Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3

Mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia ISIP4213


Nama : Berlina Sibagariang
NIM : 043885355
UPBBJ : Medan
Prodi : Sosiologi S-1

Era reformasi dengan kebijakan desentralisasi menjadikan politik lokal di


Indonesia dinamis. Pilkada langsung, pemberdayaan masyarakat dan
memaksimalkan potensi ekonomi lebih mudah untuk dilakukan.

Buatlah makalah atau paper terkait politik lokal yang ada di daerah Anda


tinggal!

Anda dapat memfokuskan pada salah satu isu/persoalan saja seperti Pilkada,
Pembangunan Daerah, Pemberdayaan Masyarakat atau lainnya!

Petunjuk pengerjaan soal:

1. Format tugas tutorial ke-3 ini adalah dalam bentuk makalah atau paper
2. Jumlah halamah makalah atau paper minimal 3 (tiga) halaman dan maksimal 5
(lima) halaman.
3. Font times new roman, dengan ukuran 12; margin default; spasi 1,5; dan ukuran
kertas A4.
4. Tidak copy paste dan mengutip harus disertai sumber rujukan. Apabila terbukti
melakukan plagiarisme maka nilai yang diberikan adalah 0 (nol).
5. Adapun penilaian meliputi format dan teknis penulisan jawaban, orisinalitas dan
ketajaman gagasan, serta informasi dan pengetahuan valid yang diberikan.
6. File dokumen tugas adalah sebagai berikut Nama NIM T2 ISIP4213 atau sebagai
contoh: Evidakartini 0123456 T2 ISIP4213
7. Pengumpulan tugas paling lambat satu minggu dari waktu pemberian tugas.
Sistem secara otomatis akan tertutup sesuai jadual yang sudah ditetapkan.

PRODUKTIVITAS KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF DI ERA ROFORMASI

BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Lembaga negara adalah sekumpulan institusi negara yang secara langsung diatur atau
memiliki kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945 yang dibuat oleh negara, dari negara, dan
untuk negara sehingga membentuk suatu pemerintahan. Lembaga negara merupakan institusi-
institusi yang melengkapi suatu pemerintahan yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
terorganisir, saling bergantung dan saling memengaruhi.
Pada pemerintahan pusat lembaga kenegaraan terdiri dari tiga jenis yaitu legislatif,
eksekutif dan yudikatif, yang memiliki tugas yang berbeda-beda dan terpisah satu sama lainnya,
baik mengenai tugas maupun mengenai alat perlengkapan yang melakukan. Sistem
ketatanegaraan Indonesia telah mengalami perubahan setelah adanya amandemen UUD 1945
yang dilakukan MPR pasca-Orde Baru. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya kehendak
untuk membangun pemerintahan yang demokratis dan seimbang diantara cabang-cabang
kekuasaan, mewujudkan supremasi hokum dan keadilan, serta menjamin dan melindungi hak
asasi manusia.
Lembaga-lembaga ini dibuat untuk memberikan tugas dan wewenang dan untuk
membatasi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap lembaga. Pembatasan ini untuk mempermudah
dan lebih memfokuskan lembaga-lembaga yang bertanggungjawab pada tugas yang sudah di
tetapkan. Setiap lembaga wajib melakukan tugas yang meereka terima dan melaporkan hasil
kerjanya serta adanya pertanggungjawaban kepada tingkat pusat atau ke yang lebih tinggi.
Apabila suatu lembaga tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka diberikan sanksi sampai
diberhentikan.
Salah satu lembaga dengan wewenang yang sangat luas adalah lembaga legislatif.
Lembaga legislatif adalah lembaga atau dewan yang memiliki tugas dan wewenang untuk
membuat atau merumuskan UUD yang ada di sebuah negara. Lembaga legislatif juga merupakan
lembaga legislator yang berarti jika lembaga ini dijalankan oleh DPD, DPR, dan MPR.

TUJUAN
Mengetahui produktivitas lembaga legislatif di era reformasi.

