bagian, yakni lembaga legislatif (pembuat Undang-Undang), lembaga eksekutif (pelaksana Undang-
Undang), dan lembaga yudikatif (pengawas pelaksana Undang-Undang).
Lembaga legislatif mengemban tugas dan wewenang untuk merumuskan UU di sebuah negara. Di
Indonesia, lembaga legislatif terdiri dari MPR, DPR, dan DPD.
A. Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR)
MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum (Pemilu) dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
Berikut tugas dan wewenang MPR:
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam sidang paripurna MPR.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan
atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang
paripurna MPR.
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari.
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari.
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.
B. Wakil Presiden
berikut adalah tugas yang diemban oleh wakil presiden:
1. Membantu Presiden dalam melaksanakan kewajibannya.
2. Menggantikan Presiden hingga habis masa periodenya, apabila Presiden meninggal dunia,
berhenti, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya selama masa jabatan yang telah
ditetapkan.
3. Memerhatikan secara khusus serta menampung masalah yang memerlukan penanganan,
utamanya yang menyangkut kesejahteraan rakyat.
4. Melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen, lembaga non
departemen, inspektur jenderal departemen yang bersangkutan, serta deputi pengawasan dari
lembaga non departemen yang bersangkutan.
Lembaga yudikatif mengemban tugas dan wewenang untuk mengawasi jalannya UU di sebuah negara.
Di Indonesia, lembaga legislatif terdiri dari MA, MK, KY.
A. Mahkamah Agung (MA)
Merujuk pada website resmi Mahkamah Agung, lembaga politik ini memiliki fungsi peradilan,
fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat, fungsi administratif, dan fungsi lain-lain.
Berikut tugas dan wewenangnya:
1. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga
agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat
dan benar.
2. MA berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa
tentang kewenangan mengadili, permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah
Agung No. 14 Tahun 1985), dan semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan
muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33
dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985).
3. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji/menilai
secara materiil peraturan perundangan di bawah Undang-undang tentang hal apakah suatu
peraturan ditinjau dari isinya (materi) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih
tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
4. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan
dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4
dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
5. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal
yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985), serta terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
6. Mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal
79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
7. Membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang
sudah diatur Undang-Undang.
8. Memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
9. MA memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau
penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah
Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala
Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum
mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
10. Meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan di semua lingkungan
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14
Tahun 1985 tentang MA).
11. Mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan