PENDAHULUAN.
Fenomena Disrupsi, Era Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0
• Arus globalisasi dan era disrupsi inovasi tengah berlangsung saat ini. Banyak
orang menjadi khatwatir, bahwa generasi penerus bangsa menjadi terkaget
dengan dampak yang dihasilkan terutama dengan berbagai paradoks yang
menyertainya. Faktor utama dalam realitas ekonomi‐politik , ekonomi, dan
teknologi serta softpower semunya luput dari antisipasi.
• Pada realita politik global saat ini misalnya, polarisasi kekuatan dalam
konseltasi uni‐multi polar yang ada semakin, memperumit kompleksitas aktor
aktor pemain di dalamnya berupa aktor negara dan aktor non negara,
berhadapan langsung maupun tidak langsung untuk memperebutkan
pengaruh. Fenomena terorisme global (Al Qaeda) dan negara dunia (ISIS)
adalah bukti nyata tereduksinya kemampuan negara manapun dalam hal
nasionalisme, yang selama ini menjadi monopoli dan milik ekslusif negara.
Dalam bentuk ekonomi dan teknologi gagapnya orang dalam mengadopsi e‐
commerce dan techfin ternyata berhasil menggurangi hegemoni pasar
tradisional yang telah mapan sebelumnya.
• Pada akhirnya konteks nasionalisme yang muncul adalah kesenjangan akan
kelompok terbuka lebar yang utamanya bersumber pada kelompok “tahu”
dan mereka yang “tidak tahu”. Kelompok “tahu” akan masuk ke dalam kelas
sosial masyarakat berpunya. Sementara masyarakat tidak tahu akan
termajinalkan dengan sendirinya. Kondisi ini akan menafik rasa nasionalisme
yang prinsipnya berdasarkan “perasaan senasib dan sepenanggungan”.
Dimana kita berhasil meraih kemerdekaan kita dan bersatu padu tanpa
melihat suku, rasa dan golongan dengan adanya prinsip tersebut.
INDONESIA 2045
• Indonesia 2045 telah menjadi pembicaran dan diskusi dari berbagai kalangan.
Mulai dari koferensi yang melibatkan pemuda dari 34 dan organisasi Diaspora
yang merancang visi Indonsia 2045.1) Focus Grup Discussion yang menyusun
1
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/12/19100461/seperti-ini-visi-indonesia-2045-yang-
digagas-generasi-muda?page=all diakses pada 01 Maret 2020
2
untuk mengembangkan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik dan
berperilaku baik”. Selain itu fungsi pembangunan karakter sebagai perbaikan
perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik pada
sebuah bangsa. Yang pada akhirnya pembangunan karakter akan berguna
sebagai penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai‐nilai luhur
Pancasila. Pembangunan karakter pun dilaksanakan disetiap lini kehidupan
berbangsa yaitu Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat
politik; pemerintah; dunia usaha; media massa.
• Pembangunan karakter bangsa tentunya bukan hanya hanya sebagai tujuan
untuk mencapai bangsa yang mandiri dan maju, melainkan juga bangsa yang
adil dan makmur. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi
seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti
penting bagi bangsa‐bangsa lain di dunia. Dalam mencapai bangsa yang
makmur tersebut tentunya ada sebuah kriteria yang perlu dicapai dalam
pembangunan karakter bangsa yaitu: Mewujudkan masyarakat berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan
yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan
antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan
modal sosial, menerapkan nilai‐nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan
spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.
nasionalis para pemuda. Oleh karena itu penanaman rasa nasionalisme patut
menjadi bagian dari kurikulum pendidikan nasional untuk semua sekolah dan
perguruan tinggi. Oleh karena itu peran instansi pemerintah, swasta, LSM,
para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat, juga gerakan pemuda
memiliki peran penting untuk memelihara dan mengobarkan sikap dan rasa
nasionalisme. Tantangan dan hambatan‐hambatan harus kita olah menjadi
peluang dan optimisme mewujudkan paradigma masa depan Indonesia Emas
2045.
Pembangunan Karakter Bangsa pun dilakukan untuk menghadapi masa depan
Indonesia Emas 2045, diselenggarakan melalui pembinaan kesadaran dan
kemampuan bela negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam
memupuk nasionalisme dan patriotisme di lingkungan pemukiman,
lingkungan pendidikan, dan lingkungan pekerjaan yang berpedoman pada
disain induk PKBN dengan membentuk pusat pendidikan dan latihan bela
negara; membentuk kader bela negara; membantu K/L terkait dalam
pengembangan pendidikan kewarganegaraan; mendorong K/L terkait dalam
proses nation and character building.
Hingga pada akhirnya terwujudnya peningkatan kesadaran belanegara
melalui Program Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) guna
mewujudkan warga negara yang cinta pada tanah airnya, memiliki etika, budi
pekerti dan sopan santun, serta mempunyai karakter yang kuat dan tangguh,
yang dilakukan secara terpadu, dan bersinergi antara Kementerian
Pertahanan, K/L, Pemda, serta komponen bangsa lainnya. Kegiatan bela
negara dilaksanakan secara berlanjut melalui sosialisasi, pendidikan dan
latihan di lingkungan pemukiman, pendidikan dan pekerjaan
PENUTUP.
• Bahwa orang yang berkarakter ialah orang yang setia pada prinsip hidup, cita‐
cita dan pada prinsipnya sendiri; konsekuen dan setia pada perjuangannya
dalam mengejar nilai‐nilai tertentu, sekalipun menghadapi berbagai macam
kesulitan dan perubahan. Membangun karakter bangsa berarti membangun
nilai, moral dan norma (NMNr), yang ketiganya mengenai substansi dunia
afektif manusia.
• Dengan pembangunan karakter akan lahir generasi muda yang Mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter
bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum,
memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan
7