Anda di halaman 1dari 5

Dalam UUD 1945 Pasca Amandemen, trias politika membagi kekuasaan negara dalam tiga

bagian, yakni lembaga legislatif (pembuat Undang-Undang), lembaga eksekutif (pelaksana Undang-
Undang), dan lembaga yudikatif (pengawas pelaksana Undang-Undang).
Lembaga legislatif mengemban tugas dan wewenang untuk merumuskan UU di sebuah negara. Di
Indonesia, lembaga legislatif terdiri dari MPR, DPR, dan DPD.
A. Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR)
MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum (Pemilu) dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
Berikut tugas dan wewenang MPR:
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam sidang paripurna MPR.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan
atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang
paripurna MPR.
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari.
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari.
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

B. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR adalah salah satu lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945 yang memiliki tugas dan
wewenang dalam fungsi legislasi, anggaran, pengawasan, dan lainnya. Berikut tugas dan
wewenang DPR yang dikutip dari laman resmi DPR.
Tugas dan wewenang DPR terkait fungsi legislasi:
1. Menyusun program legislasi nasional (Prolegnas).
2. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU).
3. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE
lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah).
4. Membahas RUU yang diusulkan oleh presiden ataupun DPD.
5. Menetapkan UU bersama dengan presiden.
6. Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan
Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU

Tugas dan wewenang DPR terkait fungsi anggaran:


1. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan presiden).
2. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama.
3. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang disampaikan oleh BPK.
4. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap
perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara.

Tugas dan wewenang DPR terkait fungsi pengawasan:


1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah.
2. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD (terkait
pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan
agama).

Tugas dan wewenang DPR lainnya:


1. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.
2. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupun membuat
perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi
Yudisial.
3. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan abolisi;
(2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain.
4. Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
5. Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang akan
ditetapkan menjadi hakim agung oleh presiden.
6. Memilih tiga orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden.

C. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD mempunyai fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran yang dijalankan dalam
kerangka fungsi representasi.
berikut tugas dan wewenang DPD di Indonesia.:
1. Mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber
daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. Memberi pertimbangan atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
Serta memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
4. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
5. Penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
6. Pemantauan dan evaluasi rancangan Peraturan daerah (Raperda) dan Peraturan daerah
(Perda).
Lembaga Eksekutif adalah lembaga yang diberi kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.
Kedudukan lembaga eksekutif dipegang oleh kepala pemerintahan yakni presiden, wakilnya, serta
menteri-menteri.
A. Presiden
berikut tugas dan wewenang Presiden:
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
(Undang-Undang Pasal 10).
2. Memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul (Undang-Undang Pasal 13 ayat 1)
3. Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan pertimbangan dari Dewan
perwakilan Rakyat (Undang-Undang Pasal 13 ayat 1).
4. Memegang kekuasaan pemerintahan (Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat 1).
5. Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya
(Undang-Undang Pasal 3 ayat 2).
6. Mengangkat dan memberhentikan para menteri (Undang-Undang Pasal 17 ayat 2).
7. Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-
Undang (Undang-Undang Pasal 2 ayat 4).
8. Merancang Undang-Undang yang mengatur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memerhatikan pertimbangan DPD
(Undang-Undang Pasal 23 ayat 2).
9. Meresmikan anggota BPK yang dipilih DPR dengan memerhatikan pertimbangan DPD
(Undang-Undang Pasal 23F ayat 1).
10. Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya diusulkan oleh
Komisi Yudisial dan DPR (Undang-Undang Pasal 24A ayat 3).
11. Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR
12. Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR, dan Presiden

B. Wakil Presiden
berikut adalah tugas yang diemban oleh wakil presiden:
1. Membantu Presiden dalam melaksanakan kewajibannya.
2. Menggantikan Presiden hingga habis masa periodenya, apabila Presiden meninggal dunia,
berhenti, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya selama masa jabatan yang telah
ditetapkan.
3. Memerhatikan secara khusus serta menampung masalah yang memerlukan penanganan,
utamanya yang menyangkut kesejahteraan rakyat.
4. Melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen, lembaga non
departemen, inspektur jenderal departemen yang bersangkutan, serta deputi pengawasan dari
lembaga non departemen yang bersangkutan.
Lembaga yudikatif mengemban tugas dan wewenang untuk mengawasi jalannya UU di sebuah negara.
Di Indonesia, lembaga legislatif terdiri dari MA, MK, KY.
A. Mahkamah Agung (MA)
Merujuk pada website resmi Mahkamah Agung, lembaga politik ini memiliki fungsi peradilan,
fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat, fungsi administratif, dan fungsi lain-lain.
Berikut tugas dan wewenangnya:
1. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga
agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat
dan benar.
2. MA berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa
tentang kewenangan mengadili, permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah
Agung No. 14 Tahun 1985), dan semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan
muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33
dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985).
3. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji/menilai
secara materiil peraturan perundangan di bawah Undang-undang tentang hal apakah suatu
peraturan ditinjau dari isinya (materi) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih
tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
4. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan
dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4
dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
5. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal
yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985), serta terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
6. Mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal
79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
7. Membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang
sudah diatur Undang-Undang.
8. Memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
9. MA memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau
penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah
Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala
Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum
mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
10. Meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan di semua lingkungan
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14
Tahun 1985 tentang MA).
11. Mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan

B. Mahkamah Konstitusi (MK)


Merujuk pada situs Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, berikut tugas yang wajib
dilaksanakan oleh Mahkamah Konstitusi.
1. Menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.
2. Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945.
3. Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945.
4. Memutus pembubaran partai politik.
5. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
6. Memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden telah
melanggar hukum, melakukan perbuatan tercela, atau tidak memenuhi persyaratan sebagai
Presiden dan atau Wakil Presiden sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.

C. Komisi Yudisial (KY)


Berikut adalah sederet tugas dan wewenang yang dilaksanakan oleh Komisi Yudisial yang diatur
oleh Undang-Undang yang dikutip dari laman Komisi Yudisial.
1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung.
2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung
3. Menetapkan calon hakim agung.
4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim.
6. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku.
7. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup.
8. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
9. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang,
atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
10. Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim.
11. Meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam
pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku
Hakim oleh Hakim.

Anda mungkin juga menyukai