Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, ras, social

budaya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Suatu negara yang

mempunyai masyarakat majemuk disamping merupakan karagaman

bangsa, juga mengandung kerawanan yang dapat menjadi sumber

disintegrasi bangsa dan negara. Padahal integrasi nasional merupakan

salah satu sarana penting untuk mewujudkan keutuhan dan pelestarian

suatu bangsa dan negara. Suatu negara akan runtuh apabila integrasi

nasionalnya mengalami gangguan.

Pada tahun 1998, gerakan reformasi di Indonesia menimbulkan

dampak negative dalam maraknya kembali primodialisme, berbagai

kerusuhan masal yang mengguncangkan stabilitas nasional, serta adanya

separatism di Timor timur, Irian Jaya dan Aceh. Disamping gerakan

separatis, konflik antar etnik dan konflik antar agama pada masa orde

reformasi tersebut juga terdapat konflik antar elite politik yang

mengakibatkan adanya disintegrasi nasional, karena negara yang

mempunyai masyarakat majemuk sarat akan terjadinya disintegrasi

nasional. Maka sikap cinta tanah air perlu ditanamkan kepada seluruh

bangsa Indonesia khususnya pada generasi muda. Penanaman wawasan

kebangsaan pada generasi muda, lembaga pendidikan mempunyai peranan

penting.

1
Wawasan kebangsaanlah yang akan menyadarkan semua warga

negara akan pentingnya arti hidup bersama atas dasar persembahan status

dan hak di muka Undang-undang yang akan menjamin ketentraman

seluruh bangsa. Apabila semangat kesatuan dan persatuan menguap, jika

tekad untuk kebersamaan itu tidak dirasakan lagi, yang tinggal adalah

kelompok-kelompok kecil yang berdasarkan homogeny kedalam ekslusif

keluar, baginya kebangsaan kata kosong dan timbul primodialisme.

Primordialisme menjadi negative apabila tidak lagi terangkat

kedalam wawasan kebangsaan maupun nilai-nilai universal. Apabila

penghargaan terhadap nilai-nilai perikemanusiaan merosot dan kesadaran

kebangsaan merosot, menjadi primordialisme. Seperti dikatakan Sartono

Kartodirjo (1993: 60) bahwa:

“Masyarakat yang memiliki wawasan cukup kokoh, dalam konteks

modernisasi menjadi kekuatan yang akulturatif, yaitu mampu

membuka diri terhadap unsur-unsur budaya luar, menerima secara

selektif dan mengintegrasi kedalam kebudayaan nasional untuk

memperkuat identitas”.

Disaat seperti ini paham kebangsaan yang mengakar pada budaya

haruslah diaktualisasikan di dalam proses berbangsa, bernegara dan

bermasyarakat. Menanamkan dan meningkatkan nilai-nilai wawasan

kebangsaan pada dasarnya adalah proses pembentukan jati diri bangsa

yaitu cinta tanah air.

2
Dalam sikap cinta tanah air factor yang sangat penting adalah

pemahaman wawasan kebangsaan, sebab bangsa Indonesia adalah bangsa

dengan multi etnis, budaya, bahasa, agama dan kepercayaannya, serta

daerah yang mencakup wilayah yang begitu luas. Dengan demikian

dibutuhkan suatu pemahaman yang benar tentang wawasan kebangsaan

yang merupakan sumber inspirasi serta motivasi bagi bangsa Indonesia

dalam mempertahankan dan memeliara kelangsungan idup, keutuhan

sebagai bangsa serta untuk menjamin dan meningkatkan kesejahteraan

hidup bersama (Mochtar Buchori 1993:67)

Wawasan adalah hasil dari tinjauan menyeluruh dari perspektif

sendiri, serta pemeriksaan bukti. Tujuan nasional dilihat dari perspektif

nusantara, artinya wawasan kebangsaan bangsa Indonesia identik dengan

wawasan nusantara dalam perspektif nasional (Suhady dan Sinaga; 2006).

Ketika kita berbicara tentang kebangsaan, kita mengacu pada

sekelompok orang yang memiliki warisan dan sejarah yang sama, serta

pemerintahan mereka sendiri. Istilah "kebangsaan" dapat merujuk pada

kelas masyarakat suatu bangsa maupun perasaan diri individu sebagai

warga negara dari bangsa tersebut. Memahami tempat seseorang dalam

masyarakat sebagai warga suatu negara, serta hubungan seseorang dengan

seluruh dunia, adalah inti dari apa yang dimaksud dengan "wawasan

nasional".

Prof. Muladi, mengatakan “wawasan kebangsaan” mengacu pada

pemahaman bangsa Indonesia tentang diri sendiri dan sekitarnya, dengan

3
menitikberatkan pada kesatuan dan keutuhan daerah sebagai landasan bagi

seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Satu

kesatuan ideologi, pertahanan keamanan ekonomi, sosial budaya, politik,

merupakan kesatuan atau integrasi nasional. Satu unit integrasi nasional

mengumpulkan mereka semua. Dalam rantai emas persatuan dan integritas

nasional, semua orang saling terkait, tidak hanya secara fisik, tetapi juga

mental. Letnan Gubernur (Lemhannas RI 2005-2011).

Wawasan kebangsaan memiliki tiga tujuan. Pemahaman suatu

bangsa tentang sejarah, geografi, budaya, ekonomi, dan politiknya sendiri

memungkinkannya untuk memanfaatkan sebaik-baiknya sumber daya ini

dan pertahanan dan keamanan bangsa itu sendiri untuk mencapai

tujuannya dan melindungi kepentingan nasional negara tersebut.

Kedudukan suatu bangsa dalam hubungan internasional dan hubungan

dengan bangsa lain juga ditentukan oleh wawasan kebangsaannya.

Terakhir, memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang tantangan

masa kini dan masa depan yang dihadapi suatu negara tidak mungkin

tanpa rasa solidaritas nasional yang kuat.

Sesegera mungkin, sangat penting untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik tentang konteks nasional. Siswa belajar

tentang sejarah, pemerintahan, dan budaya negara mereka melalui studi

Pendidikan Kewarganegaraan. Penurunan pengetahuan siswa tentang

negara terjadi saat ini. Karena pendidikan menjadi kurang bermakna bagi

siswa. Sampai pada titik di mana kepribadian orang mulai memburuk,

4
serta kemampuan mereka untuk menghargai keberadaan mereka sendiri.

Menanamkan patriotisme dan rasa kebanggaan nasional pada

generasi muda adalah bagian penting dari masa depan bangsa.

Keterikatan dan kebanggaan remaja terhadap negara dan budaya asli

mereka memudar di antara banyak anak muda saat ini. Budaya barat telah

berdampak negatif pada budaya Indonesia sebagai hasilnya. Kecintaan

seseorang terhadap tanah air merupakan ungkapan rasa bangga,

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap budaya dan ekonomi

bangsa agar tidak tergiur dengan tawaran negara lain yang dapat

merugikan bangsa. sendiri. Penghinaan orang Indonesia terhadap tanah

airnya sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa cita-cita

Pancasila hanya diajarkan di kelas sejarah. Masyarakat Indonesia

umumnya hanya tahu tentang Pancasila, tetapi tidak mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menghindari penyimpangan sosial

yang merusak norma, sifat karakter patriotisme harus ditanamkan sejak

dini agar penerus bangsa dapat menunjukkan sikap dan perilaku yang

bermanfaat bagi kepentingan masyarakat. Bangga menjadi warga negara

Indonesia dan belajar tentang warisan budaya Indonesia yang kaya dapat

merugikan kesejahteraan diri sendiri dan kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan.

Patriotisme yang berkarakter merupakan ekspresi dari kesetiaan,

kepedulian dan kekaguman seseorang terhadap bentang alam fisik, sosial-

budaya-ekonomi-politik bangsa. Misalnya, siswa yang menunjukkan rasa

5
patriotisme yang kuat dapat dilihat dengan mengungkapkan rasa terima

kasih kepada pahlawan nasional negaranya atau dengan memilih untuk

membeli barang-barang Indonesia, serta dengan mempelajari lagu

kebangsaan.

Menurut Daryanto (2013:131), ada dua cara untuk mengukur

pentingnya cinta seseorang terhadap tanah airnya. Indikator sekolah dan

kelas berada di urutan pertama. Dalam contoh kedua, ini berfungsi sebagai

indikator untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas digunakan

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi lembaga pendidikan budaya

dan karakter bangsa oleh pengelola sekolah, guru, dan personel sekolah.

Reaksi emosional terhadap subjek dikenal sebagai "indikator subjek".

Contoh indikatornya adalah cara siswa bertindak dan berperilaku di kelas

dan di sekolah, serta pengamatan guru terhadap perilaku siswa dan

pertanyaan dan jawaban yang diberikan siswa dalam menanggapinya.

Guru menggunakan indikator untuk mengetahui apakah siswa

mempraktekkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berperan penting

dalam pengembangan nilai-nilai moral siswa. Tujuan Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan adalah membantu peserta didik mengembangkan

rasa identitas nasional yang kuat dan kebanggaan terhadap negara asalnya.

Kelas seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat

membantu siswa yang cenderung menyimpang dari norma membentuk

karakter yang baik. Visi dan misi sekolah adalah menjadi pusat

6
pengembangan pembelajaran di bidang Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan dan Administrasi Negara dalam rangka membangun

bangsa yang berkarakter kuat dan berwawasan negara menuju masyarakat

madani, kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan sumber daya

manusia.

Ruang lingkup sekolah SDN Gending 1, sekarang ini rasa

kebersamaan sebagai pengikat yang kuat, secara berangsur-angsur mulai

meluntur. Nilai-nilai wawasan kebangsaan di sekolah sedang mengalami

kemerosotan. Gejala kemerosotan wawasan kebangsaan ini memang

tampak terutama peserta didik kelas VI. Data bimbingan dan konseling

sekolah dari SDN Gending 1 mengungkapkan kenakalan yang signifikan

pada siswa kelas VI, seperti yang ditunjukkan oleh data. Salah satu bentuk

kenakalan yang paling umum adalah adanya geng kelas dan perkelahian

antar teman sekolah. Dimana persatuan bisa dipatahkan.

Artinya, berbagai pemangku kepentingan di lingkungan SDN

Gending 1 perlu bekerja sama untuk mengingatkan siswa akan pentingnya

dan pentingnya prinsip dasar persatuan dan kesatuan nasionalisme

Indonesia. Melalui pendidikan wawasan kebangsaan, penyadaran kembali

ini dapat diwujudkan. Sekolah, khususnya sekolah dasar, perlu berperan

dalam menggali nilai-nilai luhur bangsa dan warisannya dari generasi

muda bangsa guna memperkuat jati diri serta memperkokoh persatuan dan

kesatuan bangsa.

7
Peneliti berharap dapat menemukan bukti adanya hubungan antara

sikap atau kepribadian siswa terhadap tanah air dan pemahaman mereka

tentang nasionalisme, seperti yang dijelaskan di atas.

Angket awal dan akhir yang digunakan oleh peneliti memberikan

pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan pemahaman wawasan

kebangsaan dengan karakter cinta tanah air pada peserta didik kelas VI

SDN Gending 1.

Siswa SD Negeri 1 Menayu, menurut Restu Widan K, telah

mengembangkan rasa cinta tanah air melalui kegiatan kelas, budaya

sekolah, dan pengembangan pribadi sebagai hasil dari penelitian yang

dilakukan pada tahun 2020. Partisipasi siswa dalam ekstrakurikuler

patriotik seperti drumband, pencak silat, dan Pramuka menunjukkan hal

ini dengan sangat jelas. Upaya sekolah untuk menanamkan rasa cinta tanah

air pada siswa dapat dilihat dari kegiatan yang diselenggarakannya untuk

memperingati hari-hari besar nasional. Ketika siswa pertama kali tiba di

sekolah, mereka disambut dengan sapaan PPK, yang menekankan

pentingnya lima nilai inti: semangat beragama, patriotisme, kemandirian,

kerjasama, dan integritas.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan secara signifikan dan positif antara

pemahaman wawasan kebangsaan dengan karakter cinta tanah air

pada peserta didik kelas VI SDN Gending 1?

8
C. Hipotesis Penelitian

1. Ha : Terdapat hubungan antara pemahaman wawasan

kebangsaan dengan karakter cinta tanah air pada peserta didik kelas

VI SDN Gending 1

2. Ho : Tidak terdapat hubungan antara pemahaman wawasan

kebangsaan dengan karakter cinta tanah air pada peserta didik kelas

VI SDN Gending 1

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara pemahaman wawasan

kebangsaan dengan karakter cinta tanah air peserta didik kelas VI SDN

Gending 1.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif

bagi kemajuan ilmu pengetahuan secara umum, serta

terhadap cara pandang masyarakat luas tentang hubungan

antara wawasan kebangsaan dan cinta patriotik.

b. Menjadi titik acuan dan bahan untuk penelitian lebih lanjut

di bidang yang diminati.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Dengan menggunakan temuan penelitian ini, pendidik dapat

membantu peserta didik lebih memahami negara asalnya dan

9
menumbuhkan sikap patriotisme terhadap bangsa dan negara

Indonesia.

b. Bagi Peserta Didik

Dari hasil penelitian ini, masyarakat Indonesia dapat terinspirasi

untuk lebih menghargai negara, bangsa, dan negaranya secara

keseluruhan.

c. Bagi Peneliti

Sebagai peserta potensial dalam studi ini, peneliti akan

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perspektif

nasional.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan

pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah

dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Hubungan

Wawasan Kebangsaan Dengan Karakter Cinta Tanah Air Kelas VI di

SDN Gending 1”, maka definisi operasional yang perlu dijelaskan yaitu :

1. Pemahaman merupakan suatu proses, perbuatan dan kemampuan

menangkap makna, arti serta penguasaan teradap baan-bahan yang

dipelajari. Pemahaman meletakkan pola dasar suatu kegiatan

belajar, tanpa hal tersebut maka suatu pengetahuan, keterampilan

dan sikap yang diharapkan tidak akan bermakna serta proses

10
belajar yang dialami oleh peserta didik tidak membawa hasil yang

maksimal.

2. Wawasan Kebangsaan adala sebagai cara pandang suatu bangsa

tentang diri dan lingkungannya, serta bagaimana suatu bangsa

mengekspresikan di dalam lingkungan yang terus berubah.

3. Karakter cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, berbuat

yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

dan politik bangsa

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait hubungan wawasan kebangsaan dengan

karakter cinta tanah air adalah:

No Nama Peneliti, Judul dan Populasi dan


Variabel Hasil Penelitian Hipotesis
. Tahun Sampel

1. Niswatin Aziziyyah, mengembangkan Siswa kelas Melakukan kegiatan H


PEMBENTUKAN patriotisme atau VII di MTsN pembiasaan untuk
KARAKTER CINTA sikap seperti 7 Malang menumbuhkan sikap
TANAH AIR UNTUK patriotisme dalam nasionalisme
MENUMBUHKAN SIKAP diri seseorang.
NASIONALISME SISWA
DI MTSN 7 MALANG
2. Eli Choeriyah, Menumbuhkan Peserta didik Cinta tanah air H
PENANAMAN rasa patriotisme di SMP dibina melalui
KARAKTER CINTA dan kepedulian Ma’arif NU 1 kegiatan akademik
TANAH AIR, SEMANGAT terhadap Cilongok maupun non
KEBANGSAAN, DAN lingkungan pada Kabupaten akademik.
PEDULI LINGKUNGAN generasi muda. Banyumas
DI SMP MA’ARIF NU 1
CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS
3. Rani Asmara Hanipasa dkk, menumbuhkan Siswa kelas Berkembangnya H
Peran Guru PPKn dalam rasa memiliki dan VII di SMP wawasan
Mengembangkan Nilai-Nilai bangga pada Negeri 3 kebangsaan dan
Wawasan Kebangsaan dan negara sendiri Malang patriotisme ditopang
Rasa Cinta Tanah Air oleh beberapa faktor.
4. Syahla Rizkia dkk, Rasa cinta tanah Pelajar Pergeseran karakter H
Menumbuhkan Rasa Cinta air, Pendidikan mahasiswa pada
Tanah Air melalui Kewarganegaraan masa revolusi 4.0
Pendidikan menyebabkan
Kewarganegaraan Di Era hilangnya rasa cinta
Revolusi 4.0 tanah air di kalangan
generasi penerus
bangsa.
5. Restu Widan K, Implementasi Peserta pendidikan karakter H
IMPLEMENTASI Pendidikan, dididk di SD patriotisme telah
PENDIDIKAN karakter cinta Negeri dilaksanakan dengan
KARAKTER CINTA tanah air Menayu 1 baik di sekolah dan
TANAH AIR DI SD program
NEGERI MENAYU 1 pembelajaran.

12
Pada jurnal di atas mempunyai perbedaan dengan penelitian saat

ini, perbedaan itu terletak pada:

Penelitian sekarang Kuantitatif (2 Variabel)

a. Jurnal 1 Kualitatif (1 Variabel) = Cukup

b. Jurnal 2 Kualitatif (1 Variabel) = Cukup

c. Jurnal 3 Kualitatif (1 Variabel) = Cukup

d. Jurnal 4 Kuantitatif (1 Variabel) = Cukup

e. Jurnal 5 Kualitatif (1 Variabel) = Cukup

B. Kajian Teori

1. Wawasan Kebangsaan

Identitas suatu bangsa dibentuk oleh kepercayaan

masyarakatnya terhadap kesatuan Indonesia, yang meliputi berbagai

suku bangsa dan keturunan bangsa asing. Nasionalisme Indonesia,

atau nasionalisme Pancasila, mengacu pada kebangsaan berdasarkan

nilai-nilai Pancasila, oleh karena itu disebut juga nasionalisme

Pancasila, atau nasionalisme Pancasila (Noor M Bakry, 1994: 173).

Wawasan kebangsaan memerlukan penjelasan dua istilah:

wawasan dan kebangsaan. "Mawas" dalam kamus bahasa Indonesia

berarti "meneliti, mengkaji, mengamati, atau melihat", dan dari sinilah

wawasan itu berasal. Ada banyak arti berbeda untuk "wawasan", yang

juga dapat mencakup pandangan atau tujuan. Kebangsaan, di sisi lain,

adalah seperangkat karakteristik atau identitas yang menunjuk suatu

13
kelompok sebagai bangsa atau asal bangsa (Badudu-Zain, 2001: 122;

1624).

Adi S, (1996: 17) berpendapat bahwa mengembangkan rasa

kebangsaan sebagai manifestasi cinta tanah air sangat penting, karena

membuat kita lebih sadar akan nilai dan pentingnya persatuan dan

kesatuan negara kita. Memahami kebangsaan seseorang membutuhkan

introspeksi dan ekstrapolasi. Untuk memperoleh wawasan ke dalam,

kita harus melihat bangsa Indonesia secara utuh, yang luas dari segi

wilayah, penduduk, dan keragaman budaya, tetapi harus disatukan

sebagai sebuah bangsa. Wawasan tentang dunia di luar negaranya

sendiri dan komunitas internasional lainnya. Integritas dan kredibilitas

Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat sangat

penting bagi peran internasionalnya. Oleh karena itu, wawasan

kebangsaan harus ditanamkan dalam hati dan pikiran seluruh rakyat

Indonesia, agar wawasan kebangsaan ini dapat dipraktikkan di dunia

nyata. Dikemukakan oleh Fajar (2009:52) bahwa demi kepentingan

dan keutuhan bangsa, hakikat wawasan kebangsaan harus dijaga

setiap saat di seluruh nusantara.

Yang lain percaya bahwa wawasan kebangsaan adalah salah

satu ciri orang yang tertarik untuk belajar lebih banyak tentang negara

mereka untuk menumbuhkan rasa patriotisme yang kuat dalam diri

mereka. Siswa harus diajari tentang negara dan pahlawannya agar

14
mereka memiliki rasa kebanggaan nasional dan rasa hormat terhadap

negaranya.

2. Nilai Karakter Cinta Tanah Air

a. Pengertian Nilai Karakter Cinta Tanah Air

Patriotisme yang berkarakter merupakan ekspresi dari

kesetiaan, kepedulian, dan kekaguman seseorang terhadap

bentang alam fisik, sosial-budaya-ekonomi-politik bangsa.

Misalnya, siswa yang menunjukkan rasa patriotisme yang kuat

dapat dilihat dengan mengungkapkan rasa terima kasih kepada

pahlawan nasional negaranya atau dengan memilih untuk

membeli barang-barang Indonesia, serta dengan mempelajari lagu

kebangsaan.

Menurut Daryanto (2013:131), ada dua cara untuk

mengukur pentingnya cinta seseorang terhadap tanah airnya.

Indikator sekolah dan kelas berada di urutan pertama. Dalam

contoh kedua, ini berfungsi sebagai indikator untuk mata

pelajaran. Penting untuk dicatat bahwa indikator sekolah dan

kelas digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

sekolah sebagai lembaga pendidikan budaya dan karakter bangsa

oleh kepala sekolah, guru, dan personel sekolah. Respons

emosional pelajar terhadap topik tertentu dikenal sebagai

"indikator mata pelajaran". Perilaku siswa di kelas dan di sekolah,

15
pengamatan guru terhadap tindakan siswa di sekolah, tanya jawab

dengan siswa, respon siswa terhadap tugas dan pertanyaan dari

guru, dan penulisan siswa dalam laporan dan pekerjaan rumah

merupakan contoh indikatornya. Bagi guru, indikator merupakan

kriteria untuk menentukan apakah perilaku yang terkait dengan

nilai-nilai karakter telah dianut oleh siswa atau tidak.

b. Indikator-Indikator Nilai Karakter Cinta Tanah Air

Ketika seorang siswa mengambil tindakan di kelas atau di

sekolah sebagai bagian dari proses belajar mengajar, adalah

mungkin untuk melihat tanda-tanda patriotisme.

Berikut beberapa indikator seberapa besar nilai keterikatan

siswa terhadap pahlawan nasional:

1) Produk yang dibuat di Amerika Serikat harus digunakan.

2) Bahasa Indonesia harus baik dan benar.

3) bendera negara, lambang negara, dan peta Indonesia termasuk di

antara barang-barang yang dipamerkan pada upacara pelantikan

presiden dan wakil presiden Indonesia..

4) Menggunakan produk buatan dalam negeri

c. Pengintegrasian Nilai Cinta Tanah Air

Dimungkinkan untuk memasukkan pentingnya patriotisme

ke dalam pengaturan akademik dan ekstrakurikuler. Kepala

sekolah, guru, dan konselor pendidikan bekerja sama sebagai satu

16
tim untuk merencanakan dan melaksanakan pendidikan karakter,

yang kemudian dimasukkan ke dalam kurikulum dengan cara:

1. pelatihan pengembangan diri;

2. inklusi di semua bidang studi;

3. Aklimatisasi budaya selama tahun-tahun sekolah.

Penjelasannya:

1) Program untuk Pertumbuhan Pribadi Salah satu cara untuk memastikan

siswa menerima pendidikan karakter sebagai bagian dari kurikulum

pengembangan diri mereka adalah dengan memasukkannya ke dalam

kegiatan sekolah reguler mereka.

a) Rutinitas sehari-hari. yaitu kegiatan yang berlangsung secara teratur dan

dilakukan tanpa kecuali. Rasa cinta tanah air dapat ditunjukkan dengan

tepat waktu pada hari Senin dan hari libur nasional, serta fasih

berbahasa Indonesia dan ikut serta dalam tugas piket.

b) Kejadian spontan. Guru menggunakan kegiatan spontan ketika mereka

melihat perilaku buruk pada anak dan perlu segera memperbaikinya

agar tidak terjadi lagi. Demikian pula perilaku siswa yang baik dan

sikap yang patut dipuji, seperti menjaga kebersihan kamar mandi,

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan membuang sampah

pada tempatnya, merupakan contoh kegiatan spontan.

c) teladan. Guru, kepala sekolah, dan administrator sekolah lainnya dapat

menjadi panutan bagi siswa dengan memberikan contoh perilaku yang

17
baik. Mengenakan pakaian dan aksesoris buatan dalam negeri, seperti

guru atau pegawai sekolah. Guru yang menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan pegawai sekolah yang berpakaian rapi adalah dua contoh

bagus lainnya.

d) Untuk mempromosikan patriotisme di kalangan siswa, banyak sekolah

pengkondisian menggunakan teknik pengkondisian sementara, seperti

memposting foto presiden dan wakil presiden di setiap kelas, memajang

foto pahlawan nasional, dan menggunakan alat tulis buatan Amerika

Serikat.

2) Integrasi mata pelajaran Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter

bangsa dijalin ke dalam kurikulum setiap mata pelajaran. Silabus dan RPP

memuat nilai-nilai tersebut. Siswa akan belajar bagaimana memasukkan

nilai cinta tanah ke dalam kurikulum, rencana pelajaran, dan pelaksanaan

pembelajaran mereka dalam penelitian ini.

3) Menciptakan Lingkungan Pembentuk Kebiasaan di Kelas Setidaknya ada

tiga macam budaya, menurut Koentjaraningrat (2004:15):

a. Budaya dapat dianggap sebagai kumpulan ide, nilai, norma, dan aturan

yang saling berhubungan.

b. Kebudayaan adalah suatu kompleks kegiatan manusia yang berpola

dalam masyarakat yang menjadi dasar kebudayaan.

c. Benda-benda ciptaan manusia yang membentuk kebudayaan

18
Selanjutnya menurut Depdiknas, kriteria pendidikan karakter di

tingkat sekolah meliputi pembentukan budaya sekolah, yang meliputi

perilaku dan tradisi serta kebiasaan dan simbol sehari-hari yang

dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah. Jamal Ibu Asmani (2012: 55-56).

Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah, menurut Doni Koesoema,

berupaya membangun budaya sekolah yang mampu membentuk karakter

siswa dan menginternalisasi nilai-nilai tertentu dengan bantuan lembaga

sosial sekolah. Theodore "Mansur" Muslich (2011).

Oleh karena itu, peneliti dapat menyimpulkan bahwa program

pengembangan diri, mata pelajaran, dan pembiasaan budaya sekolah dapat

digunakan untuk memasukkan nilai cinta tanah air ke dalam sekolah.

19
3. Keterkaitan Antar Variabel

H
X Y

( a, b, c, d, e, f )

Keterangan:

X : Wawasan Kebangsaan

Y : Karakter Cinta Tanah Air

H : Hipotesis

a : (Suhady dan Sinaga, 2006)

b : (Sidqi dan Zubair, 2018)

c : (Suyadi, 2013: 9)

d : (Darmiatun, 2013: 139)

e : (Daryanto, 2013: 64)

f : (Ani Nur Aeni, 2014: 64)

20
Wawasan Kebangsaan dengan Karakter Cinta Tanah Air:

a. Menyikapi keberadaan identitas suatu bangsa, cara pandang individu atau

kelompok berpedoman pada falsafah hidup suatu bangsa baik dalam

ranah internal maupun eksternal. Suhady dan Sinaga (2006).

b. Anda dapat memiliki wawasan nasional ketika Anda melihat negara

Anda dari sudut pandang bagaimana ia berubah dari waktu ke waktu dan

berinteraksi dengan kehidupan warganya. Setiap warga negara yang

berjiwa Pancasila harus memiliki wawasan kebangsaan, yang pada

hakikatnya adalah seseorang yang memiliki: 1) asas keteladanan, 2) asas

keseimbangan, 3) asas keyakinan, 4) asas keadilan sosial dalam

berbangsa dan bernegara. kehidupan, dan 5) prinsip kedaulatan rakyat.

(Sidqi dan Zubair, 2018).

c. Ketika seseorang memiliki keterikatan yang kuat dengan tanah

kelahirannya, mereka cenderung tidak terpengaruh oleh tawaran dari

negara lain yang dapat merugikan ekonomi, budaya, atau politik negara

mereka sendiri. Secara khusus, cinta warga negara terhadap tanah airnya

adalah keinginan untuk mengabdi, melindungi, dan melestarikannya dari

segala ancaman dan gangguan. (Suyadi, 2013: 9)

d. Kesetiaan, penghargaan, serta kepedulian yang mendalam terhadap

lingkungan bahasa, fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik seseorang

adalah beberapa ciri dari kecintaan seseorang terhadap tanah airnya.

Penghormatan dan kesetiaan terhadap tanah air merupakan ungkapan

cinta terhadap tanah air dan kesediaan untuk berkorban demi kebaikan

21
negara dan bangsa secara keseluruhan. Sampai dengan tahun 2013,

(Darmiatun, 2013, 139)

e. Sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat semuanya berperan dalam

membantu anak-anak dan remaja mengembangkan kepribadian yang

peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. (Daryanto, 2013: 64)

f. Ketika seseorang mencintai negaranya, dia menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan dirinya atau kelompoknya. (Ani

Nur Aeni, 2014: 64)

C. Kerangka Berpikir

Pemikir menggunakan penalaran untuk sampai pada solusi jangka

pendek untuk masalah yang mereka hadapi dalam pekerjaan mereka.

Mengingat isu-isu tersebut dan studi teoritis, berikut adalah premis dasar

dari penyelidikan ini:

Wawasan kebangsaan merupakan salah satu aspek kekuatan sebagai

modal dalam merebut kemerdekaan, menegakkan kedaulatan rakyat,

mencapai cita-cita dan tujuan nasional, mengisi kemerdekaan, serta

mempertahankan kelestarian, kebesaran dan keutuhan negara kesatuan

Indonesia. Memiliki kesamaan tujuan, pengetahuan, dan keyakinan akan

nilai-nilai kebangsaan menciptakan rasa wawasan kebangsaan. Persatuan

dan keutuhan, kebanggaan terhadap Indonesia, dan rela berkorban demi

negara dan negara adalah di antara nilai-nilai kebangsaan yang dimaksud.

22
Pemahaman nilai-nilai kebangsaan oleh siswa akan mencerminkan

wawasan kebangsaan bagi siswa tersebut, melalui nilai-nilai yang

terkandung dalam wawasan kebangsaan tersebut, dapat membangkitkan

semangat cinta tanah air dan kebanggaan nasional atas hasil perjuangan

para pendahulunya yang penuh pengorbanan. Hal ini dapat memberi

motivasi kepada peserta didik dalam rangka pembentukan karakter bangsa

yang akan membentuk sikap yang Tangguh, ulet dan rela berkorban, yaitu

sikap cinta tanah air.

Apabila wawasan kebangsaan telah merasuk dalam jiwa generasi muda

termasuk di dalamnya para peserta didik, maka kelangsungan hidup

berbangsa dan bernegara akan lebih baik, karena yang menjadi penerus

cita-cita bangsa dan tanggung jawab atas bangsa dan negara adalah tunas

bangsa tersebut. Tanggung jawab ini tidak lepas dari sikap cinta tanah

dalam upaya pelestarian dan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Dari uraian di atas, dapat di buat kerangka pikir seperti dibawah ini:

Pemahaman Wawasan Karakter Cinta Tanah


Kebangsaan Air

Interaksi Hubungan antara Pemahaman Wawasan Kebangsaan dengan

Karakter Cinta Tanah Air

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 52) “metode

penelitian merupakan rangkuman cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari ole asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan

filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang diadapi”.

Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian adalah “studi yang

dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna

teradap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat”.

(Winarno Surakhmad, 1998:131)

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian merupakan cara yang digunakan ole peneliti dalam suatu studi

melalui penyelidikan teradap suatu masalah seingga mendapat pemecaan

masalah yang tepat.

Metode dalam penelitian ini adala metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Adapun alasan peneliti menggunakan

metode penelitian deskriptif karena peneliti juga mencoba menjelaskan

bagaimana wawasan kebangsaan bervariasi dalam kaitannya dengan

bagaimana perasaan orang tentang negara asal mereka, dan bagaimana hal

ini mempengaruhi perasaan mereka tentang tanah air mereka. Maka

peneliti menggunakan studi hubungan karena ingin menyelidiki hubungan

24
antara kedua variabel tersebut. Peneliti juga menggunakan pendekatan

kuantitatif dalam penelitian ini. Penelitian kuantitatif, menurut Sugiyono

(2010:27), menggunakan data numerik dan analisis statistik. Statistik

harus digunakan untuk menganalisis angka-angka yang membentuk data

yang dikumpulkan dan diproses.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Istilah "populasi" mengacu pada semua data yang relevan bagi para

ilmuwan dalam jangka waktu dan bidang studi tertentu (Nurul

Zuriah, 2009:116). Siswa di SDN Gending 1 kelas VI ikut serta

dalam penelitian ini. Menurut data terakhir Sub Bagian Analisis

Data SDN Gending 1, pada tahun 2022 akan ada 36 siswa kelas 6

di SDN Gending 1. Luaran yang diharapkan antara lain

implementasi kurikulum yang netral dan tidak ada penekanan pada

penanaman wawasan kebangsaan pada siswa SD. Dengan

demikian, hasil penelitian diharapkan dapat menggambarkan secara

akurat bagaimana kedua variabel tersebut berinteraksi.

2. Sampel Penelitian

Menurut Nurul Zuriah dalam bukunya tahun 2009, sampel sering

diartikan sebagai contoh (master) yang diambil dari populasi

dengan menggunakan metode tertentu. Berapa banyak sampel yang

harus diambil dari suatu populasi ditentukan oleh Isaac dan

25
Michael menggunakan tabel yang mereka kembangkan.

Merupakan praktik umum untuk menggunakan penelitian

sebelumnya untuk memperkirakan kuota atau ukuran sampel yang

sesuai untuk pengambilan sampel (Quota sampling). SDN Gending

1 diharapkan dapat menggeneralisasi populasi saat ini sebanyak 36

siswa di kelas 6A dan 6B.

C. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian adalah alat atau

sarana yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data guna

mempermudah pekerjaannya dan menghasilkan hasil yang lebih baik,

yaitu lebih akurat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(2002: 136). Penelitian ini menyelidiki tentang “Hubungan Wawasan

Kebangsaan Dengan Karakter Cinta Tanah Air”.

Ada dua instrumen yang dibuat sehubungan dengan judul peneliti,

yaitu:

a. Angket pemahaman wawasan kebangsaan, dan

b. Angket karakter cinta tanah air.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam membuat

instrumen penelitian berdasarkan informasi yang diberikan di atas:

1) Metode Angket

(2003: 52-53) Menurut Riduwan, kuesioner adalah formulir

pemesanan yang diisi oleh pengguna dan dikembalikan oleh

26
orang yang mengisinya. Menurut Suharsimi Arikunto, survei

digunakan untuk mengumpulkan data dari responden dengan

meminta mereka mengisi laporan tentang diri mereka sendiri atau

hal-hal yang mereka ketahui (2006:151).

Daftar pertanyaan atau angket didefinisikan oleh Sonny

Sumarsono (2004:81) sebagai “daftar tertulis yang berisi berbagai

macam pertanyaan mengenai materi pelajaran tertentu, untuk

dijawab secara tertulis”. Sementara itu,

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kuesioner

adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada orang lain tentang

topik tertentu agar tanggapan mereka dicatat dalam database.

Untuk mengumpulkan data tentang variabel bebas, peneliti

menggunakan metode angket.

Angket yang digunakan peneliti sebagai berikut:

a. Kuesioner tertutup hanyalah nama lain untuk survei pilihan

ganda.

b. Kuesioner yang telah diisi dimaksudkan untuk bersifat

terbuka.

c. Responden cukup menandai kolom yang sesuai pada daftar

periksa.

d. Skala penilaian adalah pertanyaan dengan kolom yang

menunjukkan level, seperti "Sangat setuju" hingga "Sangat

tidak setuju", yang diikuti dengan rentang nilai.

27
Untuk penelitian ini digunakan kuesioner tertutup, artinya

responden diminta untuk menandai jawaban yang paling

mencerminkan karakteristik pribadinya (V).

Saat membuat kuesioner, ini adalah langkah-langkahnya:

a) Melakukan spesifikasi data-data sumber

Langkah pertama dan terpenting sebelum penyusunan

kuesioner adalah spesifikasi data dan sumbernya. Hal ini

dilakukan untuk menentukan aspek apa yang akan diukur dan

siapa respondennya. Yang akan dianalisis adalah:

a) Pemahaman wawasan kebangsaan sebagai variabel X

b) Karakter cinta tanah air sebagai variabel Y

b) Menyusun angket

Penyusunan kuesioner dilakukan dengan prosedur:

a) Membuat item-item pertanyaan berdasarkan pada aspek

yang akan diukur

b) Penentuan bobot nilai

Alternatif jawaban dievaluasi dengan menggunakan angka

1-5, dan kemudian diberikan skor positif atau negatif.

Menurut pendapat Nana Syaodih (2006: 226), kategori

alternatif jawaban adalah “Sangat setuju, setuju, ragu-

ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju”.

Pedoman evaluasi kuesioner ini dapat ditemukan di sini:

28
 Pemberian bobot pernyataan positif adalah:

1. Jawaban SS diberi nilai 5

2. Jawaban S diberi nilai 4

3. Jawaban R diberi nilai 3

4. Jawaban TS diberi nilai 2

5. Jawaban STS diberi nilai 1

 Pemberian bobot pernyataan negatif adalah

1. Jawaban SS diberi nilai 1

2. Jawaban S diberi nilai 2

3. Jawaban R diberi nilai 3

4. Jawaban TS diberi nilai 4

5. Jawaban STS diberi nilai 5

1. Mengadakan Uji Coba Angket

a. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 67-69) macam-macam

validitas adalah ”Validitas isi, konstruksi, ada dan validitas prediksi.

Hal tersebut dapat dijelaskan:

29
1) Tes yang memenuhi validitas isi memiliki tujuan khusus yang

berkaitan dengan materi pelajaran yang dianalisis, yaitu memiliki

unsur-unsur tertentu.

2) Tes dianggap valid ketika mengukur semua aspek berpikir, seperti

yang didefinisikan oleh TIK atau konsep, menurut validitas

konstruksi (validitas konstruk).

3) Ketepatan dalam bidang yang sama Ada dua jenis validitas, yang

pertama disebut validitas empiris, dan yang kedua disebut

validitas induktif.

4) Validitas prediktif mengacu pada kemampuan tes untuk

meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan meskipun fakta

bahwa peristiwa tersebut belum terjadi.

Validitas konstruksi digunakan dalam penelitian ini karena

menggunakan angket yang memuat beberapa indikator untuk

mengukur seluruh aspek berpikir, diantaranya pemahaman wawasan

kebangsaan dengan karakter cinta tanah air pada siswa kelas VI SDN

Gending 1.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang

kebanggaan nasional dan patriotisme, indikator berikut digunakan

untuk membuat item kuesioner:

30
Tabel 1. Kisi-kisi angket wawasan kebangsaan

No Variabel Indikator No. Item Jum.


(X) Instrumen Item

1. Pemahaman Pemahaman tentang wawasan 3, 4, 7, 20 4


Wawasan kebangsan
Kebangsaan di
Dalam Kelas
Wawasan kebangsaan sebagai 2, 5, 9, 10, 8, 17 6
persatuan Indonesia

2. Pemahaman Wawasan kebangsaan sebagai 1, 11, 12, 13, 6


Wawasan kesadaran nasional 14, 18
Kebangsaan di Luar
Kelas
Wawasan kebangsaan sebagai jati 6, 15, 16, 19 4
diri bangsa
Tabel 2. Kisi-kisi angket karakter cinta tanah air

No Variabel Indikator No. Item Jum.


Instrumen item
(Y)

1. Karakter Cinta Tanah Mengatur perilaku dan bersikap 3, 2, 13, 15, 17, 6
Air di Dalam Kelas sesuai tata tertib peraturan yang 1
yang berlaku di sekolah, keluarga
dan masyarakat

Mencintai produk dalam negeri 16, 6, 10, 12, 7 5

2. Karakter Cinta Tanah Cinta tanah air budaya dan 18, 4, 5, 14 4


Air di Luar Kelas mengenal budaya luar

Menghargai keyakinan orang lain 8, 9, 11, 19, 20 5


dan menempatkan diri dengan
baik

Berbeda dengan lembar tes nasionalisme (Lampiran 2), lembar tes

angket karakter cinta tanah air (Lampiran 3) berisi 20 pertanyaan dan

pernyataan (Lampiran 3).

31
Kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum dapat

digunakan untuk penelitian. Siswa kelas enam menjadi subjek percobaan.

Untuk menentukan validitas item kuesioner, digunakan rumus

product moment Pearson.

rxy= ∑xy
√(∑ x ²)(∑ y ²)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y


∑x² = jumlah skor kuadrat skor x
∑y² = jumlah skor kuadrat skor y
(Sugiyono 2010:259)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas didefinisikan oleh Suharsimi Arikunto

(2002:154) sebagai “ketepatan suatu tes ketika subjek yang sama

diuji”. Misalnya, istilah "keandalan" digunakan untuk

menggambarkan konsistensi hasil pengukuran ketika diulang dua

kali atau lebih. (1) Rumus Spearman Brown (2) Rumus Flanagan

(3) Rumus Rulon (4) Rumus K-R.20, (5) Rumus K-R21 (6) Rumus

Hoyt (7) dan Rumus Alpha (2002:156) adalah pencarian untuk

keandalan menurut Suharsimi Arikunto (2002:156)

Keandalan kuesioner akan dinilai dalam penelitian ini.

Pertama, digunakan teknik Korelasi Product Moment, dilanjutkan

dengan rumus Alpha Cronbach yang dikemukakan oleh Suharsimi

32
Arikunto pada tahun 2006 dengan rumus:

[ ][ ∑ σb
]
2
k
1− 2
k −1 σt
r11 =

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians butir
2
σt = varian total
1 = 1,2,3,4...n

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Data tentang variabel independen dan dependen, serta korelasinya,

akan dikumpulkan:

a. Variabel Bebas X

Variabel bebas yaitu pemahaman wawasan kebangsaan

1) Definisi Variabel

Cara pandang suatu bangsa terhadap dirinya sendiri dan

lingkungannya, serta bagaimana ia mengekspresikan dirinya

dalam lingkungan yang terus berubah, disebut sebagai

"wawasan nasional".

2) Indikator dari wawasan kebangsaan antara lain:

33
a. Pentingnya menghargai persatuan bangsa dan negara,

serta pengorbanan diri individu dan kelompok demi

keutuhan bangsa dan negara, serta kebanggaan terhadap

warisan dan warisan Indonesia sebagai anggota bangsa

Indonesia.

b. Kesadaran nasional yang meliputi: tekad yang kuat

untuk membangun bangsa, pandangan hidup bangsa.

c. Jati diri bangsa yang meliputi: memiliki dan mengolah

unsur-unsur budaya, menumbuh kembangkan dan

melestarikan budaya bangsa Indonesia.

b. Variabel Terikat Y

Variabel terikat yaitu karakter cinta tanah air

1) Definisi Variabel

Kesetiaan, kebanggaan, kepedulian dan rasa hormat terhadap

bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya bangsa

sendiri adalah semua sifat yang menunjukkan cinta seseorang

terhadap tanah airnya, dan mereka tidak akan tergoda oleh

tawaran dari negara lain yang dapat merugikan negaranya

sendiri. bangsa. Definisi patriotisme yang lebih konkrit

adalah keinginan seorang warga negara untuk mengabdi,

memelihara, dan membela negaranya dari segala bahaya dan

gangguan.

2) Indikator karakter cinta tanah air

34
a. Mencintai produk dalam negeri

b. Cinta tanah air budaya dan mengenal budaya Indonesia

c. Menghargai keyakinan dan perbedaan orang lain dengan

baik

d. Bersikap dan berperilaku yang baik

E. Teknik Analisis Data

Menggunakan teknik analisis data merupakan salah satu cara

untuk menganalisis hasil penelitian. Metode non-statistik dan metode

statistik keduanya digunakan dalam analisis data penelitian. Data

kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini memerlukan

penggunaan metode statistik. Analisis korelasi sederhana digunakan

untuk analisis data. Tujuan dari analisis korelasi sederhana adalah

untuk mengidentifikasi model hubungan antara satu variabel terikat dan

satu variabel bebas. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan

untuk menganalisis data dalam penelitian ini :

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal,

maka dilakukan uji normalitas. Uji normalitas Chi Square didasarkan

pada persamaan berikut:

( f 0−f h )²
χ² = ∑
fh

Ket:

x² =koefisien Chi Kuadrat

35
f₀ =frekuensi yang diobservasi

fₕ =frekuensi yang diharapkan

(Syahril 2019:126)

Setelah menghitung menggunakan rumus Chi-Kuadrat, untuk

membandingkan hasil 𝒳2hitung dengan 𝒳2tabel sesuai dengan df untuk taraf

signifikan α 0,05 atau α 0,01. Untuk menentukan df yaitu, df=(banyak

baris – 1) dikalikan (banyak kolom – 1).

Ketentuan:

a) Jika 𝒳2hitung ≥ 𝒳2tabel Ho diterima;Ha ditolak

b) Jika 𝒳2hitung ≤ 𝒳2tabel Ho ditolak;Ha diterima

2. Uji Linieritas

Setelah menentukan persamaan garis regresi, maka pengujian

hipotesis hubungan antar variabel dilakukan dengan menentukan ada

tidaknya hubungan. Pada variabel bebas wawasan kebangsaan

diterapkan linearitas. Sifat karakter keterikatan pada tanah kelahiran

seseorang berfungsi sebagai variabel dependen. Menurut Sugiyono

(2010:286), rumus untuk menentukan linier atau tidak adalah:

Freg = R² (N – m – 1)
m(1- R²)

Keterangan:
Freg =harga garis korelasi
N =cacah halus
m =cacah prediktor
R =koefisien korelasi

36
Misalnya, setelah menemukan harga F, maka dikorelasikan

dengan harga F di tabel sebesar 5 persen. Misalnya, jika Fhitung lebih

kecil dari Ftabel (Ft), hubungan kriteria dan prediktor adalah linier.

Hubungan kriteria-prediktor adalah non-linier jika Fhitung (Fa) lebih

besar dari Ftabel (Ft).

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dimulai setelah prasyarat yang diperlukan

terpenuhi. Untuk penelitian ini, digunakan teknik analisis korelasi

sederhana, dengan langkah-langkah di bawah ini, untuk membuktikan

hipotesis yang diajukan:

a. Rumus Pearson Product Moment dapat digunakan untuk mencari

koefisien korelasi sederhana antara dua variabel, X dan Y:

rxy= ∑xy
√(∑ x ²)(∑ y ²)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y


∑x² = jumlah skor kuadrat skor x
∑y² = jumlah skor kuadrat skor y
(Sugiyono 2010:259)
Ho diterima, tetapi Ha ditolak jika rhitung lebih kecil dari rtabel

(Fhitung Ftabel). Namun jika Fhitung melebihi Ftabel (Fhitung

Ftabel), maka Ha diterima (Sugiyono, 2010:261).

Penafsiran (Sugiyono, 2010:257) dapat dijadikan sebagai tolak ukur

tinggi rendahnya koefisien korelasi:

37
Tabel 3. Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

Dengan berpedoman pada tabel di atas, maka harga F dapat

dikonsultasikan.

b. Uji keberartian koefisiensi Korelasi


2
t = r ( N −1 )
1−r ²
(Suharsimi Arikunto, 2006: 294)
Keterangan:
t = uji keberartian
r = koefisien korelasi
N = jumlah sampel
Jika thitung ≥ ttabel maka koefisien korelasinya berarti, sebaliknya jika thitung ≤

ttabel maka koefisien korelasinya tidak berarti.

4. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata atau uji-t digunakan untuk mengetahui

persamaan persamaan pengetahuan awal dari kedua sampel, yakni wawasan

kebangsaan dengan karakter cinta tanah air. Data yang akan digunakan yakni

diambil melalui nilai kemampuan atau pengetahuan sebelum perlakuan.

38
Dalam penelitian ini peneliti dibantu SPSS 19 guna mengukur kesamaan dua

rata-rata.

Ketentuan Hipotesis:

H0 : μ1 = μ2 (rata-rata kemampuan awal siswa pada ke dua kelas tidak

berbeda signifikan)

H0 : μ1 ≠ μ2 (rata-rata kemampuan awal siswa pada kedua kelas

berbeda signifikan)

(Apipah, 2021: 70)

Pasangan hipotesis 0 (nol) dan hipotesis alternatif yang akan diuji ialah

sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat hubungan antara pemahaman wawasan kebangsaan

dengan karakter cinta tanah air pada peserta didik kelas VI SDN Gending

1.

H1: Terdapat hubungan antara pemahaman wawasan kebangsaan dengan

karakter cinta tanah air pada peserta didik kelas VI SDN Gending 1.

Ketentuan:

a) Jika probabilitas atau signifikasi > 0,05 maka H0 diterima

b) Jika probabilitas atau signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak

39
40
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Untuk setiap variabel dalam penelitian Anda, Anda perlu menggambarkan

data yang dikumpulkan. Penting untuk diketahui bahwa ada dua variabel

dalam penelitian ini, yaitu wawasan kebangsaan (X) sebagai variabel

bebas dan cinta tanah air (Y).

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana data ditata:

1. Variabel Pemahaman Wawasan Kebangsaan

Skor tertinggi adalah 150, dan skor terendah adalah 84, seperti

yang ditunjukkan pada distribusi frekuensi pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Distribusi frekuensi data Pemahaman Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 84 1 2.8 2.8 2.8


88 1 2.8 2.8 5.6

89 1 2.8 2.8 8.3

90 1 2.8 2.8 11.1

95 2 5.6 5.6 16.7

97 2 5.6 5.6 22.2

98 1 2.8 2.8 25.0

99 2 5.6 5.6 30.6

100 3 8.3 8.3 38.9

103 2 5.6 5.6 44.4

106 2 5.6 5.6 50.0

107 1 2.8 2.8 52.8

109 1 2.8 2.8 55.6

111 1 2.8 2.8 58.3

41
117 1 2.8 2.8 61.1

119 1 2.8 2.8 63.9

120 1 2.8 2.8 66.7

122 1 2.8 2.8 69.4

124 1 2.8 2.8 72.2

128 1 2.8 2.8 75.0

131 1 2.8 2.8 77.8

133 1 2.8 2.8 80.6

134 1 2.8 2.8 83.3

135 1 2.8 2.8 86.1

137 1 2.8 2.8 88.9

138 1 2.8 2.8 91.7

140 1 2.8 2.8 94.4

145 1 2.8 2.8 97.2

150 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0


Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan

program SPSS 19 diperoleh Mean= 112,47; Median= 106,50;

Mode= 100; Sum= 4049.

Distribusi frekuensi di atas dapat dilihat dalam grafik dibawah


3.5
ini:
3

2.5

1.5

0.5

0
84 89 95 98 1 0 0 1 0 6 1 0 9 1 1 7 12 0 12 4 13 1 13 4 13 7 14 0 1 5 0

Gambar 1. Grafik Histogram Pemahaman Wawasan Kebangsaan

42
2. Variabel Karakter Cinta Tanah Air

Tabel di bawah ini menunjukkan berapa banyak orang yang

mendapat skor 120 atau lebih rendah pada skala 100 hingga 120

ketika mereka diminta untuk menilai tingkat kecintaan mereka

pada negara mereka.

Tabel 5. Distribusi frekuensi data Karakter Cinta Tanah Air

Karakter Cinta Tanah Air

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 80 1 2.8 2.8 2.8

82 1 2.8 2.8 5.6

85 2 5.6 5.6 11.1

96 2 5.6 5.6 16.7

97 2 5.6 5.6 22.2

98 1 2.8 2.8 25.0

99 3 8.3 8.3 33.3

100 4 11.1 11.1 44.4

101 1 2.8 2.8 47.2

102 1 2.8 2.8 50.0

104 1 2.8 2.8 52.8

105 2 5.6 5.6 58.3

106 1 2.8 2.8 61.1

107 2 5.6 5.6 66.7

108 2 5.6 5.6 72.2

109 1 2.8 2.8 75.0

110 1 2.8 2.8 77.8

111 1 2.8 2.8 80.6

112 1 2.8 2.8 83.3

113 2 5.6 5.6 88.9

115 2 5.6 5.6 94.4

117 1 2.8 2.8 97.2

120 1 2.8 2.8 100.0

43
Total 36 100.0 100.0

Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program

SPSS 19 diperoleh Mean= 102,81; Median= 103,00; Mode= 100;

Sum= 3701.

Distribusi frekuensi di atas dapat dilihat dalam grafik dibawah ini:

4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
80 85 97 99 10
1
10
4
10
6
10
8
11
0
11
2
11
5
12
0

Gambar 2. Grafik Histogram Karakter Cinta Tanah Air

B. Analisa Data

1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengkajian tentang apakah variabel yang

bersangkutan dalam penelitian mengikuti kurva atau tidak.

Langkah pertama perhitungan uji normalitas chi kuadrat adalah

membuat tabel kerja, kemudian memerlukan perhitungan sesuai

44
langkah dan rumusnya. Adapun hasil yang diperoleh masing-

masing data yakni:

a. Uji Normalitas Pemahaman Wawasan Kebangsaan

Tabel 6. Tabel penolong untuk Pengujian Wawasan Kebangsaan

Interval Fo Fh Fo-Fh (Fo-Fh)² (Fo-Fh)²

Fh
84 1 0 1 1 34,03
88 1 0 1 1 34,03
89 1 0 1 1 16,06
90 1 0 1 1 16,06
95 1 0 2 4 32,11
97 1 0 2 4 68,06
98 1 0 1 1 10,08
99 2 0 2 3 14,22
100 3 0 3 9 102,08
103 2 0 2 4 68,06
106 2 0 2 4 68,06
107 1 0 1 1 16,06
109 1 0 1 1 34,03
111 1 0 1 1 16,06
117 1 0 1 1 16,06
119 1 0 1 1 34,03
120 1 0 1 1 34,03
122 1 0 1 1 34,03
124 1 0 1 1 34,03
128 1 0 1 1 16,06
131 1 0 1 1 16,06
133 1 0 1 1 34,03
134 1 0 1 1 34,03
135 1 1 0 0 0,00
137 1 0 1 1 0,00
138 1 0 1 1 0,00
140 1 0 1 1 0,00
145 1 0 1 1 0,00
150 1 0 1 1 0,00
Jumlah 36 781,31
Chihitung menunjukkan 781,31 sedangkan Chitabel 14,06. Hasil

perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Chihitung lebih besar dari

Chitabel atau 781,31 ≥ 14,06. Sehingga dapat dinyatakan bahwa data

45
tentang pemahaman wawasan kebangsaan mengikuti distribusi

normal.

b. Uji normalitas Karakter Cinta Tanah Air

Tabel 7. Tabel penolong untuk Pengujian Karakter Cinta Tanah Air

Interval Fo Fh Fo-Fh (Fo-Fh)² (Fo-Fh)²

Fh
80 1 0 1 1 34,03
82 1 0 1 1 34,03
85 2 0 2 4 68,06
96 2 0 2 4 68,06
97 2 0 2 4 32,11
98 1 0 1 1 16,06
99 3 0 3 9 102,08
100 4 0 4 14 64,22
101 1 0 1 1 10,08
102 1 0 1 1 16,06
104 1 0 1 1 16,06
105 2 0 2 4 68,06
106 1 0 1 1 34,03
107 2 0 2 4 68,06
108 2 0 2 4 68,06
109 1 0 1 1 34,03
110 1 0 1 1 34,03
111 1 0 1 1 34,03
112 1 0 1 1 34,03
113 2 0 2 4 68,06
115 2 0 2 4 68,06
117 1 0 1 1 34,03
120 1 0 1 1 34,03
Jumlah 36 1039,31

Chihitung menunjukkan 1039,31 sedangkan Chitabel

14,06. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa

Chihitung lebih kecil dari Chitabel atau 1039,31 ≥ 14,06.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa data tentang karakter

cinta tanah air mengikuti distribusi normal

46
2. Hasil Uji Linieritas

Tujuan dari uji linieritas ini adalah untuk memastikan

apakah model persamaan linier yang dihasilkan sudah sesuai

dengan kebutuhan kita. Untuk uji linieritas, perlu menyiapkan data

yang sama dan kemudian melakukan perhitungan dengan

menggunakan langkah dan rumus yang ditentukan. Adapun hasil

uji linieritas data tentang pemahaman wawasan kebangsaan (X)

dengan karakter cinta tanah air (Y) ialah:

Dari hasil perhitungan uji linier pemahaman wawasan

kebangsaan (X) terhadap karakter cinta tanah air (Y) diperoleh

Fhitung= 2,144, Ftabel= 2,37. Sehingga Fhitung lebih besar dari Ftabel atau

2,144 ≥ 2,37, maka hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti

persamaan yang diperoleh antara pemahaman wawasan

kebangsaan (X) dan karakter cinta tanah air (Y) tidak linier.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah prosedur yang digunakan untuk memverifikasi

validitas hipotesis yang dirumuskan sebelumnya. Langkah-langkah yang

perlu dijabarkan dalam pengujian hipotesis ada 4 (empat), ialah:

1. Pengujian Hasil Analisis Data

Dihipotesiskan bahwa “ada hubungan positif dan signifikan antara

pemahaman nasionalisme dengan karakter cinta tanah air pada

siswa kelas VI SDN Gending 1” dalam penelitian ini. Analisis

47
Korelasi Product Moment dari Pearson digunakan untuk mengelola

tes dalam penyelidikan ini.

a. Menentukan Koefisien Korelasi Antara Variabel X dan Y

Setelah dilakukan perhitungan, koefisien korelasi

antara variabel X dan variabel Y diperoleh harga rxy = 2,583

sedangkan untuk N = 36 dengan probabilitas 0,05 di dapat

Ftabel = 3,28 sehingga Fhitung ≥ Ftabel atau 2,583 ≥ 3,28. Berarti

hipotesis nol (Ho) ditolak. Jadi ada hubungan yang

signifikan antara pemahaman wawasan kebangsaan dengan

karakter cinta tanah air.

b. Uji keberartian Koefisien Korelasi

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung = 1,607.

Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai ttabel dengan N =

36 dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 203,452. Karena t hitung

≤ ttabel atau 1,607 ≤ 203,452 maka koefisien korelasinya

tidak berarti.

48
Karakter
Wawasan Cinta Tanah
Kebangsaan Air

Wawasan Pearson 1 -.266


Kebangsaan Correlation

Sig. (2-tailed) .117

N 36 36
Karakter Cinta Pearson -.266 1
Tanah Air Correlation

Sig. (2-tailed) .117

N 36 36

Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi diatas

sebesar 0,266. Berdasarkan pedoman nilai interprestasi

korelasi nilai berada pada rentang “0,20 – 0,399” yang

berarti tingkat hubungan pemahaman wawasan kebangsaan

dengan karakter cinta tanah air terasuk pada tingkat

hubungan yang rendah.

2. Penafsiran Pengujian Hipotesis

Dari hasil analisis data dengan pengujian hipotesis dapat

ditafsirkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pemahaman wawasan kebangsaan dengan karakter cinta tanah air.

Diperoleh Fhitung sebesar 2,583 yang kemudian dikonsultasikan

dengan Ftabel dengan N = 36 dan taraf signifikansi 0,05 sebesar

3,28. Karena Fhitung ≥ Ftabel atau 2,583 ≥ 3,28 ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara pemahaman wawasan kebangsaan

dengan karakter cinta tanah air.

49
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

Ada hubungan yang signifikan dan positif antara

pemahaman wawasan kebangsaan dengan karakter cinta tanah air,

karena Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 2,583 ≥ 3,28 sedang dalam

uji keberartian juga menunjukkan bahwa thitung ≤ ttabel atau 1,607 ≤

203,452 dengan demikian hipotesis alternative (Ha) diterima dan

hipotesis nol (Ho) ditolak maka dinyatakan berarti.

D. Pembahasan

Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara karakter

cinta tanah air dengan pemahaman wawasan kebangsaan, berdasarkan

hasil penelitian topik ini..

Dalam hasil pengujian hipotesis korelasi antara pemahaman

wawasan kebangsaan dengan karakter cinta tanah air diperoleh harga

koefisien korelasi sebesar 2,583. Setelah dikonsultasikan dengan F tabel =

3,28 maka rxy lebih besar dari Ftabel atau 2,583 ≥ 2,38. Dengan demikian

dapat disimpulkan ada hubungan antara pemahaman wawasan kebangsaan

dengan karakter cinta tanah air.

Sikap siswa terhadap tanah air mereka, yang mereka lihat sebagai

tempat pertumpahan darah mereka, identitas nasional mereka, dan simbol

negara bangsa mereka, terkait erat dengan rasa kebangsaan mereka.

Sebagai hasil dari kesamaan sejarah, budaya, dan aspirasi bangsa

Indonesia, unsur-unsur ini telah diinternalisasikan sebagai kebenaran

50
bersama dan telah menimbulkan rasa komunitas budaya dan sejarah.

Multinaturalisme mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia jika nilai-

nilai dan ikatan bersama tidak terus-menerus dipantau dan dikelola.

Penalaran tentang apa artinya menjadi warga negara dan apa

artinya menjadi bagian dari suatu bangsa akan melahirkan nasionalisme,

demikian juga dengan merasionalkan rasa memiliki terhadap negaranya.

Telah diterima secara luas bahwa nasionalisme, sebagaimana diungkapkan

dalam Sumpah Pemuda 1928, adalah faktor terpenting dalam menyatukan

perbedaan yang ada, dan bahwa kemerdekaan hanya dapat dicapai jika ada

persatuan yang kuat.

Selain kohesi, nasionalisme Indonesia didasarkan pada rasa hormat

yang mendalam terhadap warisan budaya negara yang kaya. Pelestarian

dan pengembangan keanekaragaman adalah tujuan persatuan Indonesia,

bukan sebaliknya. Ini adalah sistem kepercayaan yang didasarkan pada

penolakan terhadap pra-eminentisme, sentralisasi, dan ketidakadilan sosial.

Pelajaran terpenting yang dapat diambil dari nasionalisme adalah gagasan

bahwa setiap orang diperlakukan sama di bawah hukum. Berkembangnya

semangat kebangsaan yang ditandai dengan keinginan yang tulus untuk

membela dan kesediaan untuk berkorban demi negara dan negara akan

dibantu oleh pemahaman yang lebih baik tentang nasionalisme Indonesia.

Dengan berkembangnya lingkungan strategis, maka semangat kebangsaan

akan semakin sulit untuk berhasil menyatukan segala macam perbedaan

karena melemahnya ikatan dan nilai kebersamaan yang ada.

51
Adat dan non-pribumi adalah contoh yang baik tentang bagaimana

ikatan dan nilai-nilai nasional Indonesia melonggar tanpa disadari, seperti

istilah-istilah seperti Jawa – Luar Jawa, Indonesia Timur-Barat dan Adat.

Visi nasional Indonesia yang kuat tidak dapat dicapai dengan melakukan

hal-hal tersebut, karena justru kontraproduktif dan dapat memecah belah

negara.

Karenanya harus dilakukan upaya untuk menanamkan pada setiap

anak Indonesia rasa persatuan dan kebersamaan yang kuat di antara

anggota masyarakat, tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan,

karena primordialisme dan eksklusivitas hanya akan merusak persatuan.

Sebaliknya, upaya harus dilakukan untuk menanamkan pada anak-anak

semboyan bahwa suka dan duka anggota masyarakat harus dibagi oleh

semua.

Menanamkan sifat-sifat tersebut dalam benak setiap warga negara

akan membantu bangsa dan negara Republik Indonesia tumbuh lebih kuat

dan lebih maju, sebagai bangsa yang bersatu atau terpadu dapat

melaksanakan rencana pembangunannya tanpa hambatan dan tangguh

dalam menghadapi tantangan. potensi bahaya bagi diri sendiri atau orang

lain. Kita dapat mengelola perubahan dan pembaruan dalam berbagai

aspek tanpa konflik dan guncangan besar jika kita memiliki rasa

patriotisme yang kuat. Selain itu, rasa identitas dan kepercayaan nasional

yang kuat dipupuk oleh keterikatan yang mendalam dengan tanah air

52
seseorang, yang memungkinkan pendekatan yang lebih inklusif terhadap

pembangunan nasional.

Dengan demikian berarti wawasan kebangsaan sangat menentukan

sikap siswa khususnya dalam rangka usaha mewujudkan karakter cinta

tanah air. Jadi semakin tinggi pemahaman wawasan kebangsaan semakin

tinggi pula sikap cinta tanah air, sebaliknya semakin rendah pemahaman

wawasan kebangsaan semakin rendah pula sikap cinta tanah air.

Berdasarkan analisis di atas maka untuk memahami wawasan

kebangsaan tidak terlepas dari peranan guru dalam proses belajar

mengajar. Pemahaman nilai-nilai kebangsaan oleh peserta didik akan

mencerminkan wawasan kebangsaan bagi peserta didik tersebut, dapat

membangkitkan semangat cinta tanah air dan kebangsaan nasional atas

hasil perjuangan para pendahulunya. Hal ini dapat memberi motivasi pada

peserta didik dalam rangka pembentukan karakter bangsa yang akan

membentuk sikap cinta tanah air. Oleh karena itu guru selalu

mengembangkan diri dalam pembelajaran baik dalam penggunaan metode

maupun materi yang disampaikan kepada peserta didik khususnya dalam

rangka menanamkan karakter cinta tanah air tersebut.

53
54
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara pemahaman

wawasan kebangsaan dengan karakter cinta tanah air kelas VI di

SDN Gending 1. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil yang diperoleh

bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel yaitu 2,583 ≥ 3,28 pada taraf

signifikansi 0,05 dan dalam uji keberartian juga menunjukkan bahwa

thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,607 ≤ 203,452 pada taraf

signifikansi 0,05 sehingga hipotesis alternative (Ha) diterima dan

hipotesis nol (Ho) ditolak maka dinyatakan berarti da nada hubungan

yang signifikan dan positif.

B. Saran

Rekomendasi penulis adalah sebagai berikut berdasarkan temuan di

atas:

1. Bagi Peserta Didik

Siswa harus mampu memahami pentingnya memiliki

perspektif global. Kedamaian seluruh bangsa dapat dijamin dengan

menyatukan semua warga negara di bawah seperangkat hak dan

tanggung jawab bersama yang dijamin oleh hukum.

55
2. Bagi Pendidik

Wawasan kebangsaan berperan dalam menumbuhkan rasa

patriotisme. Partisipasi guru diharapkan dapat menginspirasi siswa

untuk belajar lebih banyak tentang sejarah negara mereka sehingga

mereka dapat mengembangkan rasa patriotisme yang kuat.

56

Anda mungkin juga menyukai