Anda di halaman 1dari 3

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kode / Nama MK : HKUM4209/Ilmu Negara


Tugas :2

Jawaban nomor 1
Jean Bodin merupakan seorang filsuf humanis dan ahli hukum. Ia menjadi pemikir bidang politik
yang paling terkemuka pada abad ke-16. Ia semakin dikenal melalui catatan kedaulatan yang ia
rumuskan dalam Six Books of Commonwealth.
Dalam konteks demokrasi Pancasila di Indonesia, ciri khas kedaulatan dapat dilihat dari
beberapa aspek, antara lain :
1. Kedaulatan negara
Dalam demokarsi Pancasila, kedaulatan Negara berada pada rakyat sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi. Rakyat memiliki hak suara untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat
yang akan mewakili mereka dalam pemerintahan. Dengan demikian, keputusan-keputusan
yang diambil oleh pemerintah berasal dari suara mayoritas rakyat.
2. Pengakuan hak asasi manusia
Pancasila juga mengakui hak asasi manusia sebagai nilai dasar yang harus dijunjung tinggi
dalam pemerintahan. Dalam demokrasi Pancasila, kekuasaan Negara tidak boleh digunakan
untuk merugikan hak asasi manusia, seperti hak atas kebebasan berpendapat, berkumpul dan
beragama.
3. Keseimbangan kekuasaan
Dalam demokrasi Pancasila, kekuasaan Negara dibagi menjadi tiga cabang, yaitu eksekutif,
legislative, dan yudikatif. Setiap cabang memiliki fungsi dan kewenangannya masing-
masing, sehingga tidak ada satu cabangpun yang bisa menguasai seluruh kekuasaan Negara.
Keunggulan dari demokrasi Pancasila ini adalah mampu menciptakan kestabilan politik
dan meminimalisir konfil di masyarakat. Dengan demokrasi Pancasila, rakyat memiliki hak suara
dan keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan politik, sehingga kepentingan masyarakat
lebih terakomodasi. Selain itu, pengakuan hak asasi manusia dan keseimbangan kekuasaan juga
memastikan bahwa pemerintah tidak berkuasa secara absolut dan tidak merugikan hak-hak
rakyat.
Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa ciri khas kedaulatan yang ada di Indonesia pada
demokrasi Pancasila adalah terletak pada kedaulatan rakyat, pengakuan hak asasi manusia, dan
keseimbangan kekuasaan, yang dimana hal ini sudah sesuai dengan konsep analisis kedaulatan
Negara Jean Bodin.

Referensi
https://katadata.co.id/agung/berita/6361f870870e9/memahami-jenis-teori-dan-sifat-kedaulatan-
menurut-jean-bodin
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F99637%2Fmod_resource%2Fcontent
%2F1%2FMODUL_PERKULIAHAN_SESI%2012.pdf

Jawaban nomor 2
Demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang menggabungkan prinsip-prinsip
demokrasi dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam konteks
demokrasi Pancasila, bentuk legitimasi eliter pada subjek wewenang dapat dilihat melalui
beberapa aspek, seperti pemilihan umum, partisipasi politik, dan struktur kelembagaan.
Berikut adalah analisis mengenai demokrasi Pancasila berdasarkan bentuk legitimasi eliter
pada subjek wewenang:
1. Pemilihan Umum:
Pemilihan umum merupakan mekanisme sentral dalam demokrasi Pancasila untuk
memberikan legitimasi pada elit politik. Pemilihan umum yang bebas, adil, dan transparan
memberikan kesempatan bagi rakyat untuk memilih wakil-wakil mereka di lembaga-lembaga
pemerintahan.
Dalam proses pemilihan umum, elit politik yang mendapatkan dukungan dan suara mayoritas
rakyat akan mendapatkan legitimasi untuk memegang jabatan dan mengambil keputusan
politik.
2. Partisipasi Politik:
Demokrasi Pancasila mendorong partisipasi politik yang luas dari rakyat. Partisipasi politik
yang aktif dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk masyarakat biasa, kelompok
masyarakat, dan elit politik, merupakan elemen penting dalam memberikan legitimasi pada
partai politik.
Partisipasi politik yang melibatkan beragam elemen masyarakat memberikan kesempatan
bagi warga negara untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan
suara mereka, sehingga memberikan legitimasi pada keputusan politik yang diambil oleh elit
politik.
3. Struktur Kelembagaan:
Sistem politik Indonesia memiliki struktur kelembagaan yang diatur dalam konstitusi dan
hukum negara. Kelembagaan, seperti lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta
lembaga-lembaga pemerintah daerah, menjadi wadah bagi elit politik untuk memegang dan
menjalankan wewenang politik.
Struktur kelembagaan ini memberikan legitimasi pada elit politik yang mengisi posisi-posisi
tersebut sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang ditetapkan.
Dalam konteks demokrasi Pancasila, bentuk legitimasi eliter pada subjek wewenang juga
dapat dianalisis melalui hubungan antara elit politik dan masyarakat dalam menjalankan
fungsi-fungsi pemerintahan.

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat diperhatikan:


1. Pelayanan Publik:
Legitimasi eliter dalam demokrasi Pancasila dapat tercermin dalam kemampuan mereka
untuk menyediakan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat. Elit politik yang mampu
memberikan pelayanan publik yang efektif dan responsif kepada rakyat mendapatkan
dukungan dan legitimasi sebagai penguasa yang bertanggung jawab.
2. Akuntabilitas:
Legitimasi eliter juga bergantung pada tingkat akuntabilitas mereka terhadap masyarakat. Elit
politik yang bertanggung jawab, terbuka, dan transparan dalam menjalankan tugas-tugas
mereka, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan negara, pengambilan keputusan, dan
implementasi kebijakan, memperoleh legitimasi dari rakyat.
3. Partisipasi Masyarakat:
Bentuk legitimasi eliter juga dapat terkait dengan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan politik. Masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik,
seperti memberikan masukan, melibatkan diri dalam dialog dan diskusi kebijakan, atau
mengawasi tindakan elit politik, memberikan legitimasi pada elit politik yang mampu
menerima dan merespons aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
4. Representasi yang Adil:
Legitimasi eliter dalam demokrasi Pancasila juga terkait dengan representasi yang adil dalam
lembaga-lembaga pemerintahan.
Legitimasi eliter dan wewenang memainkan peran penting dalam demokrasi Pancasila.
Mereka bertindak sebagai konektor antara prinsip Pancasila dan pelaksanaannya dalam praktek.
Namun, legitimasi eliter dan wewenang harus selalu disikapi dengan kewaspadaan dan
dipertanyakan jika ada indikasi penyalahgunaan kekuasaan atau penyalahgunaan wewenang.

Referensi :
https://www.dikasihinfo.com/pendidikan/9808830699/terjawab-analisis-demokrasi-pancasila-
seperti-kasus-di-atas-berdasarkan-bentuk-legitimasi-eliter-pada-subjek?page=3
https://www.budgetnesia.com/analisis-demokrasi-pancasila-seperti-kasus-di-atas-berdasarkan-
bentuk-legitimasi-eliter-pada-subjek-wewenang/

Jawaban nomor 3
Menurut Duguit, negara adalah wujud dari hakikat sosial manusia. Dalam pemahaman ini,
negara tidak dianggap sebagai sebuah wujud yang memiliki kuasa absolut. Meski setiap negara
memiliki peraturan dan hukum yang berlaku di dalamnya, Duguit yakin bahwa otoritas negara
harus dilihat sebagai hal yang kontekstual dan relatif terhadap hakikat sosial dari individu dan
komunitas dalam negara tersebut.
Inggris, negara yang dikenal dengan sebutan “the mother of common law,” dapat dianalisis
dengan lensa pemikiran Duguit. Sistem hukum Inggris dikenal dengan built upon precendents,
artinya hukum dibentuk berbasis pada kasus-kasus hukum yang sudah ada sebelumnya. Prinsip
ini secara tidak langsung menggambarkan pandangan Duguit bahwa hukum harus mewakili
dinamika sosial yang berlaku pada suatu masyarakat.
Selain itu, fungsi negara dalam perspektif Duguit adalah untuk melayani masyarakat dan
memenuhi hak dasar mereka. Dalam kasus Inggris, negara memiliki peran yang kuat dalam
menyediakan layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Hal ini sejalan
dengan pandangan Duguit bahwa negara harus berfungsi sebagai alat untuk melayani
masyarakatnya.
Terakhir, dalam teori Duguit, negara adalah entitas yang tidak bisa menjadi subjek hukum
karena negara dan hukum adalah bagian dari satu sistem yang utuh. Dalam konteks Inggris,
pemahaman ini cukup sulit untuk diterima secara penuh. Meskipun demikian, hak asing
dihormati dalam sistem hukum Inggris dan setiap aksi yang dilakukan oleh negara dapat ditinjau
dan digugat di pengadilan. Ini berarti bahwa, dalam praktiknya, negara Inggris tidak memiliki
kekuasaan absolut dan dapat diperiksa dan diperlakukan sebagai subjek hukum.
Klasifikasi negara Inggris menurut pemahaman atas teori Leon Duguit dapat dilihat dalam
beberapa aspek. Pertama, hukum dan peraturan Inggris bertumpu pada preseden dan mewakili
dinamika sosial. Kedua, negara Inggris memiliki peran kuat dalam pelayanan publik, memenuhi
pandangan Duguit tentang fungsi negara. Terakhir, meskipun Inggris memiliki konsep negara
dan hukum yang agak berbeda dengan pandangan Duguit, perilaku negara bisa diperiksa dan
digugat di pengadilan, yang menandakan adanya batasan dalam kekuasaan negara. Dengan
demikian, pemahaman teori Duguit mengenai Negara dapat diterapkan dalam konteks hukum
dan politik di Inggris.

Referensi :
https://www.budgetnesia.com/bagaimana-klasifikasi-negara-inggris-menurut-pemahaman-anda-
berdasarkan-analisis-dari-konsep-teori-leon-duguit/

Anda mungkin juga menyukai