Dosen pengampuh :
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum tata negara adalah (HTN) adalah sekumpulan peraturan yang mengatur
organisasi dari pada negara, hubungan antara alat perlengkapan negara dalam garis
vertikal dan horizontal serta serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya. HTN
menurut para ahli: hukum tata negara adalah hukum yang mengatur semua masyarakat
hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari masing-
masing itu menentukan wilayah lingkungan masyarakatnya. Dan akhirnya menentukan
badan-badan dan fungsinya masing-masingyang berkuasa dalam lingkungan masyarakat
hukum itu sertamenentukan susunan dan wewenang badan-badan tersebut.
Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar yang berlaku di suatu negara. Hukum ini
tidak mengatur hal-hal yang terperinci melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip
yang menjadi dasar peraturan-peraturan lainnya. Undang-Undang Dasar merupakan
naskah konstitusi yang tertulis dalam satu kodifikasi. Indonesia memiliki Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar, yang mana sebelumnya pernah berubah-ubah.
Pertama naskahnya berupa UUD 1945 periode pertama dari tahun 1945 sampai 1949.
Periode kedua konstitusi RIS tahun 1949. Ketiga, UUDS 1950. Keempat, UUD 1945
periode kedua tahun 1959 sampai 1999. Kelima, UUD 1945 periode ketiga tahun 1999
sampai 2000. Keenam, UUD 1945 periode keempat tahun 2000 sampai 2001. Ketujuh,
UUD 1945 periode kelima tahun 2001-2002 dan terakhir UUD 1945 periode keenam
tahun 2002 sampai sekarang. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis
yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum. Indonesia memiliki peraturan perundang-undang yang diatur dalam UU No 12
tahun 2011 pasal 7.
Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
PEMBAHASAN
1). Naskah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959.
2). Naskah Perubahan Pertama, Perubahan Kedua, Perubahan Ketiga, dan Perubahan
Keempat UUD 1945 (masing-masing hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999, 2000, 2001,
2002).
Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Satu Naskah dinyatakan dalam Risalah Rapat
Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi
Tanpa Ada Opini.
a.Undang-Undang
1). Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi: hak-hak asasi manusia, hak
dan kewajiban warga negara, pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian
kekuasaan negara, wilayah dan pembagian daerah, kewarganegaraan dan kependudukan,
serta keuangan negara.
c.Peraturan Pemerintah
e.Peraturan Daerah
Berikut adalah tata urutan perundangan menurut TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan tata urutan peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia adalah :
1. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik Indonesia,
memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.
3. Undang-Undang (UU) dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama Presiden
untuk melaksanakan UUD 1945 serta TAP MPR-RI
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Perpu dibuat oleh Presiden dalam
hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut: A). Perpu harus
diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut. B). DPR dapat menerima atau menolak
Perpu dengan tidak mengadakan perubahan. C). Jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus
dicabut.
6. Keputusan Presiden (Keppres) Keputusan Presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh
Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi
negara dan administrasi pemerintahan.
7. Peraturan Daerah Peraturan daerah propinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) propinsi bersama dengan gubernur. A) Peraturan daerah propinsi dibuat oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) propinsi bersama dengan gubernur.atau DPRD
kabupaten/kota bersama Bupati/walikota. B) Peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh
DPRD kabupaten/kota bersama bupati/walikota, C) Peraturan desa atau yang setingkat,
dibuat oleh badan perwakilan desa atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan
peraturan desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan. Tata cara pembuatan UU, PP, Perda serta pengaturan ruang lingkup Keppres
diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Namun hingga sekarang ini belum ada UU yang
mengatur apa saja yang menjadi lingkup pengaturan dari Keppres dan PP.
Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah salah satu lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah. Dahulu sebelum Reformasi MPR merupakan Lembaga Negara
Tertinggi, yang terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Utusan Daerah, dan Utusan
Golongan.
5).Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
6).Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan
7).Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD, menentukan
dalam masa jabatannya. sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, hak imunitas, dan hak
protokoler. Setelah Sidang MPR 2003, Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh
rakyat tidak lagi oleh MPR. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
negara.
- sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden,
- sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah menetapkan UUD,
- sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus usul DPR
untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden,
- sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus perkara
lainnya.
10). Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
2).Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi Negara
(Pasal 11).
3).Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU (Pasal 12).
Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR
(Pasal 13).
