Anda di halaman 1dari 23

Lembaga -Lembaga

Negara

Maria Madalina, S.H., M.Hum.


Struktur Bagan Lembaga Negara Sebelum
Amandemen UUD NRI Tahun 1945
UUD Tahun 1945

MPR

BPK DPR Presiden DPA MA


Struktur Bagan Lembaga Negara Setelah
Amandemen UUD NRI Tahun 1945

UUD NRI
Tahun 1945

Presiden BPK DPR MPR DPD MK MA


Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Penjelasan organ MPR dapat dilihat dalam Pasal 2 UUD 1945 berbunyi:
– Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
– Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.
– Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.

Kewenangan MPR berdasarkan Pasal 3 UUD NRI Tahun 1945:


– Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.
– Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
– Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut undang-undang dasar.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Substansi UUD NRI Tahun 1945 (Naskah Asli) Amandemen ke-empat UUD NRI Tahun 1945

Kedudukan Lembaga tertinggi negara Lembaga tinggi negara


Kedudukan dengan lembaga Tidak ada yang mengimbangi Setara dengan lembaga lain (DPR, DPD,
Presiden, MA, MK, KY, dan BPK)

Susunan keanggotaan DPR, Utusan Golongan dan Utusan DPR dan DPD
Daerah

Pemilihan dan pelantikan Bertugas memilih dan melantik Hanya melantik dan rakyat yang memilih
Presiden Presiden dan Wakil Presiden melalui pemilu

Perihal GBHN Menetapkan GBHN Tidak dapat menetapkan GBHN


Perubahan UUD Mengubah dan Menetapkan UUD 1945 Mengubah dan Menetapkan UUD 1945
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Substansi UUD NRI Tahun 1945 (Naskah Asli) Amandemen ke-empat UUD NRI Tahun 1945

Umum Presiden tidak dapat membubarkan DPR Kedudukan DPR diperkuat sebagai lembaga legislatif dan
yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat fungsi serta wewenangnya lebih diperjelas seperti adanya
melalui pemilu. Presiden tidak peran DPR dalam pemberhentian Presiden, persetujuan DPR
bertanggungjawab kepada DPR atas beberapa kebijakan Presiden, dsb

UU Memberikan persetujuan atas RUU yang 1. Membuat UU yang dibahas dengan Presiden untuk
diusulkan Presiden mendapat persetujuan bersama;
2. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD
yang berkaitan dengan kedaerahan;
3. Melaksanakan pengawasan thdp pelaksanakan UU, APBN,
serta kebijakan pemerintah

Perpu Memberikan persetujuan atas Perpu Membahas dan memberikan persetujuan atas Perpu
APBN Memberikan persetujuan atas anggaran Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD

Anggota BPK dan Tidak disebutkan berwenang memilih Memilih anggota BPK dan 3 Hakim MK
Hakim MK
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Pembentukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) semula dimaksudkan dalam


rangka mereformasi struktur parlemen Indonesia menjadi dua kamar (bikameral)
yang terdiri atas DPR dan DPD. Dengan struktur bikameral itu diharapkan proses
legislasi dapat diselenggarakan berdasarkan sistem “double-check” yang
memungkinkan representasi kepentingan seluruh rakyat secara relatif dapat
disalurkan dengan basis sosial yang lebih luas. Yang satu merupakan cerminan
representasi politik di DPR (political representation), sedangkan yang lain
mencerminkan prinsip representasi teritorial atau regional (regional
representation) di DPD.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Ide bikameralisme atau struktur parlemen dua kamar itu mendapat tentangan
yang keras dari kelompok konservatif di Panitia Ad Hoc Perubahan UUD 1945 di
MPR 1999-2002, sehingga yang disepakati adalah rumusan yang sekarang yang
tidak dapat disebut menganut sistem bikmaeral sama sekali. Dalam ketentuan
UUD 1945 dewasa ini, jelas terlihat bahwa DPD tidaklah mempunyai kewenangan
membentuk undang-undang. DPD juga tidak mempunyai kewenangan penuh
untuk melakukan fungsi pengawasan. Karena itu, kedudukannya hanya bersifat
penunjang atau ‘auxiliary’ terhadap fungsi DPR, sehingga DPD paling jauh hanya
dapat disebut sebagai ‘co-legislator’, dari pada ‘legislator’ yang sepenuhnya.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Pasal 22C UUD NRI Tahun 1945


(1) Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi mealui pemilihan umum.
(2) Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh
anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR.
(3) DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
(4) Susunan dan kedudukan DPD diatur dengan undang-undang.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Menurut ketentuan Pasal 22D UUD 1945, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mempunyai beberapa kewenangan sebagai berikut:

(1) DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan: otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada DPR atas
rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara, rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, rancangan undang-undang yang berkait dengan pendidikan, dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
agama.

