Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ILMU NEGARA

PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN BENTUK


PEMERINTAHAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Dosen Pengampu :
Drs. Nazaruddin SH., MA

Disusun oleh :
Daniel Lawren Manalu (220200126)
Fakultas Hukum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2022
DAFTAR ISI

Contents
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
2.1 Asas pokok demokrasi.................................................................................................................2
2.2 Konsep Partisipasi Masyarakat....................................................................................................2
2.3 Peran rakyat dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia...........................................................4
2.4 Negara menganut sistem demokrasi...........................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................7
Lampiran................................................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara hukum
(Recthstaat) yang sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
1945. Dalam menjalankan pemerintahannya Negara Kesatuan Republik
Indonesia menganut paham demokrasi, sehinggga semua kewenangan
adalah dimiliki oleh rakyat. Demokrasi ialah salah satu bentuk
pemerintahan yang dalam pengambilan keputusannya dipengaruhi oleh
rakyat dari negara itu sendiri. Negara Republik Indonesia sebagai negara
kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah.1 Menurut pendapat
Jimly Asshiddiqie penyelenggaraan otonomi daerah menekankan
pentingnya prinsi-prinsip demokrasi, salah satunya peningkatan peran
serta masyarakat dalam proses kegiatan otonomi daerah.2 Melaksanakan
kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
merupakan fungsi dari kepala daerah dalam melaksanakn tugas dan
wewenang.
Perwujudan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis belum sepenuhnya jelas diatur dalam
aturan hukum di Indonesia, sehingga menyebabkan kekaburan bagaimana
peran masyarakat dalam fungsi kepala daerah dalam mejalankan otonomi
daerah yang demokratis. Oleh karenanya, untuk menjawab kekaburan
norma tersebut, maka dilakukan pengkajian peran masyarakat dalam
fungsi kepala daerah yang demokratis dengan aturan perundang-
undangan yang berlaku
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun pokok-pokok/rumusan masalah yang akan dibahas yakni:
1. Apa asas pokok dari demokrasi
2. Apa saja konsep partisipasi masyarakat dalam demokrasi
3. Bagaimana peranan rakyat dalam implementasi demokrasi indonesia
4. Mengapa negara memilih demokrasi sebagai bentuk pemerintahannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asas pokok demokrasi
Ada dua asas pokok demokrasi, yakni:
1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan Dalam negara
demokrasi, setiap warga negara memiliki hak untuk turut andil dalam
proses pemerintahan. Selain itu, rakyat juga memiliki hak untuk
mengawasi jalannya sistem pemerintahan. Partisipasi rakyat ini
digunakan pada berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan,
sosial dan budaya. Contoh nyata dari asas pokok demokrasi ini adalah
kesempatan rakyat untuk memilih wakil rakyatnya, misalnya pemilihan
anggota DPR. Contoh lainnya rakyat bisa menyampaikan aspirasi jika
dirasa pemerintahannya kurang berjalan dengan apa yang diharapkan.

2. Pengakuan hakikat serta martabat manusia Dalam negara demokrasi,


setiap warga negara memiliki persamaan haknya. Pemerintah harus
melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman. Pemerintah harus
melindungi hak asasi manusia dari tiap warga negaranya. Selain itu,
pemerintah juga harus memperlakukan rakyatnya secara adil tanpa
membedakan sukku, agama, ras dan golongannya.  Contoh nyata dari
asas pokok demokrasi ini adalah negara menjamin hak rakyatnya untuk
mendapat akses pendidikan, pekerjaan yang sama. Contoh lainnya negara
memberi hak kepada rakyatnya untuk bebas memeluk dan menjalani
kewajiban agamanya.
2.2 Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat menekankan pada “partisipasi” langsung


wargadalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses
kepemerintahan. Gaventa dan Valderma dalam Siti Irene Astuti D.
(2009: 34- 35) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah
mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan
berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan
dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang
mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Pengembangan konsep dan
asumsi dasar untuk meluangkan gagasan dan praktik tentang partisipasi
masyarakat meliputi :
a. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada warga
sebagaimana hak politik lainnya. Hak itu tidak hilang ketika ia
memberikan mandat pada orang lain untuk duduk dalam lembaga
pemerintahan. Sedangkan hak politik, sebagai hak asasi, tetap melekat
pada setiap individu yang bersangkutan.

b. Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai


kebijakan publik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi
kegagalan demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan masih
menyisakan beberapa kelemahan yang ditandai dengan keraguan sejauh
mana orang yang dipilih dapat merepresentasikan kehendak masyarakat.

c. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan


publik dapat mendorong partisipasi lebih bermakna.

d. Partisipasi dilakukan secara sistematik, bukan hal yang insidental

e. Berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen yang


mendorong tata pemerintahan yang baik (good governance).

f. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik


terhadap penyelenggaraan dan lembaga pemerintahan. Demokratisasi
dan desentralisasi di negara berkembang termasuk Indonesia terjadi
dalam situasi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan dan lembaga pemerintah. Dengan melibatkan warga
dalam proses pengambilan keputusan maka diharapkan kepercayaan
publik terhadap pemerintah dapat terus ditingkatkan, dan meningkatnya
kepercayaan warga dipercaya sebagai indikator penting bagi menguatnya
dukungan dan keabsahan pemerintah yang berkuasa. 1

1
Slamet, Y, Konsep-Konsep Dasar Partisipasi Sosial. (Yogyakarta: PAU-SS UGM,2002) hal 34-35
2.3 Peran rakyat dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia
1. Terlibat Langsung dalam Pemerintahan Melalui DPR. Peranan pertama
rakyat dalam demokrasi adalah dapat terlibat langsung hingga mencalonkan diri
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebagai perwakilan rakyat,
tugas DPR adalah menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti
aspirasi rakyat.
Selain itu, DPR bertugas memberikan persetujuan kepada Presiden untuk:

(1) menyatakan perang ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain;


(2) mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial.
2. Mengikuti Pemilihan Umum
Peranan rakyat dalam demokrasi adalah menentukan masa depan bangsa dengan
memilih calon Presiden, calon Wakil Presiden, hingga calon legislatif. Pesta
demokrasi Pemilihan Umum atau Pemilu ini diadakan secara teratur dengan
asas Luber Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil) sesuai
dengan ketentuan UUD 1945 Pasal 22E. Namun, rakyat yang bisa mengikuti
Pemilu adalah yang sudah cukup umur menurut undang-undang.
3. Menjunjung Asas Demokrasi
Peranan rakyat dalam demokrasi adalah menjunjung asas demokrasi dengan
menerapkannya ke kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah mengadakan
musyawarah mufakat maupung voting .Rakyat tidak boleh menggunakan asas
sistem pemerintahan lain, seperti tirani maupun oligarki yang berlawanan
dengan demokrasi.

2.4 Negara menganut sistem demokrasi


Demokrasi sebagai tatanan politik adalah model tepat untuk mengelola
kehidupan kenegaraan. Memang demokrasi bukan satu-satunya model yang
paling sempurna untuk mengatur peri kehidupan manusia.
Dan juga demokrasi secara transparan memiliki tujuan penting sehingga negara
banyak menjadikan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan termasuk
Indonesia:
1. Demokrasi menolong mencegah tumbuhnya pemerintahan oleh kaum
otokrat yang kejam dan licik.
2. demokrasi menjamin bagi warga negara sejumlah hak asasi yang tidak
diberikan dan tidak dapat diberikan oleh sistem-sistem yang tidak
demokratis.
3. demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas sebagai warga
negara daripada alternatif lain yang memungkinkan.
4. demokrasi membantu orang-orang untuk melindungi kepentingan pokok
mereka.
5. Kelima, hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan
kesempatan sebesar-besarnya bagi orang-orang untuk menggunakan
kebebasan menentukan nasibnya sendiri, yaitu untuk hidup di bawah
hukum yang mereka pilih sendiri.
6. Keenam, hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan
kesempatan sebesar-besarnya untuk menjalankan tanggung jawab moral
7. Ketujuh, demokrasi membantu perkembangan manusia lebih total
daripada alternatif lain yang memungkinkan.
8. hanya pemerintah yang demokratis yang dapat membantu perkembangan
kadar persamaan politik yang relatif tinggi.
9. negara-negara demokrasi perwakilan moderen tidak pernah berperang
satu sama lain.
10. negara-negara dengan pemerintahan yang demokratis cenderung lebih
makmur daripada negara-negara dengan pemerintahan yang tidak
demokratis.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Demokrasi telah menjadi arus utama negara-negara modern. Tujuan
demokrasi perwakilan bertujuan agar kepentingan dan kehendak warga negara
tetap menjadi bahan pembuat keputusan melalui orangorang yang mewakili
mereka. Di dalam gagasan demokrasi perwakilan, kedaulatan tertinggi tetap
berada di tangan rakyat, tetapi dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih
oleh rakyat sendiri. Dan juga yang terpenting dalam pelaksanaan demokrasi
ialah adanya partisipasi rakyat/masyarakat pada negara tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Bestari, N. (2022, Desember 7). Peranan Rakyat Dalam Pelaksanaan Demokrasi. Diambil kembali dari
Detik News: https://bobo.grid.id/read/083604346/5-contoh-peranan-rakyat-dalam-
pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia

Vanya, N. (2021, February 11). Asas Asas Pokok Sistem Demokrasi. Diambil kembali dari Kompasiana:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/11/125138669/asas-pokok-demokrasi

Slamet, Y, Konsep-Konsep Dasar Partisipasi Sosial. (Yogyakarta: PAU-SS UGM,2002) hal 34-35

Utami, S. N. (2022, Oktober 7). Demokrasi : Pengertian, Ciri-Ciri dan Tujuan. Diambil kembali dari
Kompas: https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/07/113000869/demokrasi--
pengertian-ciri-ciri-tujuan-dan-contoh-sikapnya
Lampiran 2022
PERKEMBANGAN ILMU PEMERINTAHAN DAN PARTISISPASI
MASYARAKAT DALAM PERENCENAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Milda Andini

Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

E-mail: mildaandinii@gmail.com

ABSTRACT

The application of the concept of good governance is an absolute necessity for


the people, in order to create a political system of government that favors the
interests of the people in accordance with the principles of democracy in
general. In connection with the development of the development of facilities
and infrastructure for the public interest which is increasing, which requires
land as the main subject, it has caused problems or conflicts due to public
interest and individual interests. Conditions like this require a wise and fair
regulatory effort. This concerns the taking of community-owned land to be used
for government development implementation activities. The regulation and
management of land in the field of land acquisition for development in the
public interest must be implemented using humanitarian, democratic and fair
principles. Keywords: democracy, government development, fair principles.

ABSTRAK

Penerapan konsep pemerintahan yang baik merupakan kebutuhan mutlak bagi


rakyat, demi terciptanya suatu sistem politik pemerintahan yang berpihak
kepada kepentingan rakyat sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi secara
umum. Berkaitan dengan perkembangan pembangunan sarana dan prasarana
untuk kepentingan umum yang semakin meningkat, dimana memerlukan tanah
sebagai subyek utamanya telah menimbulkan persoalan atau konflik karena
kepentingan umum dengan kepentingan perorangan. Kondisi seperti ini
diperlukan adanya upaya pengaturan yang bijaksana dan adil. Hal ini
menyangkut tentang pengambilan tanah milik masyarakat yang akan digunakan
untuk kegiatan pelaksanaan pembangunan pemerintahan. Pengaturan dan
pengelolaan pertanahan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum, harus dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip
kemanusiaan, demokratis dan adil. Kata Kunci: Demokrasi, Pembangunan
Pemerintahan, Adil

1) PENDAHULUAN Pada hakikatnya pemerintahan merupakan gambaran


tentang bagaimana pada permulaan pemerintahan setelah terbentuk dan
bagaimana pemerintahan itu telah berkembang melalui perkembangan dari 3
tipe masyarakat yaitu masyarakat setara, masyarakat bertingkat dan masyarakat
berlapis. Perkembangan pemerintahan itu juga ditentukan oleh perkembangan
masyarakatnya yang disebabkan oleh faktor-faktor lain yang melandasinya
seperti pertambahan dan tekanan penduduk, ancaman atau perang dan
penjarahan yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok
masyarakat yang lain dan telah menjadi faktor- faktor yang memacu
perkembangan pemerintahan yaitu penguasaan oleh suatu pemerintah atau
negara.(Latif et al., 2019) Sejarah menunjukkan bahwa manusia telah diperintah
oleh tak terbilang sistem pemerintahan. Ada sistem pemerintahan bangsa-
bangsa Inka dan Aztek, sistem kerajaan Mesir dan Babilonia purba, kerajaan-
kerajaan Persia beragam, negara kota bangsa Romawi dan Yunani, kerajaan
Bizantium, negara-negara Hindu Kuno dan kerajaan Moghul, kalifah Arabia
dan negara muslim. Ada sistem pemerintahan Eropa sejak keruntuhan sistem
feodal sampai kepada abad absolutisme dan kemudian sistem-sistem
pemerintahan kolonial.(Dawabsheh et al., 2020) Pemikiran tentang bentuk-
bentuk pemerintahan dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles. Berikut
pemikiran Plato dan Aristoteles: Filsof Plato dan muridnya Aristoteles
mengembangkan pemikiran mereka tentang pemerintahan negara dan beragam
bentuk negara. Plato dari Athena (428-347 sebelum Masehi) menyatakan bahwa
pemerintahan mesti dilaksanakan berdasarkan prinsip- prinsip akal sehat dan
budi pekerti yang baik. Penguasa mesti memiliki pengetahuan ilmiah mengenai
problematik yang akan dimintai keputusannya. Plato juga berpendapat bahwa
yang menjadi raja atau kepala pemerintahan adalah seorang filosof karena
filosof itu memiliki akal budi yang baik serta bijaksana. Plato merancang negara
ideal, di mana keadilan harus diwujudkan. Plato memandang kehidupan
bermasyarakat sebagai suatu sistem pembagian yang saling mengisi. Manusia
memiliki lebih banyak kebutuhan dibanding dengan yang dapat dipenuhi
sendiri. Dengan hidup bermasyarakat, manusia dapat meniadakan kekurangan,
spesialisasi dan pembagian kerja memudahkan pemenuhan kebutuhan umum
(the right man on the right place). Pemerintah perlu mengorganisasikan suatu
sistem yang saling menjadi dan mengusahakan agar pemberian pelayanan tadi
sedapat mungkin berlangsung luwes dan efisien. (Mustanir, Dema, et al., 2018)
Aristoteles (384-322 sebelum Masehi) menganut atau mengacu pada prinsip
etika pemerintahan dan politik sebagaimana yang telah ditulis oleh Plato.
Namun mengenai pembagian bentuk-bentuk pemerintahan oleh Plato,
Aristoteles mengatakan bahwa pembagian tadi tidak mengacu pada
perbandingan. Dalam Monarki tidak terlalu penting pemerintahan oleh satu
orang, karena tentunya seorang dari yang kaya; Juga dalam demokrasi tidak
mesti pemerintahan dari banyak orang, melainkan pemerintahan dari
orangorang yang miskin. Bagi Aristoteles pemerintahan demokrasi itu buruk
karena kenyataannya bahwa kebanyakan rakyat tidak berpendidikan dan
berpengetahuan baik atau pemerintahan dari orang-orang yang miskin sehingga
bentuk pemerintahan itu adalah pemerintahan yang dapat disebut sebagai
mobokrasi atau pemerintahan dari suatu gerombolan pengacau. Aristoteles
menemukan bahwa di dalam pemerintahan dari semua zaman berkutat pada dua
hasrat kekuasaan, yang satu didasarkan kekuasaan, dan yang lainnya atas dasar
kesejahteraan orang banyak. Karena itu ditemukan suatu imbangan yang adil
antara dua kepentingan tadi. Dalam hal ini perlu diadakan pemisahan antara
bentuk pemerintahan itu sendiri dan kinerjanya yang nyata. Aristoteles
menganjurkan suatu demokrasi madya, yang secara sosial didasarkan pada
lapisan menengah yang luas, termasuk mereka yang masih miskin dan mereka
sudah kaya. Suatu kelas menengah seperti itu akan memberi watak kerakyatan
kepada negara. Dan suatu keseimbangan antara kekuatan kualitas dan kuantitas.
Kuantitas diperlukan agar pemerintahan dapat berakar di kalangan rakyat.
Kualitas memainkan peran di dalam penataan pemerintahan. Selain kedua faktor
tadi, harus pula dikombinasikan dengan masalah kesetiaan dan penggantian
pemerintahan yang sesuai aturan.(Djopari. Ratnia Solihah, n.d.) Sistem
perencanaan pembangunan Nasional Indonesia yang meliputi pendekataan top
down dan Bottom up, diatas kertas nampaknya akan menjamin adanya
keseimbangan antara prioritas Nasional dengan aspirasi lokal dalam
perencanaan pembangunan daerah. Namun, kenyataaannya banyak daerah
belum sepenuhnya mengakomodasi aspirasi lokal, karena sebagian besar
proposal yang diajukan berdasarkan aspirasi lokal telah tersingkir dalam rapat
koordinasi yang menempatkan proposal yang diajukan tingkatan pemerintahan
yang lebih tinggi tanpa memperhatikan proposal yang diajukan oleh tingkat
pemerintahan yang lebih rendah. Akibatnya, proposal akhir yang masuk ke
pusat biasanya di dominasi oleh program yang diajukan oleh level pemerintahan
yang lebih tinggi khususnya pemerintah provinsi dan pusat (Kuncoro, 2004:58).
Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), mendefinisikan perencanaan sebagai suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dengan di
implementasikannya Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) diharapkan semua program
pembangunan daerah akan terintegrasi dengan perencanaan program
pembangunan Nasional. Untuk hal tersebut, unsur pemerintahan dan masyarakat
memiliki peran yang strategis dalam melakukan terobosanterobosan yang
mengarah pada perbaikan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
(Mustanir, Yasin, et al., 2018) Pembangunan harus mencerminkan perubahan
total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa
mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individu maupun
kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya. Selain itu pembangunan
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Dalam
penyelenggaraan pembangunan tahapan yang paling awal dan merupakan
tahapan yang paling vital adalah tahapan perencanaan. Perencanaan merupakan
suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh suatu negara.(Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A.
A., Wirfandi, 2019) Dalam perencanaan pembangunan pemerintah perlu
melibatkan segenap kemampuan dan kemauan yang dimiliki oleh masyarakat
dalam melaksanakan pembangunan (partisipatif). Oleh karena itu pemerintah
dalam menjalankan proses-proses pemerintahan dalam membangun masyarakat
harus menekankan perlunya partisipasi masyarakat dengan beragam
kepentingan ataupun latar belakang yang berbeda.(Irwan et al., 2019) Untuk
mencapai keberhasilan pembangunan tersebut maka banyak aspek yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan.
Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu dari komponen tata
pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi.
(Samad et al., 2019) Partispasi masyarakat merupakan suatu proses yang dapat
mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang
dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran kritis). Sumardi (2010:46),
mengemukakan bahwa partisipasi adalah peran serta seseorang atau kelompok
masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun
dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu,
keahlian, modal, dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-
hasil pembangunan.(Sulaeman et al., 2019) Musrenbang dilaksanakan baik pada
tingkat desa/kelurahan, kecamatan, maupun tingkat kabupaten. Walaupun
selama ini hasil dari forum tersebut di beberapa daerah tidak bisa
dimplementasikan dan formalitas saja. Pendekatan partisipatif dalam
perencanaan melalui mekanisme musrenbang masih cenderung menjadi
retorika. Perencanaan pembangunan didominasi oleh kebijakan kepala daerah,
hasil reses DPRD dan program SKPD. Kondisi ini berakibat timbulnya
akumulasi kekecewaan di tingkat kelurahan dan kecamatan yang sudah
memenuhi kewajiban membuat rencana tapi realisasi sangat minim.(Marbyanto,
n.d.-a)

2) TINJAUAN PUSTAKA

1. Perkembangan Ilmu Pemerintahan Pada tahun 1948 Kementerian Dalam


Negeri membuka Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Pangreh Praja yang
kemudian berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pegawai Pemerintahan
Administrasi Atas (SMPAA) di Jakarta dan Makassar. Pada tahun 1952,
Kementerian Dalam Negeri membuka Kursus Dinas Cadangan (KDC) di
Malang Jawa Timur dengan tujuan untuk mendidik pegawai golongan DD
untuk ditempatkan pada struktur pemerintahan dan siap pakai. KDC pada tahun
1954 dibuka di Jakarta, Medan, Bukit Tinggi, Makassar, Palangka Raya,
Pontianak dan Mataram. Pada tahun 1956, Kementerian Dalam Negeri
menetapkan keputusan bersama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan membuka Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) program
Diploma D-III Ilmu Pemerintahan dan lulusannya menyandang gelar Bachelor
of Art (BA) dan bertugas pada pemerintahan daerah provinsi dan
kabupaten/kota.(Mustanir et al., 2019) Pada tahun 1967, dibentuknya Institut
Ilmu Pemerintahan (IIP) dengan Program Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan,
sebagai lembaga kelanjutan dari APDN. Perbedaan mendasar Ilmu
Pemerintahan yang dikembangkan di IIP dan UGM adalah bahwa Ilmu Politik
sebagai bagian dari cabang studi Ilmu Pemerintahan. Pada tahun 1974
dibentuknya Jurusan Ilmu Pemerintahan (S1) di Universitas Padjadjaran
(UNPAD) Bandung. Ilmu Pemerintahan yang dipelajari dan dikembangkan di
UNPAD sebagai cabang dari ilmu-ilmu sosial khususnya cabang dari studi Ilmu
Administrasi.(Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar,
Kamaruddin Sellang, Muhammad Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, 2021)
Pada tahun 1992, Kementerian Dalam Negeri meningkatkan status Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang semula hanya Program Diploma III
Pemerintahan menjadi Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN)
dengan Program Studi Diploma IV Pemerintahan. Pada dekade tahun 2000-an
telah banyak dibuka Program Studi Ilmu Pemerintahan untuk jenjang
pendidikan D3, S1, dan S2, di berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.
Pada awal tahun 2013, Kementerian Dalam Negeri dengan persetujuan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka Program Doktor (S3) Ilmu
Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Kemdagri yang
membekali Ilmu Pemerintahan bagi para birokrat agar terbentuk Birokrat yang
llmuwan dan llmuwan yang Birokrat.(Mustanir, n.d.)

2. KONSEP PARTISIPASI dan PARTISIPASI MASYARAKAT


Partisipasi anggota masyarakat merupakan keterlibatan anggota masyarakat
dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
(implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam
masyarakat.(Adisasmita, n.d.) Sedangkan Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan diartikan ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut
dalam kegiatan pembangunan dan ikut serta pemanfaatan dan menikmati hasil
pembangunan.(Slamet, n.d.) Partisipasi masyarakat menekankan pada
“partisipasi” langsung wargadalam pengambilan keputusan pada lembaga dan
proses kepemerintahan. Gaventa dan Valderma dalam Siti Irene Astuti D.
(2009: 34- 35) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah mengalihkan
konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk
keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan
keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga
masyarakat. Pengembangan konsep dan asumsi dasar untuk meluangkan
gagasan dan praktik tentang partisipasi masyarakat meliputi :

a. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada warga sebagaimana hak
politik lainnya. Hak itu tidak hilang ketika ia memberikan mandat pada orang
lain untuk duduk dalam lembaga pemerintahan. Sedangkan hak politik, sebagai
hak asasi, tetap melekat pada setiap individu yang bersangkutan.

b. Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan


publik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi kegagalan demokrasi
perwakilan. Demokrasi perwakilan masih menyisakan beberapa kelemahan
yang ditandai dengan keraguan sejauh mana orang yang dipilih dapat
merepresentasikan kehendak masyarakat.

c. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan publik


dapat mendorong partisipasi lebih bermakna.

d. Partisipasi dilakukan secara sistematik, bukan hal yang insidental

e. Berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen yang


mendorong tata pemerintahan yang baik (good governance)

f. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap


penyelenggaraan dan lembaga pemerintahan.

Demokratisasi dan desentralisasi di negara berkembang termasuk Indonesia


terjadi dalam situasi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan dan lembaga pemerintah. Dengan melibatkan warga dalam
proses pengambilan keputusan maka diharapkan kepercayaan publik terhadap
pemerintah dapat terus ditingkatkan, dan meningkatnya kepercayaan warga
dipercaya sebagai indikator penting bagi menguatnya dukungan dan keabsahan
pemerintah yang berkuasa. (Pidarta, 2009) Partisipasi masyarakat merupakan
hak dan kewajiban seorang warganegara untuk memberikan kontribusinya
kepada pencapaian tujuan kelompok.Sehingga mereka diberi kesempatan untuk
ikut serta dalam pembangunan denganmenyumbangkan inisiatif dan
kreatifitasnya. Sumbangan inisiatif dan kreatifitas dapat disampaikan dalam
rapatkelompok masyarakat atau pertemuanpertemuan, baik yang bersifat
formalmaupun informal. Dalam rapat kelompok atau pertemuan itu, akan
salingmemberi informasi antara pemerintah dengan masyarakat. Jadi dalam
partisipasiterdapat komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dan antara
sesama anggota masyarakat.(Ii & Literatur, 2014) Partisipasi masayarakat
merupakan suatu hak yang dimiliki masyarakat untuk ikut andil dalam
pengambilan keputusan di dalam tahapan proses pembangunan, mulai dari awal
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun spelestarian lingkungan. Disini
masyarakat tidak hanya sebagai penerima fasilitas maupun manfaat tetapi
sebagai subjek pembangunan yang berkesinambungan ( Dewi, Fandeli, &
Baiquni, 2013).(Wiwin, 2019) Partisipasi Masyarakat merupakan peran serta
atau keikutsertaan dan keterlibatan seseorang secara perseorangan atau
berkelompok dalam suatu kegiatan. Conyer (1984) menjelaskan bahwa
pendekatan dalam partisipasi masyarakat adalah adanya keterlibatan langsung
masyarakat dalam proses pembangunan.(Ramly, 2019) Partisipasi masyarakat
mengacu kepada adanya keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam suatu
kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan,kritik membangun, dukungan dan
pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem pemerintahan yang kebijakannya
bersifat top-down, partisipasi masyarakat dalam kebijakan kebijakan yang di
buat dan diimplementasikan tidak begitu dipermasalahkan, namun pada sistem
pemerintahan yang bottom-up, tingginya partisipasi masyarakat dapat dijadikan
tolak ukur keberhasilan kebijakan tersebut.(Zakia, 2019) Sehingga disimpulkan
partisipasi masyarakat merupakan “proses ketika warga, sebagai individu
maupun kelompok sosial dan warga, mengambil peran serta, ikut
mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka”. Partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat tersebut dalam proses
mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam
proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.(2007., n.d.) Konsep partisipasi,
dalam perkembangannya, memiliki pengertian yang beragam walaupun dalam
beberapa hal memiliki persamaan. Dalam konsep pembangunan, pendekatan
partisipasi paling tidak memiliki tiga makna. Pertama, partisipasi dimaknai
sebagai kontribusi masyarakat untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pembangunan dalam mempromosikan proses demokratisasi dan pemberdayaan.
Kedua, pendekatan ini dikenal sebagai partisipasi dalam dikotomi instrumen
dan tujuan. Konsep ketiga, partisipasi dimaknai sebagai sebuah situasi dimana
pejabat lokal, tokoh masyarakat, LSM, birokrasi dan aktor-aktor lain yang
terlibat langsung dengan program partisipatif, melakukan praktik yang jauh dari
prinsip partisipasi. (Uceng, Ali, et al., 2019) Partisipasi sepadan dengan arti
peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling
memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan oleh
sejumlah anggota masyarakat. Penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya
pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara
orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya.

Dalam menggalang peran serta semua pihak itu diperlukan

(1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis dan


(2) terbinanya kebersamaan. Selanjutnya dinyatakan bahwa, partisipasi
masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam
pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta
memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.(Mustanir & Abadi,
2017)

3. LINGKUP PARTISIPASI MASYARAKAT dalam PEMBANGUNAN

Lingkup partisipasi dengan bertolak pada urutan proses perencanaan


pembangunan, maka secara rinci jenis partisipasi dalam pembangunan sebagai
berikut(Mardikanto, n.d.) :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan

Hal tidak berbeda jauh dengan apa yang dikemukakan oleh


Tjokroamidjojo yang melihat partisipasi dalam tiga bentuk, yakni

: 1) Partisipasi masyarakat dalam proses penentuan arah strategi dan


kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan bersama pemerintah.

2) Partisipasi masyarakat dalam memikul beban dan tanggungjawab


dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

3) Partisipasi masyarakat dalam proses penentuan arah strategi dan


kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan bersama pemerintah.

4) Partisipasi pada keterlibatan dalam memetik hasil dan dapat


pembangunan secara berkeadilan(Tjokroamidjojo, n.d.)

4. PENGERTIAN MASYARAKAT Masyarakat mengandung


pengertian suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang sangat luas
sifatnya. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa
identitas bersama.(Tjokroamidjojo., n.d.) Masyarakat adalah golongan besar
atau kecil yang terdiri dari beberapamanusia yang dengan sendirinya bertalian
secara golongan dan mempengaruhi satu sama lain. Saling mempengaruhi
artinya pengaruh dan pertalian kebathinan yang terjadi dengan sendirinya yang
menjadi unsur yang harus ada bagi masyarakat. Masyarakat bukan berarti
penjumlahan orangorang saja, tetapi diantara mereka harus ada pertalian satu
sama lainnya yang merupakan kesatuan yang selalu berubah yang hidup karena
proses dan menyebabkan perubahan dapat terjadi dalam kehidupan manusia.
(2000, n.d.) Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan
sama, menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas,
kepentingankepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu
tempat yang sama.(Suharto, n.d.) Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan
dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan
pengolahan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia.(Soekanto,
n.d.)

5. KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN Perencanaan


pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumbersumber
pembangunan yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan- tujuan keadaan
sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan efisien
(Listyianingsih,2014:92).(Elviza, 2018) Tjokroamidjojo (1984), mengartikan
perencanaan pembangunan adalah sebagai suatu pengarahan penggunaan
sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang
terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu berdasarkan keadaan
sosial ekonomi yang lebih baik secara efektif dan efisien. Pada dasarnya
perencanaan pembangunan adalah pengambilan alternatif yang dianggap
alternatif terbaik dengan sumber daya yang tersedia secara tepat(Mustanir,
Ahmad; Barisan, n.d.) Evaluasi Pelaksanaan rencana adalah bagian dari
kegiatan perencanaan pembangunan secara sistematis mengumpulkan dan
menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan
kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan
sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan.(Pratama
et al., 2018) Musrenbang adalah forum-forum multi-pihak terbuka yang secara
bersama mengidentifikasi dan menentukan prioritas kebijakan pembangunan
masyarakat. Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) kelurahan
adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholders)
kelurahan untuk menyepakati rencana kerja kelurahan tahun anggaran
berikutnya(2008., n.d.). Musrenbang yang menurut Sumpeno dalam merupakan
Perencanaan Pembangunan Bersama Masyarakat adalah merupakan panduan
atau model pembangunan kelurahan yang menitikberatkan pada peran serta
masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan.(Sumpeno, n.d.)
Pendekatan ini dilandasi oleh nilai-nilai dan semangat gotong-royong yang telah
mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia. Gotong-royong bertumpu pada
keyakinan bahwa setiap warga masyarakat memiliki hak untuk memutuskan dan
merencanakan apa yang terbaik bagi diri dan lingkungan serta cara terbaik
dalam upaya mewujudkannya.(Mustanir, 2018) Secara garis besar musrenbang
mengandung pengertian sebagai berikut:

A. Perencanaan sebagai serangkaian kegiatan analisis mulai dari indentifikasi


kebutuhan masyarakat hingga penetapan program pembangunan.
B. Perencanaan pembangunan lingkungan, semua program

C. peningkatan kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan perdamaian


masyarakat di lingkungan pemukiman dari tingkat RT/RW, dusun dan
kelurahan.

D. Perencanaan pembangunan bertumpu pada masalah, kebutuhan, aspirasi dan


sumber daya masyarakat setempat.

E. Wujud nyata peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan.


Musrenbang dilaksanakan baik pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan,
maupun tingkat kabupaten.

Walaupun selama ini hasil dari forum tersebut di beberapa daerah tidak bisa
dimplementasikan dan formalitas saja. Pendekatan partisipatif dalam
perencanaan melalui mekanisme musrenbang masih cenderung menjadi
retorika. Perencanaan pembangunan didominasi oleh kebijakan kepala daerah,
hasil reses DPRD dan program SKPD. Kondisi ini berakibat timbulnya
akumulasi kekecewaan di tingkat kelurahan dan kecamatan yang sudah
memenuhi kewajiban membuat rencana tapirealisasi sangat minim.(Marbyanto,
n.d.-b) Musrenbang berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi dan
harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan pemangku kepentingan non
pemerintah, sekaligus mencapai consensus bersama mengenai prioritas kegiatan
pembangunan anggaran.(Mustanir et al., 2020) Musrenbang adalah forum
multi-pihak terbuka yang secara bersama mengindentifikasi dan menentukan
prioritas kebijakan pembangunan masyarakat. Kegiatan ini berfungsi sebagai
proses negosiasi, rekonsiliasi, dan harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan
pemangku kepentingan non pemerintah, sekaligus mencapai konsensus bersama
mengenai prioritas kegiatan pembangunan berikut anggarannya.(Azhar, 2015)
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT
Menurut Plumer (Yulianti, 2012) beberapa faktor yang mempengaruhi
masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah :

a. Pengetahuan dan keahlian Dasar pengetahuan yang dimiliki akan


mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini membuat
masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari
partisipasi yang ada.

b. Pekerjaan masyarakat Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan


dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya
untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Seringkali alasan yang
mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen
terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi.

c. Tingkat pendidikan dan buta huruf Faktor ini sangat berpengaruh bagi
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk
memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada

d. Jenis kelamin Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih


menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuan
masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan
akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu pokok
permasalahan.

e. Kepercayaan terhadap budaya tertentu Masyarakat dengan tingkat


heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan
menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang
digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan
konsepkonsep yang ada.(Uceng, Erfina, et al., 2019)

G. FAKTOR-FAKTOR Yang MEMPENGARUHI PARTISIPASI


MASYARAKAT dalam MUSRENBAG Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam musrenbang antara lain adalah (Slamet, n.d.)

: 1) Faktor lingkungan fisik, mencakup; kesuburan tanah, jenis tanah, iklim,


topografi dan orbitasi daerah.

2) Faktor sosial ekonomi, mencakup; jenis pekerjaan, tingkat pendapatan,


tingkat pendidikan, status pemilikan rumah / lahan, jumlah tanggungan
keluarga, jumlah tenaga kerja keluarga dan tingkat kesehatan.

3) Faktor sosial budaya, mencakup; norma, nilai kepercayaan, pengetahuan,


sikap, status pernikahan, usia, jenis kelamin, dan simbol-simbol.

4) Faktor policy pemerintah, mencakup; sifat-sifat koordinasi kepemimpinan


lembaga sosial, pendekatan untuk memonitor masyarakat dan tingkat kebebasan
untuk menyatukan pendapat dan keinginan.

Bukan sesuatu hal yang mudah untuk menerapkan kata partisipasi terutama
pada suatu lingkungan masyarakat tertentu dikarenakan faktor-faktor
tersebut.srenbang

3. METODE

Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan


indikator yang paling berpengaruh dalam partisipasi masyarakat adalah
partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan dan hasil terendah adalah
indikator partisipasi dalam pemanfaatan hasil. Adapun indikator yang
paling berpengaruh dalam perencanaan pembangunan yaitu
mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan sebesar dan hasil terendah adalah mendukung koordinasi
antar pelaku pembangunan sebesar. Dengan demikian sesuai dengan
tujuan penelitian partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
dan faktor yang paling berpengaruh dalam perencanaan pembangunan
tersebut pendekatan partisipatif yang paling dominan dalam perencanaan
pembangunan adalah saat masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan
kegiatan

Anda mungkin juga menyukai