Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan keinginan untuk
bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD 1945 yang
merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945 berbagai struktur
dan unsur Negara mulai ada. Undang-undang dibuat harus sesuai dengan keperluan
dan harus peka zaman, artinya aturan yang dibuat oleh para DPR kita sebelum di
sahkan menjadi undang-undang sebelumnya harus disosialisasikan dahulu dengan
rakyat, apakah tidak melanggar norma-norma adat atau melanggar hak-hak
asasi manusia. Salah satu bukti bahwa undang-undang yang sudah tidak relevan lagi
dengan kondisi zamanya adalah undang-undang dasar 1945. Dengan mengalami
empat kali perubahan yang masing-masing tujuanya tidak lain hanya untuk bisa sesuai
dengan kehendak rakyat dan bangsa kita, dalam arti bisa mewakili aspirasi rakyat yang
disesuaikan zamannya.
Dalam praktek bernegara pemerintahan, pembagian kekuasaan dalam Negara
(sharing of power) merupakan suatu hal yang tak terelakan, bahkan pembagian
kekuasaan itu tidak dapat dipisahkan dengan esensi hidup bernegara atau tujuan
didirikannya Negara.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui suprastruktur dan infastruktur politik di Indonesia.
b. Untuk mengetahui lembaga-lembaga Negara Republik Indonesia Menurut UUD
NRI Tahun 1945.
c. Untuk mengetahui tata kelola pemerintahan yang baik di Indonesia.
d. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi warga negara dalam sistem politik di
Indonesia.

1.3 Manfaat
a. Siswa dapat menambah wawasan tentang Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara
Menurut UUD NRI Tahun 1945.
b. Makalah ini dapat menjadi tambahan refrensi di perpustakaan sekolah.

1
BAB II
KEWENANGAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA MENURUT
UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

2.1 Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia


Suprastruktur dan infrastruktur ada hubungannya dengan demokrasi. Demokrasi
atau lengkapnya sistem pemerintahan demokrasi berkaitan dengan faktor-faktor
seperti adanya sistem perwakilan, adanya pemilihan umum secara berkala, adanya
keterbukaan dan adanya pengawasan sosial dari rakyat atau masyarakat. Beberapa hal
tersebut merupakan bagian dari ciri khas demokrasi. Namun, hakikat dan prasyarat
dari semua itu adalah terdapatnya kondisi seimbang antara suprastruktur politik
dengan infrastruktur politik.
Sistem perwakilan dan juga sistem pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
akan kurang berfungsi, jika berlangsung dalam suasana atau lingkungan tanpa
keseimbangan antara suprastruktur dengan infrastruktur. Demikian pula
penyelenggaraan pemilihan umum dan pengembangan kondisi keterbukaan akan
kurang mampu memberikan hasil (output) sebagaimana yang diharapkan, jika belum
disertai terdapatnya kondisi cukup seimbang dan saling mengisi antara suprastruktur
dengan infrastruktur.
Demokrasi dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari bawah, pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Walaupun memang tidak semua rakyat atau
setiap orang ikut memerintah karena merupakan sesuatu yang mustahil dan justru
merupakan bentuk anarki jika setiap orang ikut menjalankan kekuasaan.
Pemerintah dari bawah artinya rakyat yang sebagian besar mempunyai suara untuk
ikut menentukan serta memengaruhi proses perumusan kebijakan pemerintah,
melalui saluran-saluran yang disediakan pada peringkat infrastruktur politik.
Contohnya, melalui partai-partai politik, kelompok kepentingan, kelempok penekan
dan media massa serta pendapat umum.
Suprastruktur di pegang oleh beberapa orang yang disebut pemerintah, dengan
disertai berbagai badan dan aparatur yang membantu pemerintah untuk
terselenggaranya pemerintahan. Sementara itu, yang tidak termasuk suprastruktur
disebut rakyat yang secara otomatis tergolong infrastruktur. Namun, perlu disadari
bahwa dalam sistem pemerintahan demokrasi, infrastruktur bukan sekedar rakyat
yang sepenuhnya tunduk dan patuh terhadap suprastruktur. Infrastruktur seharusnya
ikut berpartisipasi dan di dengar serta di perhatikan aspirasinya dalam perumusan
kebijakan pemerintah. Bahkan, infrastruktur di tempatkan pada posisi yang mampu
memengaruhi apa yang dilaksanakan oleh lembaga suprastruktur, termasuk pula

2
untuk bersama-sama ikut bertanggung jawab atas kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh suprastruktur.

2.1.1 Suprastruktur politik


Suprastruktur politik yaitu struktur politik pemerintahan yang berkaitan
dengan lembaga-lembaga negara yang ada serta hubungan kekuasaan antara
lembaga satu dengan lainnya. Hal ini terutama dapat diketahui dari UUD
dasarnya dan peraturan perundangan lainnya. Bagi Negara Republik Indonesia,
suprastruktur politik yaitu lembaga-lembaga Negara seperti MPR, DPR,
Presiden, BPK dan MA. Suprastruktur politik dapat pula dinyatakan sebagai
kelompok orang yang jumlah anggotanya hanya sedikit, terdiri atas tokoh
politik, tetapi memegang kekuasaan pemerintahan negara. Kelompok ini
merupakan mesin politik resmi dari suatu negara yang merupakan penggerak
politik formal.
Suprastruktur berfungsi untuk menetapkan kebijakan. Namun, tidak
sepenuhnya serta berdaulat guna menetapkan kebijakan-kebijakannya tanpa
persetujuan mayoritas rakyat. Segi saling mengisi antara suprastruktur politik
dengan infrastruktur politik inilah, yang paling diandalkan sebagai keunggulan
serta kebaikan sistem pemerintahan demokrasi. Khususnya, jika dibandingkan
dengan interaksi antara suprastruktur dengan infrastruktur pada sistem-sistem
pemerintah yang lain (monarki, otoritarian dan otalitarian).

2.1.2 Infrastruktur politik


Infrastruktur politik yaitu suasana kehidupan politik rakyat yang
berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dalam
kegiatannya dapat memengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi
dan kekuasaannya masing-masing. Kelompok ini jumlahnya sangat banyak,
tetapi dengan sukarela mereka bersedia diatur dan diperintah. Oleh karena
jumlahnya yang relatif sangat besar, mereka tidak dapat seluruhnya menjadi
anggota parlemen. Untuk menyalurkan aspirasi dan berbagai kepentingannya,
dibentuklah partai-partai politik yang membawa aspirasi mereka ke lembaga
parlemen (legislatif).
Selain partai politik resmi, ada pula organisasi abstrak yang tidak resmi,
tetapi sangat menguasai keadaan sebagai elite power. Kelompok ini disebut
kelompok penekan (prssure groups) dan kelompok yang mempunyai

3
kepentingan (interest groups) dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Kelompok-kelompok ini mengadakan kegiatan atau gerakan-gerakan politik
untuk merespons kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan atau
mengganggu kepentingan kelompok atau rakyat banyak. Aksi kelompok ini
juga sering didukung atau diikuti kelompok lain atau unsur masyarakat yang
bersimpati dengan tuntutan mereka. Semua tergantung pada tujuan dan
kepentingan masing-masing. Beberapa contoh organisasi yang termasuk
infrastruktur politik adalah organisasi pelajar, mahasiswa, serikat buruh, LSM,
PGRI, serikat tani dan partai politik.
Antara bagian-bagian suprastruktur politik dengan unsur-unsur
infrastruktur politik terdapat suatu hubungan yang saling memengaruhi
sehingga menumbuhkan suasana kehidupan politik yang serasi. Unsur-unsur
infrastruktur politik berfungsi memberi masukkan kepada suprastruktur politik.
Dengan memerhatikan masukan-masukan yang di terima dari infrastruktur
politik, suprastruktur politik atau bagiannya dapat menentukan kebijakan
umum atau keputusan politik.
Peranan politik sangat penting dalam memengaruhi kebijakan politik
adalah sekelompok warga negara yang terorganisir, wakil-wakil yang duduk
dalam lembaga legislatif (DPR, DPRD) dan lembaga eksekutif di pusat maupun
daerah. (Intan Pariwara, 2010: 232)

2.2 Lembaga-Lembaga Negara Republik Indonesia Menurut UUD NRI Tahun 1945
Menurut kamus hukum, Lembaga adalah badan atau organisasi yang bertujuan
untuk melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. (Kamus
Hukum; Drs. Sudarsono, S.H., M.Si)
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias
politika. Trias politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang
yang memiliki kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :
a. Legislatif bertugas membuat undang-undang. Bidang legislatif adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
b. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang
eksekutif adalah Presiden dan Wakil Presiden.
c. Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

2.2.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilihan umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir
bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang
4
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum
UUD 1945 di amandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi
negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada
yang ada hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945
yang telah di amandemen maka MPR termasuk lembaga negara. Sesuai
dengan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
a. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
b. Melantik presiden dan wakil presiden;
c. Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya
menurut undang-undang dasar.
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut
ini:
a. Mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
c. Memilih dan dipilih;
d. Membela diri;
e. Imunitas;
f. Keuangan dan administratif.
Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Mengamalkan Pancasila;
b. Melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;
c. Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Kerukunan
Nasional;
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan;
e. Melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.

2.2.2 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta
pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat
pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan
yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. Berdasarkan
UU Pemilu Nomor 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:

5
a. Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;
b. Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan
sebanyak- banyak 100 orang;
c. Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-
banyaknya 50 orang.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR
berdomisili di ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun
dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji
yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika 128
anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil
sumpahnya. Pada awal pembentukannya, masih banyak tantangan yang
dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut mulai dari wewenangnya yang
dianggap jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang efektif dalam
sebuah parlemen bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang
juga jauh dari memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama
karena tidak banyak dukungan politik yang diberikan kepada lembaga baru ini.
2.2.3 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang
sebelumnya tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.
Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan
sebanyak-banyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih
dari 1/3 jumlah anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan
presiden. Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi selama
bersidang bertempat tinggal di ibu kota Republik Indonesia. Masa jabatan
anggota DPD adalah lima tahun.
Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain
sebagai berikut:
a. Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan
dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya.
b. Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta

6
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya.
c. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan
rancangan undang-undang, RAPBN, pajak, pendidikan dan agama.
d. Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan
undang-undang otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya.
2.2.4 Presiden dan Wakil Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu
presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden
mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai
kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil
presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah amandemen UUD1945 presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Presiden
dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau
mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah
dilantik, presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai
dengan program yang telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan
pemerintahan, presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan
UUD 1945. Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai
dengan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang
sebagai berikut:
a. Membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
b. Mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di
negara sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu
kota negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang mewakili
negara Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar kita.
c. Menerima duta dari negara lain

7
d. Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga
negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa
mengharumkan nama baik Indonesia.
2.2.5 Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui
bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara (PTUN). Kewajiban
dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
b. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;
c. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.
2.2.6 Mahkamah Konstitusi
Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
2.2.7 Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:
a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung;
b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan
persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua
merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang
anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.
2.2.8 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan

8
Pemeriksan Keuangan yang bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah
memeriksa pengelolaan keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih
oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh
presiden. BPK berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.

2.3 Tata Kelola Pemerintah Yang Baik


Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu
politik. Ia muncul pada awal 1900-an. Secara umum istilah good and
governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau
memengaruhi urusan public untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
2.3.1 Pengertian Good Governance
Pengertian Good Governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi,
dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan
kewenangan tersebut dapat dikatakan baik (good atau sound) jika dilakukan
dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam
suasana demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip-prinsip tersebut tidak
hanya terbatas dilakukan dikalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga
disektor swasta dan lembaga-lembaga nonpemerintah.
Di Indonesia, substansi wacana good governance dapat dipadankan dengan
istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Pemerintah yang baik
adalah sikap dimana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur oleh
berbagai tingkatan pemerintahan Negara yang berkaitan dengan sumber-
sumber social, budaya, politik, serta ekonomi. Dalam praktiknya pemerintahan
yang bersih, adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan
dan bertanggung jawab.
2.3.2 Prinsip-prinsip Pokok Good & Clean Governance
Untuk merealisasikan pemerintahan yang professional dan akuntabel yang
bersandar pada prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi
Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental (asas) dalam good
governance yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Partisipasi (participation)
b. Penegakan hukum (rule of law)

9
c. Transparansi (transparency)
d. Responsif (responsiveness)
e. Orientasi kesepakatan (consensus orientation)
f. Kesetaraan
g. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
h. Akuntabilitas (accountability)
i. Visi strategis
2.3.3 Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial
Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik dan
efektif (Good Governance) dan bersih (Clean Governance), bebas dari KKN.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-
prinsip pokok good governance, setidaknya dapat dilakukan melalui
pelaksanaan prioritas program.
2.3.4 Good and clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna meraih keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
Negara secara spesifik. Korupsi menjadi penyebab ekonomi menjadi berbiaya
tinggi, politik yang tidak sehat dan kemerosotan moral bangsa yang terus-
menerus merosot.
2.3.5 Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swata
atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat. Pelayanan
public kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma ataupun disertai
dengan pembayaran.
2.3.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Birokrasi
Faktor-faktor yang mememngaruhi kinerja birokrasi antara lain: manajemen
organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi; budaya
kerja; dan organisasi pada birokrasi; kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki birokrasi; Kepemimpinan birokrasi yang efektif; koordinasi kerja pada
birokrasi;
Kinerja birokrasi dimasa depan akan dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal yang berikatan dengan fengsi
yang menjalankan aktivitas birokrasi.
b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan dalam perencanaan
strategis pada birokrasi.

10
c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas
diri untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
d. Sistem informatikan manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan
database dalam kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.

2.4 Partisipasi Warga Negara dalam Sistem Politik di Indonesia


Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut
serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau
upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi Politik adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang ikut untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan
politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan
pemerintah. Menurut Myron Weiner, terdapat lima penyebab timbulnya gerakan ke
arah partisipasi lebih luas proses politik.
a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat
makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.
b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Masalah siapa yang berhak
berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan
mengakibatkan dalam pola partisipasi politik.
c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern. Ide demokratisasi
partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka
mengembangkan modernisasi dan industri yang cukup matang.
d. Konflik antarkelompok pemimpinpolitik, jika timbul konflik antar elit, maka yang
dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas penantang melawan laum
aristokrat yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan soisal, ekonomi, dan
kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang
timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut serta
dalam pembuatan keputusan politik.
Dengan demikian Partisipasi politik erat kaitanya dengan kesadaran politik, karena
semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak
bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah.
Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat dimana
mereka mengambil bagian secara aktif, dalam proses pemilihan penguasa dan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukkan kebijakan umum.
Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh Negara, tercantum dalam UUD 1945
pasal 28 yang berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan

11
pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang dan diatur
secara jelas dalam dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan
hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh Negara
mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama
dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan dan sebagainya.
Sedangkan, bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum adalah merupakan
salah satu implementasi nilai-nilai demokrasi di Indonesia yang mencerminkan nilai
Kebebasan, dimana masyarakat diberi kebebasan penuh untuk memilih dan
mendukung calon yang di inginkan.
Disisi yang lain, masyarakat Indonesia juga menunjukkan nilai kebebasan demokrasi
dalam hal melakukan protes terhadap pemerintah. Ini menunjukkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam politik di Indonesia mengalami peningkatan. Tingginya partisipasi
atau peran serta masyarakat, dianggap sebagai satu hal yang positif. Didalam konteks
pemikiran ini, tingginya tingkat partisipasi masyarakat, ditunjukkan pada sikap warga
negara untuk mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri
dalam kegiatan itu. Sebagai bentuk pelaksanaan nilai demokrasi, partisipasi
masyarakat dalam politik memiliki peran penting. Karena demokrasi dapat diartikan
sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Disertai
nilai-niai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu Kebebasan dan Kesetaraan.

2.4.1 Ciri-ciri masyarakat politik


a. Adanya pendidikan politik bagi warga
b. Adanya Kesadaran Politik warga negara yang tinggi.
c. Adanya Budaya Politik yang berkembang di masyarakat suatu negara.
d. Bagaimana cara sosialisasi politik masyarakatnya.
e. Adanya peran aktif warga Negara dalam sistem politik.
f. Adanya loyalitas warga Negara terhadap negaranya.
g. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani.
2.4.2 Bentuk Partisipasi Politik
Partisipasi politik warga Negara yang umum terjadi di berbagai negara, bisa
dibedakan dalam berbagai kegiatan politik, dengan mengambil bentuk
"konvensional" dan "non konvensional".
Bentuk partisipasi politik warga Negara dalam segala tingkatann politiknya,
dapat dijadikan pedoman dan ukuran untuk menilai stabilitas negara dalam
suatu sistem politik, tingkat integritas dalam kehidupan politik, serta tingkat
kepuasan warga negara terhadap sistem politik.

12
Kegiatan politik yang berbentuk "konvensional" adalah kegiatan politik yang
sesuai dengan aturan yang diterapkan di suatu negara. Sedangkan kegiatan
politik dengan bentuk "non konvensional" adalah kegiatan politik warga
negara yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
2.4.3 Contoh Peran Serta Warga Negara Dalam Sistem Politik
a. Bentuk Konvensional
1. Ikut dalam Pemilu, baik menggunkan hak aktif maupun pasifnya.
2. Ikut memberikan kritikan dan masukan lewat berbagai media, semisal
media social seperti facebook, twitter, dsb.
3. Berkomunikasi dengan para pejabat penyelengggara negara, dalam
penyesuaian sebuah kebijakan publik, semisal lewat demonstrasi yang
sesuai dengan aturan berlaku.
b. Bentuk Non Konvensional
1. Demonstrasi tanpa meminta izin dulu kepada pihak yang berwajib.
2. Menghina pejabat publik.
3. Membakar simbol-simbol Negara dan sejenisnya.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja
dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan
penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik
meliputi tiga institusi pokok, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan
negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada
dalam satu sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling
menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lembaga-lembaga negara itu berjalan
sesuai dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara
monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.

3.2 Saran
Dalam hal ini Presiden dan Menteri Negara merupakan bagian yang paling berperan
dalam kekuasaan pemerintahan Negara. Maka dari itu Presiden harus bisa mengambil
keputusan yang tepat dalam pembuat kebijakan kekuasaan, karena keputusan
tersebut tentunya akan memiliki peranan besar dalam Pembangunan di daerah-
daerah di Indonesia. Sistem pemerintah harus saling bekerja sama membangun
Indonesia agar indonesia lebih sejahtera dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Unsur-unsur demokrasi yang kadang menjadi akar permasalahan harus bisa
diselesaikan dan diperbaiki, karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa
diubah. Ia harus bersifat dinamis dan bisa mengikuti kultur sosial-politik-budaya
Negara yang menggunakannya sebagai asas Negara.

14

Anda mungkin juga menyukai