(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan (kontrol) atas: Pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran dan belanja negara; pajak, pendidikan, dan agama, serta
menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dengan demikian, jelaslah bahwa fungsi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu
hanyalah sebagai ‘co-legislator’ di samping Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sifat
tugasnya hanya menunjang (auxiliary agency) terhadap tugas-tugas konstitusional
DPR. Dalam proses pembentukan suatu undang-undang atau legislasi, DPD tidak
mempunyai kekuasaan untuk memutuskan atau berperan dalam proses
pengambilan keputusan sama sekali. Padahal, persyaratan dukungan untuk
menjadi anggota DPD jauh lebih berat daripada persyaratan dukungan untuk
menjadi anggota DPR. Artinya, kualitas legitimasi anggota DPD itu sama sekali
tidak diimbangi secara sepadan oleh kualitas kewenangannya sebagai wakil rakyat
daerah (regional representatives).
Presiden
Substansi UUD NRI Tahun 1945 (Naskah Asli) Amandemen ke-empat UUD NRI Tahun 1945
Kekuasaan 1. Pemegang kekuasaan eksekutif, Kedudukan presiden sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dan
legislatif dan yudiatif berwenang membentuk Undang-Undang dengan persetujuan DPR.
2. Hak prerogatif yang besar Masa jabatan presiden adalah lima tahun dan dapat dipilih kembali
3. Tidak ada periodeisasi masa jabatan selama satu periode.
Wewenang 1. Mengangkat dan memberhentikan 1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurt UUD
anggota BPK 2. Presiden tdk lg mengangkat anggota BPK, tp diangkat oleh DPR dgn
2. Menetapkan Perpu memperhatikan DPD lalu diresmikan Presiden
3. Menetapkan PP 3. Memegang kekuasaan tertinggi AD, AL dan AU
4. Mengangkat dan memberhentikan 4. Mengajukan RUU kepada DPR , mem,bahas RUU bersama DPR, dan
menteri-menteri mengesahkan RUU menjadi UU
5. Menetapkan Perpu
6. Menetapkan PP
7. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
8. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dg
negara lain dengan persetujuan DPR
9. Membuat perjanjian Internasional lainnya dg persetujuan DPR
10. Menyatakan keadaan bahaya
Pemilihan Presiden dan wakil presiden diangkat Pemilu
dan diberhentikan MPR
Mahkamah Agung (MA)
Substansi UUD NRI Tahun 1945 (Naskah Asli) Amandemen ke-empat UUD NRI Tahun 1945
Kedudukan Kekuasan kehakiman menurut UUD 1945 MA merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
sebelum amandemen dilakukan oleh kehakiman disamping itu ada sebuah mahkamah konstitusi di
Mahkamah Agung dan lain-lain badan Indonesia (pasal 24 (2) UUD 1945 hasil amandemen ). Dalam
kehakiman (Pasal 24 (1)). Kekuasaan kehakiman melaksanakan kekusaan kehakiman , MA membawahi
hanya terdiri atas badan-badan pengadilan Beberapa macam lingkungan peradilan, yaitu peradilan
yang berpuncak pada Mahkamah Agung. umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata
Lembaga ini dalam tugasnya diakui bersifat usaha negara ( Pasal 24 (2) UUD 1945 hasil amandemen).
mandiri dalam arti tidak boleh diintervensi atau
dipengaruhi oleh cabang-cabang kekuasaan
lainnya, terutama eksekutif.
Kewenangan Mahkamah Agung berwenang dalam Fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur
kekuasaan kehakiman secara utuh karena dalam Undang-Undang seperti Kejaksaan, Kepolisian,
lembaga ini merupakan lembaga kehakiman Advokat/Pengacara dan lain-lain. Berwenang mengadili pada
satu-satunya di Indonesia pada saat itu tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh Undang-Undang Mengajukan 3 orang
anggota Hakim Konstitusi Memberikan pertimbangan dalam
hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
Mahkamah Konstitusi (MK)

Kedudukan
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu
lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan pengadilan guna
menegakkan hukum dan keadilan
Mahkamah Konstitusi (MK)
Kewenangan
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Mahkamah Konstitusi (MK)
Kewajiban
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga:
1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa
    a) penghianatan terhadap negara;
    b) korupsi;
    c) penyuapan;
    d) tindak pidana lainnya;
2. atau perbuatan tercela, dan/atau
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Mahkamah Konstitusi (MK)
KETUA MK
Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun.
Masa jabatan Ketua MK selama 2 tahun 6 bulan yang diatur dalam UU 8/2011 ttg Perubahan atas
UU MK
Ketua MK
1. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. (masa bakti 2006-2009, uu lama)
2. Mohammad Mahfud MD (masa bakti 2009-2012, uu lama)
3. Akil Mochtar (1 Tahun masa bakti)
4. Hamdan Zoelva (masa bakti 2013-2015)
5. Arief Hidayat (masa bakti 2015-2018)
Mahkamah Konstitusi (MK)
HAKIM KONSTITUSI
Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden.
Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3
orang oleh Presiden.
Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.

Hakim Konstitusi periode 2015-2019 yaitu:


1. Prof. Dr. Arief Hidayat S.H., M.S.
2. Dr. Anwar Usman, S.H., M.H. 
3. Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.
4. Dr. Muhammad Alim, S.H., M. Hum.
5. Dr. H. Patrialis Akbar, S.H., M.H.
6. Dr. Wahiduddin Adams, SH. MA
7. Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.Si.,DFM.
8. I Dewa Gede Palguna
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
UUD NRI Tahun 1945 sebelum Amandemen Amandemen ke-empat UUD NRI Tahun 1945

Untuk memeriksa tanggung jawab tentang Pasal 23F


keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa (1) Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan
undangundang. Hasil Pemeriksaan itu diberitahukan diresmikan oleh Presiden.
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 23) (2) Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 23G
(3) BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki
perwakilan di setiap propinsi
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai BPK di atur
dengan undang-undang
Komisi Yudisial (KY)
Rekrutmen Hakim Agung
Komisi Yudisial (KY)
Lembaga Negara Independen
Indonesia mempunyai beberapa lembaga independen. Lembaga indpenden
muncul ketika keterbukaan dengan irama demokratisasi di era reformasi.
Keindependenan lembaga-lembaga ini dibutuhkan agar terjamin kepentingan
dalam pembatasan kekuasaan dan terwujudnya demokratisasi yang efektif.
Lembaga-Lembaga Independen yang akan dibahas dalam perkuliahan Sistem
Pemerintahan Indonesia terdiri dari :
1.Komisi Pemilihan Umum
2.Komnas-HAM
3.TNI
4.POLRI
5.Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai