1. LEMBAGA EKSEKUTIF
Hak Presiden yang bersifat regeling atau mengatur telah tercantum dalam UU
Nomor 10 Tahun 2004 pasal 1 angka 6 berikut ini: “Peraturan Presiden adalah peraturan
perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden,” yang artinya Peraturan Presiden
berada di bawah Peraturan Pemerintah dan di atas Peraturan Daerah. UU Nomor 10
Tahun 2004 pasal 11 kemudian menunjukan bahwa muatan peraturan Presiden berisi
materi yang diperintahkan oleh UU atau menteri untuk menjalankan peraturan
pemerintah. Kemudian, hak Presiden dalam yudikatif tercantum dalam UUD 1945 pasal
14 ayat 1 sebagai berikut: “Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan
memperhatikan pertimbangan mahkamah agung,” kemudian dilanjutkan dengan UUD
1945 pasal 12 ayat 2 berikut ini: “Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan Pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”
Wakil Presiden sebagai pembantu Presiden diatur dalam pasal 4 ayat 2 UUD
1945. Sebagai pembantu presiden, kedudukan wakil presiden sama dengan menteri-
menteri. Mengutip dari jurnal Tugas dan Fungsi Wakil Presiden di Indonesia, yang
ditulis oleh Dhanang Alim Maksum berikut tugas dan wakil presiden.
Pasal yang Mengatur Wakil Presiden Pasal 4 ayat 1 berisi "Presiden Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar. Pasal 4 ayat (2)
berisi “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil
Presiden”.
Tugas dan wewenang wakil presiden yaitu: Membantu Presiden dalam melakukan
kewajibannya. Menggantikan Presiden sampai habis masa waktunya jika Presiden
meninggal dunia, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatan yang telah ditentukan. Memperhatikan secara khusus dan menampung masalah
yang perlu penanganan menyangkut bidang kesejahteraan rakyat. Melakukan
pengawasan operasional pembangunan dari inspektur jenderal, dari departemen, atau
lembaga nondepartemen yang berkaitan. Kedudukan wakil presiden sebagai pembantu
Presiden diatur dalam pasal 4 ayat 2 UUD 1945. Sebagai pembantu presiden,
kedudukan wakil presiden sama dengan menteri-menteri. Mengutip dari jurnal Tugas
dan Fungsi Wakil Presiden di Indonesia, yang ditulis oleh Dhanang Alim Maksum
berikut tugas dan wakil presiden.
Pasal yang Mengatur Wakil Presiden
Pasal 4 ayat 1 berisi "Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang- Undang Dasar.
Pasal 4 ayat (2) berisi “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh
satu orang wakil Presiden”.
2. Kementrian Negara
Kementerian negara dibentuk untuk meningkatkan koordinasi serta kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdaya guna dan berhasil guna. Landasan
hukum pembentukan kementerian negara adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
LEMBAGA LEGISLATIF
Hak DPR
Terkait pelaksanaan fungsinya, ada tiga hak yang dimiliki DPR. Ketiga hak
sebagaimana diterangkan Pasal 79 ayat (1) UU 17/2014, yaitu hak interpelasi, angket,
dan menyatakan pendapat. DPR dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya
terkait pelaksanaan fungsi pengawasan, dibekali 3 (tiga) hak, yakni:
1. Hak Interpelasi: hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Hak Angket: hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak Menyatakan Pendapat: hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
a) kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air
atau di dunia internasional;
b) tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau
c) dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum
baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
LEMBAGA YUDIKATIF
Mahkamah Konstitusi secara khusus diatur dalam UUD 1945 Pasal 24C, UU
No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan UU No. 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi (MK)
Menurut UUD 1945 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang bersifat
mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, kelurahan
martabat, serta perilaku hakim. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan
oleh presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Berikut
tugas dan wewenang Komisi Yudisial:
1. Mengawasi perilaku hakim
2. Mengusulkan hakim agung
3. Menjaga kehormatan hakim
Lembaga Eksaminatif
Lembaga eksaminatif dalam struktur ketatanegaraan Indonesia adalah lembaga
independen. Lembaga eksaminatif adalah lembaga atau badan yang bertugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Di Indonesia lembaga eksaminatif adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah salah satu lembaga tinggi negara
yang ada di luar lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. BPK merupakan lembaga
negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. BPK mempunyai sembilan orang anggota yang terdiri atas seorang
ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang
anggota. Anggota, ketua, dan wakil ketua BPK terpilih sebelum memangku jabatannya
wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang dipandu oleh ketua
Mahkamah Agung. Apabila ketua Mahkamah Agung berhalangan, sumpah atau janji
anggota BPK dipandu oleh wakil ketua Mahkamah Agung.
Keanggotaan BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
dan diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota BPK memegang jabatan selama
lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.
Ketentuan tentang BPK diatur dalam pasal 23E–23G Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam ketentuan pasal-pasal tersebut dinyatakan
bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai kewenangannya. Selanjutnya,
hasil pemeriksaan ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atau badan sesuai
undang-undang. Ketentuan tentang BPK diatur dalam Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2006.
Hubungan antara DPR dan DPD dapat dilihat ketika DPD mengajuka RUU
kepada DPR. DPD mengajukan RUU yang berkaitan dengan oronomi daerah, hubungan
pusat daerah, serta yang berhubungan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
DPD ikut membahas RUU tersebut dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
UU yang telah disahkan. DPD juga memberikan pertimbangan kepada DPR atas pajak,
pendidikan, dan agama.
Hubungan antara MPR dan DPD dilihat dari keanggotaannya, anggota DPD
merupakan bagian dari anggota MPR. Melalui wewenang DPD, MPR dapat mengontrol
pembuatan UU yang berhubungan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah,
serta perimbangan pusat dan daerah agar tidak menyimpang dari UUD.
Hubungan antara BPK dan DPR tampak ketika BPK memeriksa tentang
keuangan negara dan hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR. BPK memiliki hak
untuk meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap instansi pemerintah.
Hubungan antara MA, DPR, dan presiden dapat dilihat dalam pengangkatan
calon hakim agung MA. Calon hakim agung MA diusulkan oleh Komisi Yudisial
kepada DPR. Kemudian dilanjutkan untuk ditetapkan oleh presiden.
Hubungan antara MK, MA, dan DPR terlihat dalam hal pemberian putusan atas
pendapat DPR terkait pelanggaran yang dilakukan oleh presiden dan wakil presiden.
Anggota MK terdiri dari sembilan orang dan ditetapkan oleh presiden, tiga orang
diajukan oleh MA, tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang diajukan oleh
presiden.
DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurul, (2020), Hukum Lembaga Negara, Bandung: PT. Rafika Aditama
Cetakan Pertama.
Nurmawati Made, Suantra, Astaryani, (2017), HUKUM KELEMBAGAAN
NEGARA, Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor
2 Tahun 2014
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
Darmawan, Ikhsan. 2015. Mengenal Ilmu Politik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Huda, Ni'matul. 2007. Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi.
Yogyakarta: UII Press Salinan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 dengan Amandemen