasarkan
konstitusi negara Indonesia telah diatur mengenai mekanisme pengisian jabatan Presiden
dan wakil Presiden. Prinsip konstitusi negara Indonesia atau undang-undang dasar negara
Republik Indonesia mengandung prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi memungkinkan
setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam membangun masyarakat,
bangsa dan negara yang menjadi hak konstitusional. Pasca amandemen UUD, mekanisme
pengisian jabatan Presiden dan wakil Presiden diatur dalam Pasal 6A UUD 1945 yang
mengharuskan calon Presiden dan wakil Presiden diusulkan oleh partai politik.
Pengaturan lebih lanjut mengenai pengisian jabatan Presiden diatur melalui Undang-
Undang No. 7 Tahun 2017 dimana ketentuan pencalonan Presiden dan wakil Presiden
oleh partai politik diharuskan memenuhi presidential threshold. Adanya ketentuan
tersebut bertentangan dengan prinsip demokrasi konstitusional. Dalam Pasal 6A UUD
1945 bertentangan dengan hak konstitusional setiap orang untuk menggunakan hak
mencalonkan diri (the right to be candidate) sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden.
Melalui Pasal 222 UU. No.7 Tahun 2017 mengkebiri hak konstitusional partai politik
dalam hak mengajukan calon (the right to propose candidate).
3. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu
prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan penyelengaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Dalam usaha memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka, sesuai dengan
tuntutan reformasi di bidang hukum telah dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Melalui perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tersebut telah diletakkan
kebijakan bahwa segala urusan mengenai peradilan baik yang menyangkut teknis yudisial
maupun urusan organisasi, administrasi, dan finansial berada di bawah satu atap di bawah
kekuasaan Mahkamah Agung. Kebijakan ini sudah harus dilaksanakan paling lambat 5
(lima) tahun sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, pembinaan badan peradilan umum, badan
peradilan agama, badan peradilan militer, dan badan peradilan tata usaha negara berada di
bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Mengingat sejarah perkembangan peradilan agama
yang spesifik dalam sistem peradilan nasional, pembinaan terhadap badan peradilan
agama dilakukan dengan memperhatikan saran dan pendapat Menteri Agama dan Majelis
Ulama Indonesia.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
membawa perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan khususnya dalam pelaksanaan
kekuasaan kehakiman. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan
kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
Ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menentukan bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu Mahkamah
Konstitusi mempunyai kewajiban memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau wakil Presiden menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Disamping perubahan yang menyangkut kelembagaan penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman sebagaimana dikemukakan di atas, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah mengintroduksi pula suatu lembaga baru yang berkaitan
dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial. Komisi Yudisial
bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat serta perilaku hakim.
Mengingat perubahan mendasar yang dilakukan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya mengenai penyelengaraan kekuasaan
kehakiman, maka Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 1999 perlu dilakukan perubahan secara komprehensif.
Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara
kekuasaan kehakiman, asas-asas penyelengaraan kekuasaan kehakiman, jaminan
kedudukan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang dalam hukum dan dalam mencari
keadilan. Selain itu dalam Undang-Undang ini diatur pula ketentuan yang menegaskan
kedudukan hakim sebagai pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman serta panitera,
panitera pengganti, dan juru sita sebagai pejabat peradilan, pelaksanaan putusan
pengadilan, bantuan hukum, dan badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman. Untuk memberikan kepastian dalam proses pengalihan
organisasi, administrasi, dan finansial badan peradilan di bawah Mahkamah Agung dalam
Undang-Undang ini diatur pula ketentuan peralihan.

Anda mungkin juga menyukai