Anda di halaman 1dari 7

PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

Perspektif Nasionalisme Dan Patriotisme


Disampaikan dalam Ceramah di Kursus Singkat Manajemen Pertahanan Negara,
Pada Selasa, 10 Maret 2020, Pkl.07.30-10.00 WIB, di Pusdiklat Manajemen Pertahanan
Badiklat Kemhan, Jl.Jati No.1 Pondok Labu, Jaksel.

PENDAHULUAN.
Fenomena Disrupsi, Era Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0
• Arus globalisasi dan era disrupsi inovasi tengah berlangsung saat ini. Banyak
orang menjadi khatwatir, bahwa generasi penerus bangsa menjadi terkaget
dengan dampak yang dihasilkan terutama dengan berbagai paradoks yang
menyertainya. Faktor utama dalam realitas ekonomi‐politik , ekonomi, dan
teknologi serta softpower semunya luput dari antisipasi.
• Pada realita politik global saat ini misalnya, polarisasi kekuatan dalam
konseltasi uni‐multi polar yang ada semakin, memperumit kompleksitas aktor
aktor pemain di dalamnya berupa aktor negara dan aktor non negara,
berhadapan langsung maupun tidak langsung untuk memperebutkan
pengaruh. Fenomena terorisme global (Al Qaeda) dan negara dunia (ISIS)
adalah bukti nyata tereduksinya kemampuan negara manapun dalam hal
nasionalisme, yang selama ini menjadi monopoli dan milik ekslusif negara.
Dalam bentuk ekonomi dan teknologi gagapnya orang dalam mengadopsi e‐
commerce dan techfin ternyata berhasil menggurangi hegemoni pasar
tradisional yang telah mapan sebelumnya.
• Pada akhirnya konteks nasionalisme yang muncul adalah kesenjangan akan
kelompok terbuka lebar yang utamanya bersumber pada kelompok “tahu”
dan mereka yang “tidak tahu”. Kelompok “tahu” akan masuk ke dalam kelas
sosial masyarakat berpunya. Sementara masyarakat tidak tahu akan
termajinalkan dengan sendirinya. Kondisi ini akan menafik rasa nasionalisme
yang prinsipnya berdasarkan “perasaan senasib dan sepenanggungan”.
Dimana kita berhasil meraih kemerdekaan kita dan bersatu padu tanpa
melihat suku, rasa dan golongan dengan adanya prinsip tersebut.

INDONESIA 2045
• Indonesia 2045 telah menjadi pembicaran dan diskusi dari berbagai kalangan.
Mulai dari koferensi yang melibatkan pemuda dari 34 dan organisasi Diaspora
yang merancang visi Indonsia 2045.1) Focus Grup Discussion yang menyusun
1
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/12/19100461/seperti-ini-visi-indonesia-2045-yang-
digagas-generasi-muda?page=all diakses pada 01 Maret 2020
2

Indonesia 2045, sampai dengan studi Bappenas tentang Indonesia 2045,


semua memberikan visi, ramalan, visualisasi kondisi Indonesia di tahun
tersebut. konferensi pemuda dan diaspora pada Agustus 2018 memberikan
visi yang merupakan harapan generasi muda bahwa tahun 2045, Indonesia
akan menjadi negara demokrasi berkualitas, memiliki supremasi hukum yang
berkeadilan, medorong emansipasi pendidikan, memberikan akses layanan
kesehatan yang mudah dan berkualitas, menjadi bangsa dengan jiwa
kewiraushaaan, menjadi negara dengan kekuatan maritim yang kuat, dan
mampu mengentaskan kemiskinan sampai tingkat paling rendah.
• Pada tahun tersebut, Indonesia akan dipenuhi oleh generasi Z yang terdiri
dari orang yang lahir dalam era Revolusi Industri 3.0 dan 4.0 membuat
mereka memiliki tingkat literasi teknologi yang sangat tinggi karena sejak
kecil telah akrab dengan gadget dan media sosial.2) Interaksi mereka jauh
lebih lebih luas dibandingkan dengan generasi sebelumnya sehingga mereka
mampu membangun jaringan yang luas dan lebar. Generasi ini akan memiliki
pandangan bahwa mempertahankan NKRI lebih berdasarkan pada prinsip
integrasi fungsional dibandingkan dengan integrasi historis. Ini merupakan
satu jendela risiko yang dapat diketahui dan harus diantisipasi, karena dari
sudut pandang integrasi fungsional apabila suatu bagian tidak memberikan
keuntungan, maka dapat melepaskan diri atau berpisah.

PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA


• Billy Graham mengatakan : ” When wealth is lost, nothing is lost; when health
is lost, something is lost; when character is lost, everything is lost ” ( M.Nasih,
Harian Umum Pelita, 2007). Dari pendapat Billy Graham ini, dapat dicermati
betapa pentingnya keberadaan karakter. Adanya karakter menunjukkan
eksistensi suatu bangsa.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action).3) Membangun karakter bangsa adalah membangun pandangan
hidup, tujuan hidup, falsafah hidup, rahasia hidup serta pegangan hidup
suatu bangsa (sebagai penegasan jati diri bangsa dan upaya menanamkan
wawasan kebangsaan yang luas dan bermakna bagi kehidupan dirinya juga
bangsanya).
• Tujuan dari pembangunan karakter bangsa adalah Mengembangkan karakter
bangsa agar mampu mewujudkan nilai‐nilai luhur Pancasila. Yang berfungsi
2
Boender, Rene C.W, dan Jos Ahlers. Generation X and The Forth (Industrial) Revolution. E-
book,206. ISBN:97894615. Hlm 21
3
Thomas Lickona, Educating for Character, New York: Bantam Books, 1991
3

untuk mengembangkan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik dan
berperilaku baik”. Selain itu fungsi pembangunan karakter sebagai perbaikan
perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik pada
sebuah bangsa. Yang pada akhirnya pembangunan karakter akan berguna
sebagai penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai‐nilai luhur
Pancasila. Pembangunan karakter pun dilaksanakan disetiap lini kehidupan
berbangsa yaitu Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat
politik; pemerintah; dunia usaha; media massa.
• Pembangunan karakter bangsa tentunya bukan hanya hanya sebagai tujuan
untuk mencapai bangsa yang mandiri dan maju, melainkan juga bangsa yang
adil dan makmur. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi
seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti
penting bagi bangsa‐bangsa lain di dunia. Dalam mencapai bangsa yang
makmur tersebut tentunya ada sebuah kriteria yang perlu dicapai dalam
pembangunan karakter bangsa yaitu: Mewujudkan masyarakat berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan
yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan
antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan
modal sosial, menerapkan nilai‐nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan
spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

PERMASALAHAN TERKAIT PEMBANGUNAN KARAKTER


• Disorientasi dan belum dihayatinya Pancasila merupakan permasalahan yang
menghambat terbentuk karakter bangsa yang diharapkan. Permasalahan
mencakup pemahaman Pancasila yang setengah‐setengah, kurangnya
kedalaman dalam memahami ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari‐hari
serta terpaparnya dengan ideologi ideologi lain menjadi permasalahan dalam
pembangunan karakter bangsa.
Etika kehidupan yang bergeser pun juga menjadi bentuk nyata yang terjadi.
Tentunya etika kehidupan antara sebelum kemerdekaan, saat kemerdekaan
hingga saat ini akan berbeda. Pandangan setiap generasi dalam memandang
sebuah bangsa dan negara akan berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini
juga diperparah dengan pudarnya kesadaran nilai budaya bangsa yang
semakin tergerus. Sehingga menyebabkan munculnya ancaman disintegrasi
bangsa yang disebabkan memudarnya kesadaran bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang bersifat majemuk.
4

• Melihat permasalahan tersebut tantangan kualitas SDM dan karakter yang


kuat sangat penting untuk menjadi modal dasar bagi pembangunan nasional
yang berkelanjutan. Tantangan bahwa generasi penerus yang tidak
melupakan asal muasal bangsa ini terbentuk, tidak merubuhkan pilar‐pilar
bangsa ini yang didirkan dari tumpukan tulang, darah dan air mata dari para
pendahulu bangsa. Tantangan kualitas SDM yang memiliki nilai‐nilai
nasionalisme dan bertindak patriotik untuk bangsa dan negara. Sumber daya
manusia yang memiliki keunggulan, berkarakter Pancasila akan menjadi
sumber bagi terwujudnya semua program pembanguanan nasional yang
direncanakan dan diperlukan untuk terwujudnya pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang tinggi, pembangunan yang merata, yang
dilaksanakan oleh SDM dan pemimpin nasional yang berkarakter Pancasila.
Selanjutnya membangun konsensus nasional (common platform) bersama
yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dengan mengesampingkan
perbedaan yang ada dan memperbesar persamaan yang ada sebagai cara
memperkuat karakter bangsa yang diharapkan. Setelah konsensus bersama
diperoleh meneguhkan dan mengaktualisasikan kembali nilai‐nilai karakter
bangsa yang diharapkan pun dapat dilakukan. Dan yang terakhir adalah
meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotism dalam mewujudkan secara
utuh karakter bangsa menuju pembangunan bangsa yang diharapkan.

NASIONALISME DAN PATRIOTISME SEBAGAI MODAL MEMBANGUN BANGSA


• Dalam dunia militer dikenal adagium yang sangat populer yaitu “Logistik tidak
akan memenangkan perang, tetapi tanpa logistik perang tidak dapat
dimenangkan”. Logistik adalah kebutuhan prajurit dan peralatan perangnya
sehingga pasukan memiliki moril yang tinggi serta tempo pertempuran yang
cepat. Logistik akan mendorong pasukan terus maju ke depan untuk
mencapai kemenangan. Tanpa logistik yang memadai maka pasukan akan
kehabisan tempo serangan karena kendaraan tempur tidak dapat bergerak
maju, amunisi terbatas, bahan bakar habis, dan akhirnya moril pasukan pun
rendah, itulah maksud adagium tersebut. dalam konteks pembangunan
nasional menuju kejayaan bangsa, maka nasionalisme punya makna kurang
lebih sama dengan logistik. Bila logistik adalah benda berwujud, maka
nasionalisme adalah benda tak berwujud. Nasionalisme tidak akan
membawa kejayaan bangsa, tapi tanpa nasionalisme kejayaan bangsa tidak
akan mungkin tercapai. Nasionalisme adalah spirit, semangat, perekat, dan
pembakar niat anak bangsa untuk berusaha, bekerja keras membangun
bangsanya. Dalam konteks perang besar, nasionalisme yang tinggi adalah
center of gravity atau pusat kekuatan non fisik yang mampu melipatgandakan
kekuatan fisik para penduduk suatu negara. Nasionalisme adalah entitas cair
5

yang tidak bisa dipagari oleh batas teritorial. Nasionalisme mengalir


kemanapaun sampai ke ujung bumi selama pribadi yang membawa
nasionalisme tidak terpengaruh faktor‐faktor eksternal. Rasa nasionalisme
yang kuat akan terus berada di sanubari para anak bangsa dimana pun
berada.
Nasionalisme tidak terlepas bagaimana prinsip‐prinsipnya yang harus
dipenuhi, prinsip seperti Unity, Liberty, Equality, Personality dan
Performance. Unity atau kesatuan merupakan sebuah syarat mutlak dalam
nasionalisme yang dinyatakan sebagai conditio sine qua non. Adanya rasa
yang menyatukan tidak memandang perbedaan golongan kelas, ekonomi,
sosial maupun politik. Selanjutnya adalah Liberty yaitu termasuk
kemerdekaan untuk mengemukakan pendapat.. Persamaan (equality), bagi
setiap warga untuk mengembangkan kemampuannya masing‐masing.
Kepribadian (personality) yang terbentuk oleh pengalaman budaya dan
sejarah bangsa dan Performance, dalam arti kualitas atau prestasi yang
dibanggakan kepada bangsa lain.
• Bila nasionalisme bangsa menjadi rapuh maka dengan sendirinya kan mudah
dikalahkan. Pusat kekuatan atau center of gravity adalah salah satu sasara
strategis yang pertama kali yang harus dihancurkan sehingga suatu bangsa
seakan kehilangan niat untuk berperang. Penghancuran pusat kekuatan
dalam hal ini nasionalisme suatu bangsa dapat dilaksanakan pada masa
damai, dengan cara memberikan pengaruh buru melalui budaya‐budaya
populer yang cenderung merusak moral bangsa. Tantangan kekinian
terhadap rasa nasionalisme ini semakin hebat dengan adanya globalisasi dan
revolusi industri yang membuat dunia semakin sempit. Globalisasi membuat
orang bebas bergerak dan berinteraksi dengan orang dari berbagai belahan
dunia. Produk industri asing menyerbu Indonesia dengan memanipulasi
image atau citra sehingga menimbulkan sikap pemujaan terhadap brand‐
brand asing tersebut. sehingga membuat produk asli Indonesia harus
mencitrakan diri seperti produk asing agar bisa di terima oleh masyarakat.
• Untuk menghadapi tantangan yang berat tersebut bangsa Indonesia harus
memiliki logistik batin berupa rasa nasionalisme yang mampu membakar
semangat juang bangsa demi mewujudkan cita cita nasional. Secara
konseptual rasa nasionalisme harus ditanamkan sejak dini, melalu pendidikan
informal keluarga, pendidikan formal sekolah, maupun pendidikan non
formal di lingkungan sekitar. Nasionalisme adalah modal dasar kita untuk
membangun bangsa menjadi bangsa besar. Pendidikan sarana pokok
membangun dan membina nasionalisme terutama untuk anak‐anak dan para
pemuda. Kebangaan akan identitas bangsa akan mempertajam jiwa‐jiwa
6

nasionalis para pemuda. Oleh karena itu penanaman rasa nasionalisme patut
menjadi bagian dari kurikulum pendidikan nasional untuk semua sekolah dan
perguruan tinggi. Oleh karena itu peran instansi pemerintah, swasta, LSM,
para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat, juga gerakan pemuda
memiliki peran penting untuk memelihara dan mengobarkan sikap dan rasa
nasionalisme. Tantangan dan hambatan‐hambatan harus kita olah menjadi
peluang dan optimisme mewujudkan paradigma masa depan Indonesia Emas
2045.
Pembangunan Karakter Bangsa pun dilakukan untuk menghadapi masa depan
Indonesia Emas 2045, diselenggarakan melalui pembinaan kesadaran dan
kemampuan bela negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam
memupuk nasionalisme dan patriotisme di lingkungan pemukiman,
lingkungan pendidikan, dan lingkungan pekerjaan yang berpedoman pada
disain induk PKBN dengan membentuk pusat pendidikan dan latihan bela
negara; membentuk kader bela negara; membantu K/L terkait dalam
pengembangan pendidikan kewarganegaraan; mendorong K/L terkait dalam
proses nation and character building.
Hingga pada akhirnya terwujudnya peningkatan kesadaran belanegara
melalui Program Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) guna
mewujudkan warga negara yang cinta pada tanah airnya, memiliki etika, budi
pekerti dan sopan santun, serta mempunyai karakter yang kuat dan tangguh,
yang dilakukan secara terpadu, dan bersinergi antara Kementerian
Pertahanan, K/L, Pemda, serta komponen bangsa lainnya. Kegiatan bela
negara dilaksanakan secara berlanjut melalui sosialisasi, pendidikan dan
latihan di lingkungan pemukiman, pendidikan dan pekerjaan

PENUTUP.
• Bahwa orang yang berkarakter ialah orang yang setia pada prinsip hidup, cita‐
cita dan pada prinsipnya sendiri; konsekuen dan setia pada perjuangannya
dalam mengejar nilai‐nilai tertentu, sekalipun menghadapi berbagai macam
kesulitan dan perubahan. Membangun karakter bangsa berarti membangun
nilai, moral dan norma (NMNr), yang ketiganya mengenai substansi dunia
afektif manusia.
• Dengan pembangunan karakter akan lahir generasi muda yang Mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter
bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum,
memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan
7

interaksi antar budaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai‐nilai


luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika
pembangunan bangsa.

Jakarta, 10 Maret 2020

MAYJEN TNI DRS. NUGROHO S.BUDI, M.M.

Anda mungkin juga menyukai