4).Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesty dan
abolisi dengan pertimbangan DPR (Pasal 14). Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-
lain tanda kehormatan menurut UU (Pasal 15)
6).Presiden juga berhak mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu Presiden (Pasal 17).
3).Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.
9).Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
10).Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden
untuk ditetapkan.
15).Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran da
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
Pada anggota DPR melekat hak ajudikasi dan legislasi yakni berupa hak interpelasi,
hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Anggota DPR juga memiliki hak mengajukan
RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak
imunitas, serta hak protokoler.
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR DPR, DPD, dan
DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR berhak meminta pejabat negara,
pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan.
Jika permintaan ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan
peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang
sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan).
Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu, setiap provinsi jumlahnya
sama dan jumlah seluruh anggta DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. DPD
bersidang sedikitnya sekali dalam setahun (Pasal 22C).
DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat-daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat-daerah, serta memberi pertimbangan atas RUU APBN yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama (Pasal 22D). DPD dapat melakukan pengawasan terhadap UU
yang usulan dan pembahasannya dimiliki oleh DPD.
1. Hak :
3).Membela diri;
4).Imunitas;
5).Protokoler;
7).Mengamalkan Pancasila;
13).Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya;
2. Kewajiban
Berkenaan dengan kewajiban tersebut, hal itu mempertegas fungsi politik legislatif
Anggota DPD RI yang meliputi representasi, legislasi dan pengawasan yang dicirikan oleh
sifat kekuatan mandatnya dari rakyat pemilih yaitu sifat "otoritatif" atau mandat rakyat
kepada Anggota; di samping itu ciri sifat ikatan atau "binding" yaitu ciri melekatnya
pemikiran dan langkah kerja Anggota DPD RI yang semata-mata didasarkan pada
kepentingan dan keberpihakan pada rakyat daerah.
Dalam rangka pelaksanaan Pemilu agar terselenggara sesuai asas (luberjudil), maka
dibentuklah sebuah komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri (Pasal
22E). KPU selain ada ditingkat pusat, juga terdapat KPU daerah baik di provinsi maupun
kabupaten/kota.
F. BANK SENTRAL
1).Untuk memeriksa pengolahan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara didalam
suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2).Hasil pemeriksaan keuangan itu diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya.
3).Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan UU.
4).Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan
diresmikan oleh Presiden. BPK juga berwenang melakukan pemeriksaan APBD, perusahaan
daeah, BUMN, dan perusahaan swasta dimana didalmnya terdapat kekayaan Negara.
Diatur dalam Pasal 30 Ayat 3 UUD 1945 yang mengatakan: “Tentara Nasional
Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat
Negara bertugas mempertahankan, melidungi, memelihara kutuhan dan kedaulatan Negara."
Berkenaan dengan tugas dan wewenang serta kedudukan TNI, maka diatur lebih
lanjut dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang angkat dan diberhentikan oleh Presiden
setelah mendapatkan persetujuan dari DPR. Dengan demikian dalam hal pengerahan dan
penggunaan Kekuatan Militer, TNI berkedudukan di bawah Presiden. Sedangkan kebijakan
dan strategi pertahanan serta dukungan administrasi, TNI di bawah koordinasi Departemen
Pertahanan.
-Peradilan Umum pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Negeri, pada tingkat
banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh
Mahkamah.
-Agung Peradilan Agama pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Agama, pada
tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Agama dan pada tingkat kasasi dilakukan
oleh Mahkamah Agung.
-Peradilan Militer pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Militer, pada tingkat
banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Militer dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh
Mahkamah Agung.
-Peradilan Tata Usaha negara pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha
negara, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan pada
tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung.
1. KEWAJIBAN DAN WEWENANG MA
3).Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi Mahkamah
Agung dipimpin oleh seorang ketua. Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim
agung, dan diangkat oleh Presiden. Ketuanya sejak 15 Januari 2009 adalah Harifin A. Tumpa.
4).Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung sebanyak maksimal 60 orang, Hakim agung
dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak berdasarkan sistem karier dari kalangan
profesi atau akademisi
5).Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
Diatur dalam pasal 24 B UUD 1945 dan UU No 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial. Komisi Yudisial adalah lembaga Negara yang bersifat mandiri dan dalam
pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh dari kekuasaan lainnya.
Anggota Komisi Yudisial diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
6).Mengajukan usul penjatuhan sanksi terhadap hakim kepada pimpinan MA dan/atau MK.
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 5. Wajib memberikan putusan atas
pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
UUD.