Anda di halaman 1dari 6

Ilmu Hukum

Tugas 1
YUDI TRILAKSONO
045208854

1. Simpulkan ciri khas kedaulatan yang ada di Indonesia seperti kasus di atas menggunakan
konsep analisis dari Jean Bodin!

Teori kedaulatan ada 5, yakni teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan raja, kedaulatan negara,
kedaulatan rakyat, dan kedaulatan hukum. Diartikan Jean Bodin, teori kedaulatan adalah
kekuasaan tertinggi yang dihadapkan pada rakyat dan negara tanpa adanya pembatas dari
hukum.
Adapun sifat dari kedaulatan menurut Jean Bodin (dalam Leao, 2012: 20) adalah sebagai
berikut.

1. Tunggal: dalam negara tidak ada kekuasaan lainnya.


2. Asli: kekuasaan tidak berasal dari kekuasaan lain.
3. Abadi: negara kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi.
4. Bulat: kedaulatan negara tidak dapat diserahkan kepada perseorangan atau
lembaga lainnya; tidak dapat dipecah.

Berdasarkan teori kedaulatan Jean Bodin, ada dua jenis kedaulatan, yakni kedaulatan ke
dalam (intern) dan kedaulatan ke luar (eksten). Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan
tertinggi di dalam negara untuk mengatur fungsinya. Dalam kedaulatan ini, pemerintah
berhak untuk mengatur segala kepentingan rakyat melalui lembaga negara dan perangkat lain
tanpa campur tangan negara lain. Kedaulatan ke dalam merupakan kedaulatan suatu negara
untuk mengatur organisasinya (negara) sesuai dengan hukum atau peraturan yang berlaku di
negara tersebut dan rakyat harus tunduk dan patuh dengan aturan yang ditetapkan.
Kedaulatan ke luar adalah kekuasaan tertinggi suatu negara untuk mengadakan hubungan
dengan negara lain serta mempertahankan wilayahnya dari ancaman yang berasal dari luar.
Negara berhak mengadakan hubungan kerja sama atau hubungan dengan negara lain demi
kepentingannya. Adapun konsep kedaulatan ke luar ini dapat dilaksanakan dalam hubungan
diplomatik, kerja sama antar-negara, hubungan dagang, misi sosial budaya, dan lainnya.
Dalam dunia ilmu hukum, dikenal dengan adanya lima teori kedaulatan, yakni teori
kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan raja, teori kedaulatan negara, teori kedaulatan rakyat,
dan teori kedaulatan hukum.
Teori Kedaulatan Tuhan
Teori kedaulatan Tuhan berkembang sekitar abad ke-5 hingga abad ke-15 dan tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan agama pada saat itu. Teori ini berkembang karena timbul
kepercayaan bahwa tanpa adanya Tuhan, tidak ada hal yang dapat diwujudkan.
Teori kedaulatan Tuhan adalah teori yang menganggap Tuhan sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Kemudian, dalam praktik kenegaraan, perintah negara harus merupakan
implementasi dari kehendak Tuhan.
Teori Kedaulatan Raja
Teori kedaulatan raja adalah teori yang memandang raja sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi atas apa saja. Semua hal di wilayah kerajaan dianggap sebagai hak milik raja dan
semua warga dianggap rendah, tidak lebih daripada budak bagi raja dan keluarganya.Titah
raja adalah hukum itu sendiri. Dengan kata lain, raja bebas menentukan apa saja dan
menghukum siapa saja, termasuk memenjarakan atau menghukum mati. Terkait teori ini,
Louis XIV di masa kekuasaannya pernah berkata bahwa l'etat c'est moi yang berarti negara
adalah saya.
Teori Kedaulatan Negara
Teori yang disampaikan Bapak Teori Kedaulatan, Jean Bodin, masuk dalam kategori
kedaulatan negara. Singkatnya, teori kedaulatan negara adalah teori yang menganggap
negara sebagai badan hukum dianggap memiliki kewajiban dan hak serta dapat melakukan
tindakan atau perbuatan hukum sekaligus pendukung hak dan kewajiban. Kemudian, dalam
kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, negaralah pemegang kekuasaan tertinggi
yang menciptakan hukum. Dalam teori ini dikenal dengan istilah Verkulprings Theorie yang
menyatakan bahwa negara menjelma dalam tubuh raja; negara adalah raja itu sendiri.
Teori Kedaulatan Rakyat
Teori kedaulatan rakyat adalah teori yang menerangkan bahwa kedaulatan negara ada
ditangan rakyat; rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Teori ini tidak dapat
dilepaskan dari teori kontrak sosial Jean Jacques Rousseau yang menyatakan bahwa dalam
suatu negara, natural liberty telah berubah menjadi civil liberty di mana rakyat memiliki hak-
haknya. Kemudian, kekuasaan rakyat sebagai yang tertinggi harus berdasarkan kepentingan
golongan terbanyak.
Teori kedaulatan rakyat tersebut dianggap terlalu murni dan keputusan terbanyak tidak pasti
selalu benar. Kemudian, diterangkan pula bahwa teori itu pun berkembang menjadi konsep
demokrasi. Adapun pengertian demokrasi menurut Asshddiqie adalah satu ajaran yang
memandang kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, berasal dari rakyat, untuk kepentingan
rakyat, dan diselenggarakan bersama rakyat.
Teori Kedaulatan Hukum
Teori kedaulatan hukum adalah teori yang menempatkan pemimpin tertinggi di suatu negara
bukanlah figur atau tokoh, melainkan sistem aturan atau hukum. Semua orang harus tunduk
kepada hukum, baik rakyat maupun penguasa negara. Diterangkan Asshiddiqie, dalam teori
ini, manusia hanyalah wayang dari skenario yang telah disusun dan disepakati bersama
dengan menampilkan para wayang itu sebagai pemeran. Lebih lanjut, teori kedaulatan hukum
itu menurut tradisi Anglo-Amerika diistilahkan dengan the rule of law, not of man atau
‘pemerintahan oleh hukum, bukan oleh orang; kepemimpinan oleh sistem, bukanlah oleh
tokoh atau oleh orang per orang’.
Dari teori tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri khas kedaulatan yang ada di
Indonesia adalah teori kedaulatan rakyat dimana kedaulatan negara ada ditangan rakyat;
rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, pengakuan hak asasi manusia, dan
keseimbangan kekuasaan, dan hal ini sudah sesuai dengan konsep analisis kedaulatan negara
dari jean bodin.

2. Analisis demokrasi pancasila seperti kasus di atas berdasarkan bentuk legitimasi eliter pada
subjek wewenang!

Demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang menggabungkan prinsip-


prinsip demokrasi dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam
konteks demokrasi Pancasila, bentuk legitimasi eliter pada subjek wewenang dapat dilihat
melalui beberapa aspek, seperti pemilihan umum, partisipasi politik, dan struktur
kelembagaan.
1. Pemilihan Umum:

Pemilihan umum merupakan mekanisme sentral dalam demokrasi Pancasila untuk


memberikan legitimasi pada elit politik.

Pemilihan umum yang bebas, adil, dan transparan memberikan kesempatan bagi rakyat untuk
memilih wakil-wakil mereka di lembaga-lembaga pemerintahan.

Dalam proses pemilihan umum, elit politik yang mendapatkan dukungan dan suara mayoritas
rakyat akan mendapatkan legitimasi untuk memegang jabatan dan mengambil keputusan
politik.

2. Partisipasi Politik:

Demokrasi Pancasila mendorong partisipasi politik yang luas dari rakyat.

Partisipasi politik yang aktif dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk masyarakat biasa,
kelompok masyarakat, dan elit politik, merupakan elemen penting dalam
memberikan legitimasi pada sistem politik.

Partisipasi politik yang melibatkan beragam elemen masyarakat memberikan kesempatan


bagi warga negara untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan
suara mereka, sehingga memberikan legitimasi pada keputusan politik yang diambil oleh elit
politik.

3. Struktur Kelembagaan:

Sistem politik Indonesia memiliki struktur kelembagaan yang diatur dalam konstitusi dan
hukum negara.

Kelembagaan, seperti lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta lembaga-lembaga


pemerintah daerah, menjadi wadah bagi elit politik untuk memegang dan
menjalankan wewenang politik.

Struktur kelembagaan ini memberikan legitimasi pada elit politik yang mengisi posisi-posisi
tersebut sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang ditetapkan.
Dalam konteks demokrasi Pancasila, bentuk legitimasi eliter pada subjek wewenang juga
dapat dianalisis melalui hubungan antara elit politik dan masyarakat dalam menjalankan
fungsi-fungsi pemerintahan.

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat diperhatikan:

1. Pelayanan Publik:

Legitimasi eliter dalam demokrasi Pancasila dapat tercermin dalam kemampuan mereka
untuk menyediakan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat.Elit politik yang mampu
memberikan pelayanan publik yang efektif dan responsif kepada rakyat mendapatkan
dukungan dan legitimasi sebagai penguasa yang bertanggung jawab.

2. Akuntabilitas:

Legitimasi eliter juga bergantung pada tingkat akuntabilitas mereka terhadap masyarakat. Elit
politik yang bertanggung jawab, terbuka, dan transparan dalam menjalankan tugas-tugas
mereka, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan negara, pengambilan keputusan, dan
implementasi kebijakan, memperoleh legitimasi dari rakyat.

3. Partisipasi Masyarakat:

Bentuk legitimasi eliter juga dapat terkait dengan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan politik. Masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik,
seperti memberikan masukan, melibatkan diri dalam dialog dan diskusi kebijakan, atau
mengawasi tindakan elit politik, memberikan legitimasi pada elit politik yang mampu
menerima dan merespons aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

4. Representasi yang Adil:

Legitimasi eliter dalam demokrasi Pancasila juga terkait dengan representasi yang adil dalam
lembaga-lembaga pemerintahan. Elit politik yang mampu mewakili beragam kelompok dan
kepentingan masyarakat, termasuk yang berasal dari berbagai lapisan sosial dan daerah,
memberikan legitimasi pada sistem politik.
Penerapan konsep legitimasi eliter pada subjek wewenang dalam
konteks demokrasi Pancasila membantu memahami pentingnya interaksi antara elit politik
dan masyarakat dalam menentukan legitimasi dan keabsahan kekuasaan politik.

3. Bagaimana klasifikasi negara Inggris menurut pemahaman anda berdasarkan analisis dari
konsep teori Leon Duguit!
Teori Leon Duguit adalah teori hukum publik yang berfokus pada pengaturan hubungan
antara individu dan negara. Dalam teori ini, Duguit menekankan bahwa negara harus
bertindak sebagai pengatur atau regulasi dalam masyarakat dan harus mengedepankan
kepentingan umum di atas kepentingan individu.
Dalam hubungannya dengan klasifikasi negara Inggris, Duguit mungkin akan memandang
negara Inggris sebagai negara yang memiliki ciri-ciri negara hukum atau Rechtsstaat. Hal ini
disebabkan oleh adanya prinsip-prinsip hukum yang dipegang teguh oleh negara Inggris,
seperti keadilan, kepastian hukum, dan supremasi hukum.
Selain itu, Duguit mungkin akan melihat negara Inggris sebagai negara yang memegang teguh
prinsip-prinsip demokrasi. Hal ini dapat dilihat dari sistem pemerintahan negara Inggris yang
menggunakan prinsip-prinsip demokrasi dalam pengambilan keputusan politik, seperti
pemilihan umum, sistem partai politik, dan parlemen.
Secara keseluruhan, dengan menggunakan konsep teori Leon Duguit, negara Inggris dapat
diklasifikasikan sebagai negara hukum dan demokratis, namun tetap memiliki ruang untuk
perbaikan dalam distribusi kekuasaan politik.

Anda mungkin juga menyukai