Anda di halaman 1dari 17

LEMBAGA PEMERINTAHAN

A. Lembaga-Lembaga Negara Penyelenggara Kekuasaan Pemerintah

Lembaga negara dapat diartikan badan-badan negara di lingkungan pemerintahan


negara. Jadi tidak hanya badan eksekutif, tetapi juga badan legislatif, yudikatif, dan
badan-badan negara lainnya. Alat perlengkapan negara dibentuk berdasarkan hukum
(undang-undang) dan memiliki kewenangan untuk merealisasikan fungsi-fungsinya.
Lembaga-lembaga negara yang dalam pembentukannya berdasarkan landasan
hukum, yaitu lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD 1945, Undang-Undang (UU),
Keputusan Presiden. Lembaga-lembaga negara yang terdapat di dalam UUD 1945
jumlahnya 21 lembaga, yang dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Lembaga negara yang bentuk atau nama dan wewenangnya diatur langsung oleh
UUD, yaitu MPR, Presiden, Wakil Presiden, Kementerian Negara, pemerintahan
daerah provinsi, pemerintahan daerah kabupaten, pemerintahan daerah kota,
DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, DPRD Kota, DPR, DPD, BPK, MA, KY,
MK, TNI, Kepolisian Negara RI.
2. Lembaga negara yang bentuk atau namanya tidak ditentukan di dalam UUD,
tetapi wewenangnya diberikan oleh UUD, yaitu Dewan Pertimbangan Presiden
dan KPU.
Lembaga negara ditinjau jika dari segi fungsi, ada lembaga negara yang bersifat
utama dan penunjang. Untuk memahami perbedaan keduanya maka lembaga negara
tersebut dapat dibedakan menjadi 4 ranah yakni; Kekuasaan eksekutif, kekuasaan
legislatif, kekuasaan kehakiman, dan kekuasaan eksaminatif.

1. LEMBAGA EKSEKUTIF

Lembaga eksekutif merupakan motor penggerak kekuasaan pemerintahan negara


dengan sistem presidensial. Lembaga eksekutif merupakan lembaga yang memegang
kekuasaan melaksanakan undang-undang, menyelenggarakan urusan pemerintahan,
serta mempertahankan tata tertib dan keamanan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Lembaga eksekutif terdiri atas presiden, wakil presiden, dan para menteri.

A. Presiden dan Wakil Presiden.

Presiden Republik Indonesia merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi


yang memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar. Dalam
melaksanakan tugasnya, seorang presiden dibantu oleh wakil presiden. Calon presiden
dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
pemilu dan dipilih dalam satu pasang secara langsung oleh rakyat. Presiden dan wakil
presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.
Dasar hukum kewenangan Presiden diatur dan ditentukan dalam bab III UUD
1945, yang menyatakan bahwa Presiden memang diberi kekuasaan pemerintahan
negara. Bab ini berisi 17 pasal yang kemudian mengatur berbagai aspek tentang
Presiden dan lembaga kepresidenan. Termasuk rincian kewenangan yang dimiliki
presiden dalam memegang kekuasaan pemerintah. Hal ini berdasarkan UUD 1945 pasal
4 ayat 1 yang menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintah menurut Undang-Undang Dasar. Jika kita berbicara soal tugas dan
wewenang Presiden maka memerlukan penjelasan yang lebih jauh dan rinci. Tugas dan
wewenang Presiden dibagi menjadi dua, yakni sebagai kepala negara dan kepala
kepemerintahan.
Tugas dan wewenang sebagai kepala negara adalah meliputi hal yang sifatnya
seremonial dan protokoler dari agenda kenegaraan. Jadi mirip seperti kewenangan
kaisar, raja atau ratu tetapi tidak berkenaan dengan kewenangan penyelenggaraan
pemerintahan. Sedangkan tugas dan wewenang presiden sebagai kepala pemerintahan
adalah berfungsi sebagai penyelenggara tugas legislatif. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1
UUD 1945 menunjukan makna yang tekandung dari peraturan tersebut bahwa Presiden
adalah kepala kekuasaan eksekutif dalam sebuah negara. Kekuasaan umum Presiden
sebagai eksekutif berasal dari Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang, termasuk
pula kekuasaan administartif, legislatif, militer, dan diplomatik.

