PENDAHULUAN
penjajah asing selama berpuluh bahkan beratus tahun. Jika dianalisis secara
bersumber pada rendahnya tingkat pendidikan bangsa Indonesia pada masa itu.
ketika ia meninggal perjuangan pun terputus karena tidak ada kader yang
Rasa kebangsaan atau nasionalisme sampai akhir abad ke-19 masih belum tumbuh.
pendidikan modern pada pertengahan abad ke-19, sedikit demi sedikit, terbuka
wawasan berfikir bangsa Indonesia. Dari kalangan rakyat Indonesia terdidik yang
1
jumlahnya masih terbatas itu rasa kebangsaan atau nasionalisme
kesadaran akan rasa persatuan, rasa kebangsaan, dan rasa kecintaan pada tanah
air. Kalangan terdidiklah yang mampu merintis rasa kebangsaan atau nasionalisme
ini pada masa Kebangkitan Nasional 1908. Di awal abad ke-20, dapat dikatakan
menegaskan rasa nasionalisme itu pada Sumpah Pemuda 1928, serta semakin
yang saat itu merupakan kesepakatan politik yang luhur dari berbagai
memasuki seratus tahun Kebangkitan Nasional dan enam puluh delapan tahun
meningkatkan rasa kebangsaan atau nasionalisme? Dan strategi apakah yang tepat
kebangkitan nasional saat ini, kita masih menghadapi berbagai tantangan yang
2
berkaitan dengan upaya implementasi nilai-nilai dasar Pancasila dan
menjadi simbol saja, tanpa terimplementasi secara nyata baik pada tataran
ini mendapat pengaruh yang sangat kuat dari nilai-nilai budaya luar, sehingga
mulai banyak sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
mengalami erosi pada saat ini, terutama di kalangan generasi muda (Triantoro,
penting nasionalisme
dihadapi bangsa saat ini yaitu : (1) disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
Grundnorm yang menjadi rujukan berdirinya negara bangsa yang tunggal dan
sumber dari berbagai tata aturan. Anomie terjadi karena Pancasila yang sejak
3
kemerdekaan menjadi norma dasar, ikut terpuruk bersama jatuhnya rezim Orde
Baru”
lima mentalitas negatif bangsa Indonesia: (1) meremehkan mutu; (2) cenderung
mencari jalan pintas (menerabas) (misalnya. : main belakang, orang dalam, semua
bisa diatur, satu meja satu amplop, urusan diselesaikan dengan damai,pen.); (3) tidak
percaya diri; (4) tidak berdisiplin (misalnya.: jam karet, vonis dapat ditentukan di
tawuran, sidang pleno di DPR tak pernah lengkap,pen.); dan (5) mengabaikan
bahwa ciri negatif manusia Indonesia: (1) hipokritis alias munafik; (2) segan dan
enggan bertanggung jawab; (3) berjiwa feodal; (4) masih percaya takhyul; (5) artistik;
yang memiliki komitmen kuat untuk mewujudkan keadilan sosial yang secara
4
tegas ditentukan pasal 33 UUD 1945, justru tidak dijalankan. Ini menunjukkan
Bahkan, mungkin yang lebih buruk lagi dari kekuatiran Sukarno, “menjadi bangsa
ini berdampak pada berkembangnya sikap dan perilaku politik transaksional dan
kartel. Sikap dan perilaku politik yang demikian, politik dijadikan komoditas untuk
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati,
olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
5
Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-
nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal
Ika, dan komitmen terhadap NKRI.7 Pendidikan karakter rakyat menurut Bung
Hatta, adalah: mandiri, tahu hak dan kewajiban, mau mengambil tanggung jawab.
pendidikan anti korupsi. Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, mata pelajaran
PKn dan Agama memiliki posisi sebagai ujung tombak dalam pendidikan karakter.
terintegrasi, ini merupakan tantangan untuk menunjukan bahwa PKn sebagai ujung
fungsi, tuntutan kualifikasi dan keunikan PKn.. PKn (Civic Education) adalah
pembelajaran yang mengugah rasa ingin tahu dan kepercayaan (trust) terhadap
6
sebagaimana mengatur partisipasi politik. PKn “merupakan mata pelajaran
yang baik (good citizen) yang tentu saja berbeda menurut konteks negara yang
bersangkutan, warga negara yang baik di Indonesia adalah warga negara yang
Masyarakat Sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spirituil maupun materiil
seutuhnya yaitu yang sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD NRI 1945.
bertujuan terbentuknya warga negara yang cerdas, berkarakter dan trampil sesuai
7
yang diamanatkan Pancasila dan UUD NRI 1945 (Permendiknas No 22 tahun
2006).
atas, maka proses sosialisasi nilai kebangsaan melalui pelajaran PKn di SMA
memberikan pengalaman dan wawasan yang sangat luas dan sangat berharga
nasionalisme.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
8
Penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu khasana kajian
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu
usaha untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam tentang praktik sosialisasi nilai-
nilai kebangsaan kepada generasi muda sehingga pola pemebelajaran para siswa
didasarkan pada pendidikan karakter berbangsa yang cerdas, rasional dan tidak
generasi muda dapat dialakukan dan demokrasi akan berkembang sesuai dengan
9
10