Anda di halaman 1dari 2

Critical Review

Nama : Dhiki Ramandha Putra

NPM : 2017130015

Mata Kuliah : Kepemimpinan Politik

Jurusan : Ilmu Politik

Kepemimpinan politik dan legitimasi

 Kekuasaan

Sebelum kita membahas dan memahami apa itu legitimasi , kita terlebih dahulu harus
memahami apa yang dimaksud dengan kekuasaan.

Konsep kekuasaan menurut Harold D laswell dan abraham kaplan dalam Miriam budiardjo bahwa
” Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi tingkah laku
orang lain sehingga orang lain menjadi sesuai dengan yang diinginkan oleh orang yang memiliki
kekuasaan tersebut.”.

Kekuasaan yang telah memiliki wewenang dan telah memiliki keabsahan atau pengakuan dari
anggota-anggota masyarakat, akan banyak membantu dalam kestabilan pemerintahan dan juga
memberikan arti keberhasilan dalam memimpin. Tidak ada yang memberontak, tidak ada protes
yang ekstrim, sehingga dalam pelaksanaannya kekuasaan bisa lebih tenang dan tidak perlu untuk
melakukan pemaksaan dan kekerasan untuk membuat anggota masyarakat untuk patuh dan taat
pada perintah dan aturan yang berlaku.

 Wewenang/otoritas (authority)

Menurut Miriam Budiardjo otoritas atau wewenang adalah ”kekuasaan yang dilembagakan”,
yaitu kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai, melainkan juga berhak untuk menguasai.
Wewenang adalah kekuasaan yang berhak untuk menuntut ketaatan, jadi berhak untuk
memberikan perintah.
Terhadap wewenang itu timbul pertanyaan tentang apa yang menjadi dasarnya. Itulah
pertanyaan tentang legitimasi atau keabsahan kekuasaan. Terhadap setiap wewenang dapat
dipersoalkan apakah wewenang itu absah atau tidak, apakah mempunyai dasar atau tidak.
Jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar, terlepas dari
siapa yang melaksanakan pemaksaan itu. Dalam hal ini, Talcott S Parson didalam buku miriam
budiardjo melihat bahwa kekuasaan itu ”pendukung untuk mencapai tujuan bersama atau
kolektif”, sehingga untuk mencapai tujuan itu butuh suatu kekuasaan untuk mengatur hingga
terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat, apabila ada yang tidak mengikuti ataupun
melanggar akan mendapat sanksi. Dan dalam pelaksanaan sanksi tentu ada pihak yang berwenang
atau memiliki otoritas.
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan. Artinya apakah
masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan
keputusan yang mengikat masyarakat ataukah tidak. Apabila masyarakat menerima dan mengakui
hak moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat
maka kewenangan itu dikategorikan sebagai berlegitimasi. Maksudnya, legitimasi merupakan
penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah,
membuat dan melaksanakan keputusan politik.

 Legitimasi

Secara etimologi legitimasi berasal dari bahasa latin “lex” yang berarti hukum. Kata legitimasi
identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, legal dan legitim. Legitimasi/keabsahan
didalam buku Miriam budiardjo adalah keyakinan anggota-anggota masyarakat bahwa wewenang
yang ada pada seseorang, kelompok atau penguasa adalah wajar dan patut dihormati.
Legitimasi dikelompokan menjadi empat tipe/proses (kadar legitimasi)
1. Pra legitimasi, ada dalam pemerintahan yang baru terbentuk yang meyakini memiliki
kewenangan tapi sebagian kelompok masyarakat belum mengakuinya
2. Berlegitimasi, yaitu ketika pemerintah bisa meyakinkan masyarakat dan masyarakat
menerima dan mengakuinya
3. Tak berlegitimasi, ketika pemimpin atau pemerintah gagal mendapat pengakuan dari
masyarakat tapi pemimpin tersebut menolak untuk mengundurkan diri, akhirnya muncul
tak berlegitimasi. Untuk mempertahankan kewenangannya biasanya digunakan cara-cara
kekerasan.
4. Pasca legitimasi, yaitu ketika dasar legitimasi sudah berubah.

Anda mungkin juga menyukai