i). TUGAS PRESIDEN SEBAGAI KEPALA NEGARA

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan


Angakatan Udara berdasarkan Uundang-undang Pasal 10
2. Presiden memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul berdasarkan
Undang-undang Pasal 13 ayat 1
3. Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Undang-
undang Pasal 13 ayat 1

ii). TUGAS PRESIDEN SEBAGAI KEPALA PEMERINTAHAN

1. Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pasal


4 ayat 1
2. Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya berdasarkan Undang-undang Pasal 3 ayat 2
3. Mengangkat dan memberhentikan para menteri berdasarkan Undang-undang
Pasal 17 ayat 2
4. Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi Undang-Undang, berdasarkan Undang-undang Pasal 2 ayat 4
5. Merancang Undang-undang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang kemudian diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23 ayat
2
6. Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23F ayat 1
7. Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya
diusulkan oleh komisi yudisial dan DPR, berdasarkan Undang-undang Pasal
24A ayat 3
8. Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-undang Pasal 24B ayat 3
9. Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR,
dan Presiden, berdasarkan Undang-Undang Pasal 24C ayat 3

iii). WEWENANG PRESIDEN

1. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR untuk akhirnya


ditindaklanjuti, berdasarkan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1
2. Dapat menyatakan perang membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain melalui persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 1
3. Dapat membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara dan/atau mengharuskan pembentukan dan perubahan
UU dengan persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 2
4. Berwenang menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syarat dan akibatnya
dalam keadaan bahaya telah ditetapkan dalam Undang-Undang, wewenang
presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 12
5. Berwenang memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 1
6. Berwenang memberi amnesti dan abolasi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 2
7. Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang
telah diatur dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-
Undang Pasal 15
8. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden yang kemudian telah diatus dalam Undang-
Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 16
9. Berwenang menetapkan peraturan pemerintan penganti Undang-Undang jika
dalam hal genting yang memaksa, berdasarkan Undang-Undang Pasal 22 ayat
1

iv). HAK PRESIDEN

Sebagai pemimpin eksekutif, Presiden memiliki hak progresif untuk


merekruitmen sejumlah posisi eksekutif dalam bidang pemerintahan. Posisi eksekutif
tersebut antara lain anggota kabinet yakni menteri, menteri koordinator, menteri negara
dan pejabat yang setingkat dengan menteri. Sebagai negara demokrasi, Indonesia
memiliki tujuan negara yang diwujudkan dalam undang-undang dan pihak eksekutif lah
yang akan menjalankan undang-undang yang ditetapkan bersama legislatif tersebut.
Hak progresif presiden mengacu pada pasal 17 ayat 2 UUD 1945 untuk
mengangkat dan memberhentikan menteri. Itulah sebabnya biasanya presiden akan
melakukan perombakan dalam kabinetnya karena memang presiden memiliki hak untuk
melakukannya. Sebagai pemimpin eksekutif, Presiden juga memiliki kekuasaan dalam
bidang peraturan perundang-undangan yang bergaam. Yakni kekuasaan legislatif yang
artinya berhak mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR, kekuasaan
reglementer untuk membentuk peraturan pemerintah, dan kekuasaan eksklusif yang
berkuasan untuk membuat pengaturan dan keputusan Presiden. Berikut ini penjelasan
tentang hak-hak legislatif Presiden secara lebih detail agar memudahkan teman-teman
Grameds untuk memahaminya:

Hak Mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU)

Konsep trias politica, kekuasaan legislatif adalah membentuk undang-undang


yang direfleksikan kemudian lembaga yang memegang kekuasaan itu adalah DPR
berdasarkan UUD 1945 pasal 20 ayat 1. Dalam praktiknya kekuasaan legislatif tidak
hanya dikuasai oleh DPR melainkan keterlibatan Presiden yang juga berhak ikut andil
sesuai ketentuan pasal 5 ayat 1 UUD 1945. Keikutsertaan Presiden dalam bidang
legislasi adalah perwujudan mekanisme antara presiden dan DPR berupa checks and
balance. Jadi DPR tidak bisa berarogansi dalam penguasaan legislatif sehingga bisa
diminimalisir. Meskipun pada akhirnya undang-undang tetap bisa disahkan bahkan jika
Presiden tidak menyetujuinya. Hak Presiden mengajukan RUU APBN berdasarkan pada
UUD 1945 pasal 24 ayat 2. Pasal tersebut menunjukan bahwa fungsi anggaran tidak
hanya bisa dimonopoli peraturannya oleh DPR. Presiden juga memiliki hak untuk
menjalankan fungsi anggaran atau budget dalam rangka kekuasaan legislatif presiden.

Hak Untuk Menetapkan Peraturan Pemerintah Penggantian Undang-Undang


(Perpu)

Perpu adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan Presiden dalam hal


ikhwal yang genting dan memaksa. Syarat dan ketentuan kondisi kegentingan tersebut
telah diatur dalam UU Nomor 0 tahun 2004 pasal 1 angka 4.
Materi Perpu kemudian sama dengan materi muatan pada Undang-Undang biasa. Jika
negara dalam keadaan darurat atau staatsnoodrecht maka Presiden berhak menetapkan
Perpu sesuai UUD 1945 pasal 22 ayat 1.

Hak Menetapkan Peraturan Pemerintahan

Hak Presiden yang bersifat regulatif dan penetapan peraturan pemerintah


tercantum dalam UUD 1945 pasal 5 ayat 2 untuk menjalankan Undang-Undang.
Peraturan ini berfungsi untuk mengefektifkan fungsi undang-undang dengan cara
merinci ketentuan-ketentuannya dan mengolah dalam penerapannya.
Kekuasan reglementer presiden secara prinsip sebenarnya tidak melampaui
undang-undang. Hal ini sesuai dengan konsep stuffanbau theory bahwa peraturan yang
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi atau disebut
juga dengan istilah ex superior derogat lex inferior. Undang-undang yang mengatur hal
tersebut adalah UU Nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan, yakni menentukan bahwa UU atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang. Peraturan pemerintah secara reglementer dibatasi geraknya dengan ada
tidaknya aktualisasi kekuasaan legislatif itu sendiri.

Hak Untuk Membuat Peraturan Presiden

Hak Presiden yang bersifat regeling atau mengatur telah tercantum dalam UU
Nomor 10 Tahun 2004 pasal 1 angka 6 berikut ini: “Peraturan Presiden adalah peraturan
perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden,” yang artinya Peraturan Presiden
berada di bawah Peraturan Pemerintah dan di atas Peraturan Daerah. UU Nomor 10
Tahun 2004 pasal 11 kemudian menunjukan bahwa muatan peraturan Presiden berisi
materi yang diperintahkan oleh UU atau menteri untuk menjalankan peraturan
pemerintah. Kemudian, hak Presiden dalam yudikatif tercantum dalam UUD 1945 pasal
14 ayat 1 sebagai berikut: “Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan
memperhatikan pertimbangan mahkamah agung,” kemudian dilanjutkan dengan UUD
1945 pasal 12 ayat 2 berikut ini: “Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan Pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”

Kedudukan Wakil Presiden

Wakil Presiden sebagai pembantu Presiden diatur dalam pasal 4 ayat 2 UUD
1945. Sebagai pembantu presiden, kedudukan wakil presiden sama dengan menteri-
menteri. Mengutip dari jurnal Tugas dan Fungsi Wakil Presiden di Indonesia, yang
ditulis oleh Dhanang Alim Maksum berikut tugas dan wakil presiden.
Pasal yang Mengatur Wakil Presiden Pasal 4 ayat 1 berisi "Presiden Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar. Pasal 4 ayat (2)
berisi “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil
Presiden”.

Tugas dan Wewenang Wakil Presiden

Tugas dan wewenang wakil presiden yaitu: Membantu Presiden dalam melakukan
kewajibannya. Menggantikan Presiden sampai habis masa waktunya jika Presiden
meninggal dunia, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatan yang telah ditentukan. Memperhatikan secara khusus dan menampung masalah
yang perlu penanganan menyangkut bidang kesejahteraan rakyat. Melakukan
pengawasan operasional pembangunan dari inspektur jenderal, dari departemen, atau
lembaga nondepartemen yang berkaitan. Kedudukan wakil presiden sebagai pembantu
Presiden diatur dalam pasal 4 ayat 2 UUD 1945. Sebagai pembantu presiden,
kedudukan wakil presiden sama dengan menteri-menteri. Mengutip dari jurnal Tugas
dan Fungsi Wakil Presiden di Indonesia, yang ditulis oleh Dhanang Alim Maksum
berikut tugas dan wakil presiden.
Pasal yang Mengatur Wakil Presiden
 Pasal 4 ayat 1 berisi "Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang- Undang Dasar.
 Pasal 4 ayat (2) berisi “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh
satu orang wakil Presiden”.

2. Kementrian Negara
Kementerian negara dibentuk untuk meningkatkan koordinasi serta kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdaya guna dan berhasil guna. Landasan
hukum pembentukan kementerian negara adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

Tugas dari Menteri Negara

Tugas dari kementerian negara antara lain sebagai berikut:


1. Mengikuti dan melakukan koordinasi jalannya kebijakan dan program yang
telah ditetapkan di bidang tertentu yang menjadi tanggung jawab divisinya.
2. Mewadahi segala masalah yang muncul dan mengusahakan solusi dari masalah
tersebut dengan mengikuti seluruh perkembangan kondisi bidang yang harus
dikoordinasikan.
3. Melakukan koordinasi dengan berbagai direktur jenderal dan pemimpin
lembaga lainnya untuk menjalin kerja sama dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan bidang yang dikoordinasikan dalam negara.

Mengenai Kementerian Negara, hal ini sudah diatur dalam Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa tugas dari
kementerian adalah melaksanakan penyelenggaraan urusan tertentu dalam pemerintahan
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Tentunya,
dalam menjalankan tugas, kementerian negara wajib berlandaskan pada Undang-
Undang dan peraturan yang sudah ditetapkan.

Fungsi dari Kementerian Negara

Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008


tentang Kementerian Negara, fungsi-fungsinya antara lain sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan tugas, kementerian memiliki tanggung jawab terhadap urusan
tersebut, seperti yang dimaksud pada pasal 5 ayat 1, yaitu:
a) Perumusan, penetapan, dan jalannya kebijakan pada bidangnya
b) Melakukan pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya
c) Melakukan pengawasan terhadap jalannya tugas di bidangnya
d) Melaksanakan aktivitas teknis dari pusat hingga daerah
2. Dalam pelaksanaan tugasnya, kementerian yang menjalankan urusan sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) melaksanakan fungsi sebagai berikut:
a) Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan pada bidangnya
b) Mengelola barang milik/kekayaan negara yang merupakan tanggung jawabnya
c) Melakukan pengawasan dan melaksanakan tugas pada bidangnya; Melaksanakan
bimbingan teknis dan supervisi terhadap jalannya urusan di Kementrian di daerah.
d) Melaksanakan kegiatan teknis dengan skala nasional
3. Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian yang menjalankan urusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) melaksanakan fungsi berikut:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pada bidangnya; Mengoordinasikan dan
sinkronisasi jalannya kebijakan pada bidangnya
b. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya
c. Mengawasi terkait dengan jalannya tugas di bidangnya.

Wewenang dari Kementerian Negara

Suatu kementerian negara mempunyai kekuasaan atau wewenang, antara lain:


1. Melakukan koordinasi pemberian pelayanan kerumahtanggaan dan keprotokolan
kepada Presiden dan wakil Presiden.
2. Melaksanakan tugas tertentu yang dilimpahkan dari Presiden.
3. Menjalankan urusan dalam kekuasaannya dengan wewenang eksekutif yang ada.
4. Kewenangan lain yang disesuaikan dengan ketetapan dan peraturan Undang-
Undang yang sudah dibuat dan berlaku.
5. Mempunyai wewenang atau kekuasaan dalam bentuk kekuasaan eksekutif, yaitu
kekuasaan sebagai pelaksana hukum.
6. Karena kekuasaan eksekutif yang ada, kementerian negara mempunyai
kewenangan sebagai berikut:
7. Menjalankan peraturan perundang-undangan yang sudah ditetapkan dan
ditentukan oleh lembaga yang memegang kekuasaan legislatif.
8. Melakukan penyelenggaraan pemerintahan bersama presiden dan wakil presiden.
9. Melaksanakan tata tertib negara baik di dalam ataupun di luar negeri.

LEMBAGA LEGISLATIF

Lembaga legislatif adalah lembaga yang bertugas untuk membuat atau


merumuskan undang-undang yang diperlukan negara. Lembaga legislatif ini contohnya,
antara lain MPR, DPR, dan DPD.
Lembaga legislatif dikenal dengan beberapa nama, seperti parlemen, kongres, atau
asembli nasional. Lebih dari itu, dalam sistem parlementer, lembaga atau badan
legislatif memiliki kedudukan tertinggi dan berhak untuk menunjuk badan atau lembaga
eksekutif. Sementara itu, dalam sistem presidensial, legislatif merupakan cabang
pemerintahan yang sama dan bebas dari badan eksekutif. Selanjutnya, mengingat tugas
lembaga legislatif sebagai pembuat atau perumus undang-undang, segala peraturan yang
dibuat oleh lembaga ini wajib ditaati dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Jika
dirincikan, peraturan-peraturan yang dibuat lembaga legislatif adalah peraturan terkait
ekonomi, politik, budaya, hukum, keamanan, pajak, penyiaran, kekayaan intelektual,
dan lainnya.

A. Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), umumnya disebut


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas
anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan UUD NRI 1945 memiliki peran besar
dengan tiga fungsi utama. Fungsi tersebut adalah sebagai lembaga pembentuk undang-
undang, pelaksana pengawasan terhadap pemerintah dan fungsi anggaran.
Tugas dan Wewenang
Di dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 ditetapkan bahwa
DPR mempunyai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
a) Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
b) Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
c) Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan
SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
d) Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
e) Menetapkan UU bersama dengan Presiden
f) Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:


a) Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)
b) Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait
pajak, pendidikan dan agama
c) Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK
d) Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara
Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:
a) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan
pemerintah
b) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan dan agama)
Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:
a) Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat
b) Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupun
membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan
anggota Komisi Yudisial.
c) Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan
abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain
d) Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD
e) Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang
akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden
f) Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden

Hak DPR

Terkait pelaksanaan fungsinya, ada tiga hak yang dimiliki DPR. Ketiga hak
sebagaimana diterangkan Pasal 79 ayat (1) UU 17/2014, yaitu hak interpelasi, angket,
dan menyatakan pendapat. DPR dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya
terkait pelaksanaan fungsi pengawasan, dibekali 3 (tiga) hak, yakni:
1. Hak Interpelasi: hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Hak Angket: hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak Menyatakan Pendapat: hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
a) kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air
atau di dunia internasional;
b) tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau
c) dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum
baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

B. Majelis Perwakilan Rakyat


C.
MPR adalah lembaga negara. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sekarang
ini bukan lagi merupakan lembaga tertinggi negara. Ia adalah lembaga negara yang
sederajat dengan lembaga negara lainnya. Dengan tidak adanya lembaga tertinggi
negara maka tidak ada lagi sebutan lembaga tinggi negara dan lembaga tertinggi negara.
Semua lembaga yang disebutkan dalam UUD 1945 adalah lembaga negara.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga pelaksana
kedaulatan rakyat oleh karena anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah
para wakil rakyat yang berasal dari pemilihan umum. MPR bukan pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945,
perubahan ketiga bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
undang-undang dasar. Ketentuan mengenai keanggotaan MPR tertuang dalam Pasal 2
Ayat (1) UUD 1945 sebagai berikut:
Tugas dan Wewenang MPR

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat


dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan undang-undang. MPR mempunyai tugas dan wewenang, yang
diatur dalam pasal 20 A ayat 1 UUD 1945, yaitu:
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam
sidang paripurna MPR;
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya
setelah presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripuma MPR;
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya
dalam waktu enam puluh hari;
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil
presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan
kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-
lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

D. Dewan Perwakilan Daerah

Sejalan dengan tuntutan demokrasi guna memenuhi rasa keadilan masyarakat di


daerah, memperluas serta meningkatkan semangat dan kapasitas partisipasi daerah
dalam kehidupan nasional; serta untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik
Indonesia, maka dalam rangka pembaharuan konstitusi, MPR RI membentuk sebuah
lembaga perwakilan baru, yakni Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD
RI). Pembentukan DPD RI ini dilakukan melalui perubahan ketiga Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pada bulan November
2001.
Sejak perubahan itu, maka sistem perwakilan dan parlemen di Indonesia berubah
dari sistem unikameral menjadi sistem bikameral. Perubahan tersebut tidak terjadi
seketika, tetapi melalui tahap pembahasan yang cukup panjang baik di masyarakat
maupun di MPR RI, khususnya di Panitia Ad Hoc I. Proses perubahan di MPR RI selain
memperhatikan tuntutan politik dan pandangan-pandangan yang berkembang bersama
reformasi, juga melibatkan pembahasan yang bersifat akademis, dengan mempelajari
sistem pemerintahan yang berlaku di negara-negara lain khususnya di negara yang
menganut paham demokrasi.
Berkembang kuat pandangan saat proses pembentukan tentang perlu adanya
lembaga yang dapat mewakili kepentingan-kepentingan daerah, serta untuk menjaga
keseimbangan antar daerah dan antara pusat dengan daerah, secara adil dan serasi.
Gagasan dasar pembentukan DPD RI adalah keinginan untuk lebih mengakomodasi
aspirasi daerah dan sekaligus memberi peran yang lebih besar kepada daerah dalam
proses pengambilan keputusan politik untuk hal-hal terutama yang berkaitan langsung
dengan kepentingan daerah. Keinginan tersebut berangkat dari indikasi yang nyata
bahwa pengambilan keputusan yang bersifat sentralistik pada masa lalu ternyata telah
mengakibatkan ketimpangan dan rasa ketidakadilan, dan diantaranya juga memberi
indikasi ancaman keutuhan wilayah negara dan persatuan nasional. Keberadaan unsur
Utusan Daerah dalam keanggotaan MPR RI selama ini (sebelum dilakukan perubahan
terhadap Undang-Undang Dasar 1945) dianggap tidak memadai untuk menjawab
tantangan-tantangan tersebut.
Mengacu pada ketentuan Pasal 22D UUD 1945 dan Tata Tertib DPD RI bahwa
sebagai lembaga legislatif DPD RI mempunyai fungsi legislasi, pengawasan dan
penganggaran yang dijalankan dalam kerangka fungsi representasi.

Tugas dan Wewenang DPD RI

1. Pengajuan Usul Rancangan Undang Undang Mengajukan kepada DPR rancangan


undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Pembahasan Rancangan Undang Undang Ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya
alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
3. Pertimbangan Atas Rancangan Undang-Undang dan Pemilihan Anggota BPK
Pertimbangan atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama. Serta memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan
anggota BPK.
4. Pengawasan Atas Pelaksanaan Undang - Undang Pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya
itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
5. Penyusunan Prolegnas Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
6. Pemantauan dan Evaluasi Ranperda dan Perda Melakukan pemantauan dan
evaluasi atas rancangan Peraturan daerah (Raperda) dan Peraturan daerah (Perda).

LEMBAGA YUDIKATIF

Lembaga yudikatif adalah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman yaitu


kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan.

Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman.


Kedudukan MA sebagai pemegang kekuasaan kehakiman ditegaskan dalam UUD 1945
pasal 24 dan pasal 24A serta UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung membawahi
beberapa peradilan di Indonesia, yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer dan peradilan tata usaha negara.

Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung (MA)

MA (Mahkamah Agung) dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam


lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata
usaha negara, bersama MK (Mahkamah Konstitusi) memiliki peran untuk melakukan
kekuasaan kehakiman. Tugas-tugas Mahkamah Agung diatur dalam UUD 1945 pasal 24C
ayat 1 dan 2, termasuk menjelaskan fungsi dan wewenang MA.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (peran penghakiman terhadap
peraturan).
Berikut adalah tugas dan wewenang Mahkamah Agung:
1. Mengadili pada tingkat kasasi
2. Menguji peraturan perundang-undangan
3. Memberikan pertimbangan pada Presiden dalam hal hak grasi dan rehabilitasi

Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi secara khusus diatur dalam UUD 1945 Pasal 24C, UU
No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan UU No. 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi (MK)

Berikut ini adalah tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi berdasarkan


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. sebagai lembaga
yudikatif di Indonesia:
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar 1945 (UUD
1945).
2. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh undang-undang dasar 1945.
3. Memutuskan pembubaran partai politik.
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Selain itu, Mahkamah Konstitusi juga memiliki kewajiban memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil presiden
menurut UUD 1945.
Pelanggaran dimaksud adalah yang disebutkan dan diatur dalam ketentuan Pasal
7A UUD 1945, yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial adalah lembaga negara baru pasca amendemen UUD 1945.
Komisi Yudisial diatur secara khusus dalam pasal 24B UUD 1945. Komisi Yudisial
bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalma rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat serta perilaku hakim.

Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial (KY)

Menurut UUD 1945 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang bersifat
mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, kelurahan
martabat, serta perilaku hakim. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan
oleh presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Berikut
tugas dan wewenang Komisi Yudisial:
1. Mengawasi perilaku hakim
2. Mengusulkan hakim agung
3. Menjaga kehormatan hakim

Lembaga Eksaminatif
Lembaga eksaminatif dalam struktur ketatanegaraan Indonesia adalah lembaga
independen. Lembaga eksaminatif adalah lembaga atau badan yang bertugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Di Indonesia lembaga eksaminatif adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah salah satu lembaga tinggi negara
yang ada di luar lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. BPK merupakan lembaga
negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. BPK mempunyai sembilan orang anggota yang terdiri atas seorang
ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang
anggota. Anggota, ketua, dan wakil ketua BPK terpilih sebelum memangku jabatannya
wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang dipandu oleh ketua
Mahkamah Agung. Apabila ketua Mahkamah Agung berhalangan, sumpah atau janji
anggota BPK dipandu oleh wakil ketua Mahkamah Agung.
Keanggotaan BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
dan diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota BPK memegang jabatan selama
lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.
Ketentuan tentang BPK diatur dalam pasal 23E–23G Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam ketentuan pasal-pasal tersebut dinyatakan
bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai kewenangannya. Selanjutnya,
hasil pemeriksaan ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atau badan sesuai
undang-undang. Ketentuan tentang BPK diatur dalam Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2006.

Tugas Dan Wewenang BPK

Berdasarkan UU No. 15 tahun 2006 BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
badan layanan umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan
lain yang mengelola keuangan negara. Pelaksanaan pemeriksaan BPK dilakukan
berdasa
rkan undang-undang tentang pemeriksaan, pengelolaan, dan tanggung jawab
keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam melaksanakan pemeriksaan,
pengelolaan, dan tanggung jawab keuangan negara, BPK melakukan pembahasan
atastemuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai standar pemeriksaan
keuangan negara.
Dalam melaksanakan tugas kenegaraannya BPK memiliki wewenang untuk
menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan, serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan. BPK juga berwenang meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib
diberikan oleh setiap orang, unit organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), badan
layanan umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan lainyang
mengelola keuangan negara. Selanjutnya, BPK berwenang melakukan pemeriksaan di
tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan,
pembukuan, dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap penghitungan-
penghitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggung jawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.

2. Hubungan Kerja Lembaga Tinggi Negara


Hubungan antara MPR, Presiden, DPR, dan MK

Hubungan antara MPR, presiden, DPR, dan MK terlihat dalam proses


pemberhentian presiden dan wakil presiden. Presiden dan wakil presiden dapat
diberhentikan MPR dalam masa jabatannya menurut UUD atas usul DPR. Ini terjadi
apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, tindakan pidana berat, atau terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
presiden dan wakil presiden. Kemudian MPR meminta kepada MK untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus pendapat DPR. Hasilnya dibawa ke rapat paripurna DPR untuk
diteruskan ke MPR.
MPR kemudian menyelenggarakan sidang untuk mengambil keputusan, minimal
dihadiri 3/4 jumlah anggota dan disetujui minimal 2/3 anggota yang hadir. Hubungan
antara DPR dan Presiden Hubungan antar DPR Dan presiden terlihat ketika Rancangan
Undang-Undang atau RUU dibahas bersama oleh DPR dan presiden. Jika tidak ada
persetujuan bersama, maka RUU tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR
masa itu. Presiden mengesahkan RUU menjadi Undang-Undang atau UU. Dalam
keadaan genting, presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti UU
dengan persetujuan DPR.

Hubungan antara DPR dan DPD

Hubungan antara DPR dan DPD dapat dilihat ketika DPD mengajuka RUU
kepada DPR. DPD mengajukan RUU yang berkaitan dengan oronomi daerah, hubungan
pusat daerah, serta yang berhubungan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
DPD ikut membahas RUU tersebut dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
UU yang telah disahkan. DPD juga memberikan pertimbangan kepada DPR atas pajak,
pendidikan, dan agama.

Hubungan antara MPR dan DPD

Hubungan antara MPR dan DPD dilihat dari keanggotaannya, anggota DPD
merupakan bagian dari anggota MPR. Melalui wewenang DPD, MPR dapat mengontrol
pembuatan UU yang berhubungan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah,
serta perimbangan pusat dan daerah agar tidak menyimpang dari UUD.

Hubungan antara BPK dan DPR

Hubungan antara BPK dan DPR tampak ketika BPK memeriksa tentang
keuangan negara dan hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR. BPK memiliki hak
untuk meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap instansi pemerintah.

Hubungan antara MA, DPR, dan Presiden

Hubungan antara MA, DPR, dan presiden dapat dilihat dalam pengangkatan
calon hakim agung MA. Calon hakim agung MA diusulkan oleh Komisi Yudisial
kepada DPR. Kemudian dilanjutkan untuk ditetapkan oleh presiden.

Hubungan antara MK, MA, dan DPR

Hubungan antara MK, MA, dan DPR terlihat dalam hal pemberian putusan atas
pendapat DPR terkait pelanggaran yang dilakukan oleh presiden dan wakil presiden.
Anggota MK terdiri dari sembilan orang dan ditetapkan oleh presiden, tiga orang
diajukan oleh MA, tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang diajukan oleh
presiden.
DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurul, (2020), Hukum Lembaga Negara, Bandung: PT. Rafika Aditama
Cetakan Pertama.
Nurmawati Made, Suantra, Astaryani, (2017), HUKUM KELEMBAGAAN
NEGARA, Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor
2 Tahun 2014
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
Darmawan, Ikhsan. 2015. Mengenal Ilmu Politik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Huda, Ni'matul. 2007. Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi.
Yogyakarta: UII Press Salinan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 dengan Amandemen

Anda mungkin juga menyukai