Oleh :
SALMA HANITA PUTRI
NIM. 2046000074
Bagi bangsa Indonesia sendiri yang dapat dikatakan sebagai negara yang
relatif plural, di dalamnya terdapat banyak sekali kelompok, baik suku, ras, budaya,
agama, serta aliran kepercayaan lainnya. Keragaman yang ada saat ini bisa menjadi
hal yang sangat menguntungkan bagi negara Indonesia sendiri jika mampu mengelola
secara baik, dan sebaliknya, jika tidak mampu mengelolanya akan menimbulkan
kehancuran dan kerusakan yang besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apabila hal tersebut terjadi, maka tentunya yang bertanggung jawab dalam hal
tersebut adalah kita sebagai rakyat Indonesia.
2
Suhady, I dan A.M. Sinaga, Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik
Indonesia. (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia), 2006, hlm. 37
Merujuk pada hal tersebut tentunya bagi bangsa Indonesia, untuk mendalami
bagaimana wawasan kebangsaan itu sendiri, perlu memahami secara mendalam
hakekat Pancasila yang telah menjunjung tinggi nilai-nilai dasar yang akhirnya
dijadikan pegangan dalam bersosialisasi dan berinterkasi yang merujuk pada
terbentuknya karakter bangsa dan bernegara. Dalam hal ini pengelolaan sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan lingkungan hidup sehingga bangsa Indonesia dapat
mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sam arata serta daya saing yang
kuat dalam pergaulan masyarakat internasional.
Saat ini yang harus dilakukan oleh generasi muda adalah mendirikan praktek
dan kedaulatan serta kemakmuran yang bisa dinilai dan teruji secara konkret oleh
generasi mendatang. Kedaulatan adalah realisasi dari semangat kepemimpinan. Dan
kepemimpinan adalah harmonisasi alami generasi muda dari segala zaman yang
mempunyai tugas pedoman untuk masyarakat. Karena dalam suatu pedoman
memiliki pencerahan yang mampu menetapkan pilihan prioritas aksi yang tepat untuk
meningkatkan kualitas fungsi dan tugas suatu generasi berikutnya serta sebagai
pengawas agar pemerintah tidak melakukan kesewenang-wenangan yang diluar
kewenangannya dalam mengatur masyarakat.
Dengan melihat kondisi yang ada saat ini, banyak masalah yang hadir dalam
lingkup pemerintah semakin banyak dalam berbagai aspek bidang negara, yakni
bidang politik, ekonomi, budaya, kemananan dan pertahanan nasional serta nilai-nilai
wawasan kebangsaan yaitu wawasan tentang bangsa Indonesia yang ada di
masyarakat bahkan yang ada pada generasi muda juga sudah mulai pudar karena
pengaruh perkembangan zaman dan pengaruh globalisasi yang tidak dapat dibendung
dan tidak di imbangi oleh pendidikan berupa pengetahuan umum yang dipahami
masyarakat tentang hakikat dan falsafah dari dasar negara Republik Indonesia.
3
Nasruddin Anshori, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Kesadaran Ilmiah Berbasis
Multikulturalisme (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta), 2008, hlm. 1
saling membantu dalam rangka menjaga dan mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dijadikan alat sebagai suatu proses yang
menentukan pengalihan status alih pegawai KPK menjadi Aparatur Sipil Negara.
Namun, banyak pihak memiliki pandangan bahwa Tes Wawasan Kebangsaan
(TWK) merupakan salah satu cara untuk menggeser lembaga antirasuah. Pasalnya
terdapat sebanyak 75 (tujuh puluh lima) pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi
yang ditetapkan tak lolos dan yang mencenangkan adalah mereka para pegawai senior
yang dinilai merupakan orang-orang mumpuni dalam mengusut suatu pemberantasan
korupsi yang saat ini kerap terjadi di Indonesia.
Ombudsman dan Komnas HAM sudah menyebut kalau proses Tes Wawasan
Kebangsaan (TWK) diduga penuh mal administrasi dan pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM). Melihat kondisi KPK saat ini, sudah sangat wajar jika kepercayaan
publik terhadap KPK menurun berdasarkan hasil survei Lembaga Indikator Politik
Indonesia. Namun, publik tetap harus kritis dan melakukan pengawasan. Mengkritik
kondisi KPK hari ini bukan berarti membiarkan praktek korupsi berjalan di
pemerintahan. Bagi masyarakat, yang terpenting negara bertindak nyata dalam upaya-
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Berdasarkan paparan pendahuluan,
penulis mengangkat paper dengan judul “Tindakan Pimpinan KPK Dalam
Pemecatan Pegawai KPK Yang Tidak Lulus Tes Ditinjau Dari Teori Keabsahan
Tindakan Pemerintah”.
Adapun isu hukum yang penulis angkat untuk dianalisis lebih lanjut adalah:
Bagaimana tindakan KPK dalam pemecatan pegawai KPK yang tidak lulus
tes ditinjau dari teori keabsahan tindakan pemerintah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tindakan KPK dalam Pemecatan Pegawai KPK yang Tidak Lulus Tes
Dalam hal ini terdapat dua isu penting yang problematik tertuang di
dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), mulai dari pertentangan hukum
sampai pada permasalahan etika publik. Akan tetapi, ada satu hal yang pasti
terkait Tes Wawasan Kebangsaan tersebut tidak sekalipun disebutkan di
dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 (UU KPK) maupun Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2020 sebagai syarat untuk melakukan alih status
kepegawaian KPK dan dapat melakukan pemberhentian pegawai.
2.2 Tindakan KPK dalam Pemecatan Pegawai KPK yang Tidak Lulus Tes
Ditinjau Dari Peran Badan Kepegawaian Negara
Sementara itu, pegawai KPK yang alih status menjadi Aparatur Sipil
Negara (ASN) sudah menduduki jabatan senior. Oleh karena itu, diperlukan
jenis TWK berbeda, yang dapat mengukur tingkat keyakinan dan keterlibatan
mereka dalam proses berbangsa dan bernegara. Dalam Tes Wawasan
Kebangsaan (TWK) pegawai KPK, metode yang digunakan adalah
assessment center yang juga dikenal sebagai multi-metode dan multi-asesor.
Asesmen ini dilakukan dengan menggunakan beberapa alat ukur, yaitu tes
tertulis indeks moderasi bernegara dan integritas (IMB 68), penilaiaan rekam
jejak (profiling), dan wawancara. Banyak pihak yang dilibatkan dalam proses
asesmen. Tim observer berasal dari sejumlah instansi yang juga telah
memiliki pengalaman dan selama ini bekerja sama dengan BKN dalam
mengembangkan alat ukur tes wawasan kebangsaan. Instansi tersebut yakni
Dinas Psikologi TNI AD, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), BAIS, dan Pusat Intelijen TNI AD. Hal ini semua dimaksudkan
untuk menjaga objektivitas hasil penilaian dan untuk mencegah adanya
intervensi dalam penilaian, dan dalam penentuan hasil penilaian akhir
dilakukan melalui assessor meeting.
2.3 Tindakan KPK dalam Pemecatan Pegawai KPK yang Tidak Lulus Tes
Ditinjau Dari Teori Keabsahan Tindakan Pemerintah
Menurut kamus hukum Keabsahan dijelaskan dalam berbagai Bahasa
antara lain adalah convalesceren, convalescentie, yang memiliki makna sama
dengan to validate, to legalize, to ratify to acknowledge yaitu yang artinya
mengesahkan, atau pengesahan suatu hal. Keabsahan menurut Kamus hukum
di atas keabsahan berarti sesuatu yang pasti. Pengertian keabsahan perlu
dikutip dalam tulisan ini untuk melengkapi pengertian keabsahan hukum.
Untuk sebuah aturan menjadi aturan hukum, maka itu harus menjadi benar-
benar sah. Untuk suatu hukum menjadi aturan hukum yang sah, maka itu
harus menjadi hukum yang sah atau pasti. Persamaannya, sebuah kesahan
aturan adalah aturan adan sebuah kesahan bukan merupakan sebuah aturan.
4
Tomy Michael, Prinsip Keabsahan (Rechtmatigheid) dalam Penetapan Keputusan Tata
Usaha Negara, Jurnal: Cita Hukum, Vol. 5, No. 2, Desember 2017, hlm. 7
5
Sadjijono Jono, Bab-bab Pokok Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Laksbang Pressindo),
2006, hlm. 12
pembedaan yang diberikan terhadap kedua perbuatan pemerintah itu
didasarkan pada terdapat atau tidaknya akibat hukum dari perbuatan
pemerintah yang bersangkutan. Perbutan pemerintah tidak melahirkan akibat
hukum, sedangkan perbuatan hukum justru dimaksudkan untuk melahirkan
akibat hukum.
6
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the
Indonesian
Administrative Law), Gadjah Mada University Press., Yogyakarta, 1993, hlm. 23
2) Pejabat Administrasi Pemerintahan dilarang menyalahgunakan
Kewenangan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan.
3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan
Wewenang wajib berdasarkan:
a. Peraturan perundang-undangan; dan
b. AUPB
2.4 Tindakan KPK dalam Pemecatan Pegawai KPK yang Tidak Lulus Tes
Ditinjau Dari Teori Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil
adalah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil
terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan
atas norma-norma objektif. Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang
relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi
yang lainnya, ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan suatu
keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu
skala keadilan diakui. Skala keadilan sangat bervariasi dari satu tempat ke
tempat lain, setiap skala didefinisikan dan sepenuhnya ditentukan oleh
masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari masyarakat tersebut.7
Teori keadilan adalah perihal yang rumit yang dapat dijumpai disetiap
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum
memiliki dua tugas utama yakni mencapai suatu kepastian hukum dan
mencapai keadilan bagi semua masyarakat. Dari sekian banyaknya pemikiran
dan konsep keadilan, salah satu konsep keadilan yang cukup relevan adalah
sebagaimana yang selanjutnya diketahui dengan keadilan sosiologis. Keadilan
sosiologis merupakan keadilan yang didasarkan pada kebiasaan, budaya, pola
perilaku dan hubungan antar manusia dalam masyarakat.
7
M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, (Jakarta: Ctk.
Kedua,
Kencana), 2014, hlm. 85
Merujuk pada hal tersebut, dapat terlihat bahwa tidak ada suatu
keadilan yang mendasari hal tersebut. Jika, 75 pegawai KPK tak lolos tes
Aparatur Sipil Negara (ASN) itu dipecat, hanya akan menimbulkan
kegaduhan di tengah masyarakat. Sebaiknya KPK tetap mempertahankan
karena itu akan menimbulkan satu kegaduhan di masyarakat dan dicurigai
akhirnya hanya jadi alat mencegah mereka dan itu hanya akan merusak
integritas KPK sendiri.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Buku
M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum,
(Jakarta: Ctk. Kedua, Kencana), 2014
Nasruddin Anshori, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Kesadaran Ilmiah
Berbasis Multikulturalisme (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta), 2008
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction
to the Indonesian Administrative Law), Gadjah Mada University
Press., Yogyakarta, 1993
Rahayu, A.S, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn), (Jakarta: Bumi
Aksara), 2014
Sadjijono Jono, Bab-bab Pokok Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta:
Laksbang Pressindo), 2006
Suhady, I dan A.M. Sinaga, Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia), 2006
Jurnal