BAB II : DASAR TEORI/LANDASAN TEORI


Lembaga Legislatif
Struktur lembaga perwakilan rakyat (legislatif) secara umum terdiri dari dua model, yaitu
lembaga perwakilan rakyat satu kamar (unicameral) dan lembaga perwakilan rakyat dua kamar
(bicameral). Dalam ketatanegaraan Indonesia, lembaga legislatif direpresentasikan pada tiga
lembaga, yakni MPR, DPR, dan DPD.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Seiring dengan tuntunan reformasi keberadaan MPR dalam system ketatanegaraan
Indonesia banyak melahirkan perdebatan. Satu pihak menghendaki MPR dihilangkan
karena fungsinya sebagai lembaga perwakilan rakyat sudah cukup dilakukan oleh DPR,
sementara di pihak lain tetap menghendaki MPR tidak dibubarkan. Dari ketiga lembaga
legislatif tersebut posisi MPR merupakan lembaga yang bersifat khas Indonesia. Menurut
Asshiddiqie, keberadaan MPR terkandung nilai-nilai historis yang cenderung dilihat
secara tidak rasional dalam arti jika kedudukannya sebagai suatu lembaga dihilangkan
dapat dinilai menghilangkan satu pilar penting dalam sitem ketatanegaraan kita yang
justru dianggap perlu dilestarikan.
Salah satu keberatan pihak yang mempertahankan keberadaan MPR ini berargumentasi
bahwa, jika MPR ditiadakan atau hanya sekadar dianggap nama dari parlemen dua kamar
(bicameral), maka sila ‘kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan’ menjadi berubah. Prinsip permusyawaratan tercermin dalam
kelembagaan MPR, sedangkan prinsip perwakilan dianggap tercermin dalam
kelembagaan DPR.
Jadi, MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau pemegang kedaulatan rakyat yang
lebih tinggi dari lembaga-lembaga lainnya. Tugas dari MPR yaitu mengubah dan
menetapkan UUD 1945. MPR juga bisa memberhentikan presiden dan wakil presiden
apabila tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjadi pada 19 Oktober 1999, dalam sidang
umum MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. Dalam perubahan ini, terjadi
pergerakan kekuasaan presiden dalam membentuk undang-undang, yang diatur dalam
pasal 5, berubah menjadi presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang, dan
Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang (pasal 20).
Perubahan pasal ini memindahkan titik berat kekuasaan legislagi nasional yang semula
berada di tangan presiden, beralih ke tangan DPR. Rumusan pasal 20 (baru) berbunyi
sebagai berikut:
1. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
2. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama.
3. Jika rancangan undang-undang itu mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
4. Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.
5. Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-
undang tersebut sah menjadi undangundang dan wajib diundangkan.
Jadi, Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga yang merupakan perwakilan rakyat dan
memegang kekuasaan dalam membentuk undangundang. Dewan Perwakilan Rakyat jiga
meiliki 3 fungsi yaitu sebagai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Membentuk
undang-undang telebih dahulu dibahas dengan Presiden untuk mendapatkan persetujuan
bersama.
c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD adalah lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Berdasarkan
perubahan ketiga UUD 1945, gagasan pembentukan DPD dalam rangka restrukturisasi
perlemen diindonesia menjadi dua kamar yang diadopsi. Perbedaan DPD dan DPR
terletak pada hakikat kepentingan yang diwakili masing-masing. DPR dimaksudkan
untuk mewakili rakyat, sedangkan DPD dimaksudkan untuk mewakili daerah-daerah.
DPD adalah lembaga negara dalam system ketatanegaraan Republik Indonesia yang
merupakan wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui pemilihan umum yang
memiliki fungsi: 1. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan
pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu. 2. Pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang tertentu.

BAB III : PEMBAHASAN


Kita semua tentu tahu bahwa dalam era reformasi yang ditandai dengan berhentinya
Presiden SOeharto pada 21 Mei 1998, peranan dan fungsi DPR telah mengalami perubahan yang
sangat mendasar. Apabila UUD 1945 sebelum perubahan hanya memberikan kewenangan
kepada DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) maka melalui perubahan
UUD 1945 telah terjadi pergeseran fungsi legislasi yang luar biasa.
Hasil perubahan konstitusi menyebutkan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk
undang-undang (UUo sementara presiden diberikan kewenangan mengajukan RUU. Demikian
pula dalam pembahasan RUU hanya dapat dilakukan apabila kedua belah pihak sama-sama
terlibat dan hanya dengan persetujuan kedua belah pihak sajalah sebuah RUU dapat disahkan
menjadi UU.
Pergeseran fungsi legislasi hasil amandemen konstitusi sepatutnya memberi peluang yang besar
bagi DPR untuk berkiprah secara optimal dalam ikut menentukan arah perjalanan bangsa dan
negara ke depan, termasuk dalam mengajukan RUU dan pembentukan UU serta mengisi dan
menentukan UU serta mengisi dan menentukan materi muatan sebuah UU. Namun demikian,
harapan rakyat dan peluang yang diberikan konstitusi tersebut tidak dapat dijalankan secara
optimal oleh DPR. Hal ini ditandai dengan sedikitnya UU yang dihasilkan per tahun
dibandingkan target pembentukan UU sebagaimana tercantum dalam Program Legislasi
Nasional (Prolegnas).
Ada beberapa faktor penyebab lemahnya kinerja legislasi DPR, antara lain, konfigurasi
politik yang ada di DPR. Meskipun telah diikat dalam Setgab Koalisi Pemerintahan, namun
dalam praktiknya tidak semua partai anggota setgab menyetujui sikap dan pendapat pemerintah
tentang isu dan materi muatan RUU yang dibahas. Dalam membahas suatu RUU kerap
mengedepankan pertimbangan politik dibandingkan pertimbangan substansi isu dan materi RUU
serta kepentingan rakyat.
Keberadaan fraksi-fraksi di DPR juga hendaknya dibagi secara tegas ke dalam dua blok,
yakni "fraksi blog pendukung pemerintah" dan "fraksi blog oposisi". Kedua blog tersebut bersifat
permanen sepanjang periode DPR, kecuali ada hal-hal prinsip yang menyebabkan perubahan
sikap politik fraksi, memperpendek mekanisme pembahasan suatu RUU sehingga diharapkan
sebuah RUU dapat diselesaikan antara tiga bulan sampai dengan maksimal satu tahun. DPR dan
pemerintah penting menurunkan target Prolegnas sampai batas realistis yang dapat dicapai.
Dengan demikian, kita berharap pada kinerja anggota DPR hasil pemilu 2014 di bidang legislasi
dapat membaik, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Keberadaan DPR pun menjadi dapat
dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

BAB IV : PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Lembaga legislatif negara
terdiri dari MPR, DPR, dan DPD. Kinerja anggota DPR sebagai salah satu bagian dari lebaga di
bidang legislasi dapat membaik, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Keberadaan DPR
pun menjadi dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

Sumber Pustaka:
https://thegorbalsla.com/contoh-paper/
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160408075419-32-122511/evaluasi-kinerja-buruk-dpr
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_tinggi_negara
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1980/12TAHUN~1980UU.htm
https://osf.io/2t9uz/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai