Anda di halaman 1dari 28

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya,
suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa
Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai masalah yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia mulai dari masalah kemiskinan,
pengangguran, dan terorisme, dan lain-lain. Salah satunya adalah
rendahnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Rendahnya rasa
nasionalisme bangsa Indonesia dikarenakan masyarakat lebih
memilih untuk kelangsungan hidupnya daripada memikirkan untuk
kepentingan negaranya. Tinggi atau rendahnya rasa nasionalisme
juga dipengaruhi oleh budaya-budaya barat yang sangat muda
masuk dan mempengaruhi budaya Indonesia.
Rasa Nasionalisme sangat penting sekali bagi bangsa
Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang
modern, bangsa yang aman dan damai adil dan sejahtera. Tetapi hal
itu bisa terwujud jika adanya rasa nasionalisme yang tinggi
dimasyarakat Indonesia yang telah dibuktikan dan
Memproklamasikan Kemerdekaan republik Indonesia dengan
semangat juang yang tinggi. Seperti yang diketahui bahwa salah
satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini
adalah memudarnya rasa Nasionalisme dikalangan generasi muda
khususnya mahasiswa.

Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang


masuk, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan
budaya sendiri karena

menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern


4

dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur


bangsa banyak diabaikan oleh kebanyakan generasi muda.
Berbagai permasalahan yang timbul akibat berkurangnya rasa
nasionalisme adalah, banyaknya generasi muda yang mengalami
disorientasi, dan terlibat pada suatu kepentingan yang hanya
mementingkan diri pribadi.
Namun yang menjadi permasalahan pada saat ini bahwa
rasa nasionalisme sudah semakin pudar khusunya dikalangan
generasi muda (mahasiswa) sebagai agen perubahan dalam
membawa bangsa ini ke masa depan cerah atau sebaliknya.
Mahasiswa memiliki pengaruh besar dalam suatu negara, karena
mahasiswa adalah masa depan suatu bangsa. Kualitas suatu negara
akan terlihat dari bagaimana generasi mudanya memberikan
kontribusi yang baik dalam segala bidang kehidupan. Dengan
demikian mahasiswa sebagai insan intelektual sangat diharapkan
untuk memiliki sikap bangga terhadap negaranya dan sikap yang
berani menunjukkan pribadi sebagai panutan di depan dalam
pembangunan bangsa karena merekalah yang akan menjadi
generasi emas bangsa Indonesia. Untuk itu para generasi muda
khususnya mahasiswa perlu meningkatkan rasa nasionalisme dan
cinta tanah air. Karena rasa nasionalisme dan cinta tanah air sangat
diperlukan untuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.
Rendahnya rasa nasionalisme suatu bangsa sangat
mempengaruhi karakter bangsa itu sendiri. Karena karakter bangsa
merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan negara, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesehjahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam hal ini untuk mengatasi memudarnya rasa
Nasionalisme dikalangan generasi muda khususnya dikalangan
mahasiswa perlu ditingkatkan penanaman karakter bangsa di
5

kalangan generasi muda khususnya mahasiswa, karena Karakter


adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang dibuatnya.
Sehubungan dengan hal tersebut bahwa Pembangunan
karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan
karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat
yang Ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil
dan beradap, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang
dipinpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembentukan
karakter bangsa harus dimulai dari individu anggota-anggota
masyarakat, karena masyarakat adalah kumpulan individu yang
hidup disatu tempat dengan nilai-nilai yang merekatkan mereka.
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu yang
terbentuk berdasarkan tujuan hidup yang hendak mereka capai. Ini
karena individu lahir dalam keadaan hampa budaya, lalu
masyarakatlah yang membentuk budaya dan nilai-nilai, yang lahir
dari pilihan dan kesepakatan mereka. Membentuk karakter
individu bermula dari pemahaman tentang diri sebagai manusia,
potensi positif dan negatifnya, serta tujuan kehadirannya di pentas
bumi ini.
Pembangunan karakter bangsa adalah upayah kolektif suatu
negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan nilai-nilai pancasila, norma UUD 1945, keberagaman
dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika dan komitmen NKRI bahwa
untuk kemajuan Negara Republik Indonesia, diperlukan karakter
yang tangguh, kompetitif, berakhlakmulia, bermoral, bertoleran,
6

bergotongroyong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi


Ipteks berdasarkan Panasila dan dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan pengertian karakter menurut, menteri
Pendidikan Nasional dalam buku pendidikan karakter dalam
pembangunan bangsa oleh Prayitno dan Manullang (2010:38)
menjelaskan bahwa karakter merupakan bagian integral yang
harus dibangun, agar generasi muda memiliki sikap dan pola pikir
yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar yang membuat
moral masyarakat semakin terkikis, akibat dari perkembangan
teknologi serta dunia maya dan diberbagai bidang kehidupan
bangsa.
Untuk meningkatkan rasa nasionalisme di kalangan
generasi muda khususnya mahasiswa perlu dibangun karakter
kebangsaan dimana Mahasiswa sebagai sosok generasi muda yang
menjalani pendidikan diperguruan tinggi, menanggung banyak
tugas yang harus diselesaikan seperti halnya Universitas Negeri
Medan yang merupakan salah satu universitas yang sangat
memperhatikan karakter. Dalam Mottonya Universitas Negeri
Medan “ The Character Building University “ yang dapat dilihat
dari 6 pilar karakter Universitas Negeri Medan yakni: 1.
Dipercaya, 2. Menghormati, 3. Memelihara Keadilan, 5.
Bertanggung
Jawab, 6. Kewargaan.
Tetapi pembangunan karakter bangsa yang sudah
diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum
terlaksana dengan optimal. Hal itu dapat dilihat dari semakin
meningkatnya krimanilitas, pelanggaran hak asasi manusia,
ketidakadilan hukum, pergaulan bebas, pornografi dan porno aksi,
tauran yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan,
serta korupsi yang kian merajalela menjadi racun disetiap sektor
kehidupan menunjukkan bahwa karakter sangat penting diperbaiki
7

karena melalui karakter khususnya atas karakter kebangsaan akan


dihasilkan generasi muda yang mampu membawa bangsa
Indonesia dalam kemajuan yang baik terhadap segala sektor. Hal
tersebut menunjukkan bangsa ini telah mengalami krisis moral
yang menegaskan terjadinya ketidakpastian jati diri dan karakter
bangsa.
Dalam hal ini mahasiswa dituntut harus dapat berpikir
secara kritis dan rasional terhadap suatu permasalahan. Mahasiswa
dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada dimasyarakat,
dengan kesempatan dan kelebihan yang dimiliki. Mahasiswa
adalah seorang agen pembawa perubahan menjadi seseorang yang
dapat memberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu
masyarakat ataupun bangsa. Untuk itu dalam membangun karakter
suatu bangsa diperlukan perilaku yang baik. Maka karakter
manusia merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan perjuangan
berbangsa dan bernegara guna terwujudnya masyarakat yang adil
dan makmur.bahwa mahasiswa adalah seseorang yang sedang
dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan sedang menjalani
pendidikan pada salah satu perguruan tinggi, maupun mahasiswa-
mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa yang dapat
diharapkan yaitu generasi yang cerdas dan berkarakter.
Dengan demikian mahasiswa diharuskan memiliki karakter
yang baik, namun kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini bahwa
mahasiswa banyak terjebak ke hal-hal yang negatif. Ini merupakan
masalah yang sangat besar yang menjadi perhatian dari semua
pihak.
Mahasiswa disebut pula sebagai generasi muda yang dapat
membawa kemajuan pada bangsa ini. Mahasiswa merupakan
generasi muda yang harus dapat membawa kemajuan bangsa dari
keterpurukan selama ini. Oleh karena itu diharapkan generasi
penerus bangsa yaitu para pelajar Indonesia khususnya mahasiswa
8

dapat menanamkan serta memupuk kecintaan pada tanah air,


menghayati dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 sehingga
memiliki kepribadian ataupun karakter yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
Sehubungan dengan hal tersebut, generasi muda sebagai
pilar bangsa diharapkan memiliki jiwa patriotisme dan
nasionalisme dengan tetap bertahan pada nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia meskipun diterpa oleh banyaknya budaya asing yang
masuk di negara Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila
diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring sehingga generasi
muda bisa menjadi generasi yang benar-benar cinta pada tanah air
Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa


faktor penyebab timbulnya masalah tersebut yang akan dijadikan
sebagai rumusan masalah yaitu bagaimanakah menumbuhkan dan
membangkitkan semangat rasa dan Nasionalisme sebagai warga
negara indonesia ?

C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan dan pembatasan masalah di
atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui menumbuhkan dan membangkitkan semangat rasa dan
Nasionalisme sebagai warga negara indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan pentingnya sebuah
penelitian untuk pengembangan ilmu atau pelaksanaan
pembangunan. Dan adapun yang menjadi manfaat penelitian pada
proposal ini yaitu :
1. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan khususnya dalam bidang
9

pengembangan pembangunan karakter

2. Bagi penulis untuk menambah wawasan tentang Kontribusi Pemahaman


Mahasiswa tentang Konsepsi Nasionalisme Indonesia Terhadap Karakter
Kebangsaan
3. Bagi ilmu pengetahuan sendiri dapat memperkaya gudang ilmu khususnya di
jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
4. Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca
10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN NASIONALISME
Kata “nasionalisme“ menurut bahasa Indonesia yaitu paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri; politik untuk membela pemerintahan sendiri;
sifat kenasionalan. Sedangkan dalam bahasa Arab, kata nasionalisme
menggunakan kata qaumiyah Secara terminologis, kata nasionalisme memiliki arti
“loyalitas dan kesetiaan kepada satu bangsa dan negara dengan meletakkan
kepentingan bangsa negara daripada kepentingan individu dan kelompok yang
diaktualisasikan dengan menjalin intregasi rakyat dalam kesatuan politik.
Yang pertama kali memperkenalkan paham kebangsaan kepada umat
Islam adalah Napoleon pada saat ekspedisinya ke Mesir. Lantas, seperti telah
diketahui, setelah Revolusi 1789, Perancis menjadi salah satu negara besar yang
berusaha melebarkan sayapnya. Mesir yang ketika itu dikuasai oleh para Kerajaan
dan berada di bawah naungan kekhalifahan Utsmani, merupakan salah satu
wilayah yang diincarnya. Walaupun penguasa-penguasa Mesir itu beragama
Islam, tetapi mereka berasal dari keturunan orang-orang Turki. Napoleon
mempergunakan sisi ini untuk memisahkan orang-orang Mesir dan menjauhkan
mereka dari penguasa dengan menyatakan bahwa orang-orang Mamluk adalah
orang asing yang tinggal di Mesir. Dalam maklumatnya, Napoleon
memperkenalkan istilah Al-Ummah Al-Mishriyah, sehingga ketika itu istilah baru
ini mendampingi istilah yang selama ini telah amat dikenal, yaitu Al-Ummah Al-
Islamiyah. Al-Ummah Al-Mishriyah dipahami dalam arti bangsa Mesir. Pada
perkembangan selanjutnya lahirlah ummah lain, atau bangsa-bangsa lain.
Dalam berbagai literatur ilmu-ilmu sosial, istilah nasionalisme berasal dari
bahasa Latin, yaitu natio yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran,
dan nasci yang berarti dilahirkan. Dengan demikian, nasionalisme dapat diartikan
sebagai bangsa yang bersatu karena faktor kelahiran yang sama.
Dewasa ini nation (bangsa) mengandung dua pengertian, yaitu bangsa
dalam arti kebudayaan dan bangsa dalam arti politik. Bangsa dalam arti
kebudayaan adalah suatu Cultural Unity, merupakan suatu persekutuan hidup
yang berdiri sendiri, dimana masing-masing anggota merasa satu kesatuan dalam
11

ras, bahasa, agama, sejarah, dan adat istuadat yang sama. Bangsa dalam pengertia
politik (kenegaraan) adalah suatu political unity, suatu kesatuan dimana masing-
masing anggota mungkin saja berbeda kebudayaan, adat istiadat atau
kebiasaannya Di dalam satu political unity terdapat banyak elemen dari beberapa
cultural unity, dan bisa pula terdiri dari satu cultural unity saja. Nasionalisme
secara harfiah berarti paham tentang bangsa atau paham kebangsaan, dan bangsa
yang dimaksud disini menurut Huszar dan Stevenson adalah “the natural and
desirable political unit”, kesatuan politik yang wajar dan diingini.
L. Stoddard memberi definisi sebagai berikut : “nationalism is belief, held
by a fairly large number of individuals, that they constitute a nationality”,
nasionalisme adalah satu keyakinan yang dimiliki bersama ole sejumlah besar
individu, bahwa ques mereka merupakan satu kebangsaaan, nationality).
Pengertian bangsa ini digambarkan dalam pikiran penganutnya sebagai rakyat
atau masyarakat yang bergabung bersama dan tersusun dalam satu pemerintahan
dan berdiam bersama dalam suatu daerah tertentu. Bila cita- cita nasional telah
menjadi kenyataan, maka terbentuklah suatu badan politik yang dikenal sebagai
Negara. Dalam perkembangannya, nasionalisme memiliki pengertian yang
beragam. Walaupun demikian, secara garis besar nasionalisme dapat
diklasifikasikan menjadi tiga pengertian. Pertama, nasionalisme adalah sebuah
ideologi sekaligus merupakan satu bentuk dari perilaku (behavior). Kedua,
nasionalisme adalah sebuah cita-cita yang ingin memberi batas antara ‘kita’ yang
sebangsa dengan ‘mereka’ dari bangsa lain. Ketiga, nasionalisme adalah dua sisi
antara politik dan etnisitas. Nasionalisme selalu memiliki elemen politik dan
subtansinya adalah sentimen etnik.
Nasionalisme secara konseptual memiliki makna yang beragam. Ada yang
mengartikan nasionalisme sebagai (1) kulturnation dan staatnation; (2) loyalitas
(etnis dan nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas budaya dan
bahasa, dan sebagainya.
Terminologi nasionalisme memiliki perbedaan dengan patriotisme,
chauvinisme dan primordialisme Patriotisme adalah sikap seseorang yang
bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah
airnya atau semangat cinta tanah air. Chauvinisme adalah paham (ajaran) cinta
12

tanah air secara berlebih-lebihan. Meskipun demikian, antara nasionalisme,


patriotisme dan chauvinisme sama-sama berkaitan dengan paham cinta tanah air
atau bangsa/negaranya dalam konteks lembaga negara bangsa (nation- state).
Secara fungsional, nasionalisme juga diartikan sebagai paham kebangsaan
yang timbul karena adanya persamaan nasib dan sejarah, dan kepentingan untuk
hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
Karenanya, nasionalisme sering dipandang sebagai ideologi pemelihara negara
bangsa). Sebagai sebuah ideologi, Smith menjelaskan ada tiga (3) sasaran utama
nasionalisme, yaitu: otonomi nasional, kesatuan nasional, dan identitas nasional.
Dalam pandangan nasionalis, suatu bangsa
nasionalisme menurut pandangan masing-masing tokoh, diantara tokoh-
tokoh tersebut yaitu:
a. Hans Kohn
Menururt Hans Kohn nasionalisme adalah suatu paham
yang menghendaki kesetiaan yang tertinggi dari rakyat kepada
negara dan bangsa.
b. Louis Snyder

Menurut Louis Snyder nasionalisme merupakan


percampuran dari berbagai gagasan sehingga menyatu pada taraf
tertentu dalam kurun sejarah.
c. Ernest Renan

Menururt Ernest Renan, nasionalisme adalah munculnya


keinginan menjadi satu bangsa karena ada kemauan untuk
bersatu.
d. Otto Bouer

Menurut Otto Bouer, nasionalisme muncul karena ada


persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib
yang sama.
13

e. Kedourie

Menurut Kedourie, nasionalisme adalah doktrin yang


berpretensi untuk memberikan satu kriteria dalam menentukan
unit penduduk yang ingin menikmati satu pemerintahan eksklusif
bagi dirinya, untuk melegitimasi pelaksanaan kekuasaan dalam
negara, dan untuk memberikan hak mengorganisasikan suatu
masyarakat negara.
f.Smith

Smith berpendapat bahwa nasionalisme adalah satu gerakan


ideologis untuk meraih dan memelihara otonomi, kohesi dan
individuality bagi satu kelompok sosial tertentu yang diakui oleh
beberapa anggotanya untuk membentuk atau menentukan satu
bangsa yang sesungguhnya atau yang berupa potensi saja.
g. Minogue

Menurut Minogue, nasionalisme merupakan gerakan politik


untuk memperoleh dan mempertahankan integritas politik, yakni
gerakan politik yang didasarkan pada perasaan tidak puas
sekelompok orang yang diungkapkan dengan tujuan untuk
menentang orang asing.
h. Gellner

Gellner berpendapat bahwa nasionalisme terutama


merupakan satu prinsip politik, yakni teori legitimasi politik yang
memerlukan batas etnis yang tidak melintasi politik.

i. Soekarno

Soekarno memberikan pengertian tentang nasionalisme


sebagai landasan dasar untuk menyatukan berbagai perbedaan,
baik perbedaan yang berasas etnis, agama, budaya dan cara
pandang kehidupan yang di khususkan pada konsep berbangsa
14

dan bernegara.
j. Hasyim Asy’ari

Hasyim Asy’ari, nasionalisme adalah konsep serta pola


pikir utama yang wajib dimengerti serta dijalankan oleh seorang
manusia,karena nasionalisme adalah qudroh ilahi yang haq.

B. WARGA NEGARA INDONESIA


Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari
suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin
pelaksanaannya. Secara yuridis, kewarganegaraan diatur dalam Undang-undang
(UU) No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan yang bukan warga negara adalah mereka yang
berada pada suatu negara, tetapi secara hukum tidak menjadi anggota negara yang
bersangkutan dan tunduk pada pemerintahan dimana mereka berada. Sesuai Pasal
2 UU No.12/2006, yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara.
Warga Negara Indonesia Berdasarkan Pasal 4 UU No.12/2006, Warga
Negara Indonesia adalah: Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan
negara lain sebelum Undang- Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara
Indonesia. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing. Anak yang lahir dari
perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara
Indonesia Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia.
15

Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan
belas) tahun atau belum kawin. Anak yang lahir di wilayah negara Republik
Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan
ibunya. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui. Anak yang lahir di wilayah
negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya. Anak yang dilahirkan di
luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan. Anak dari seorang
ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian
ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

Kewajiban Warga Negara


Kewajiban warga negara adalah tindakan atau perbuatan yang harus
dilakukan oleh seorang warga negara sebagaimana diatur dalam ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana diatur dan dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, contoh
kewajiban warga negara adalah:
 Pasal 23A: Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang. pasal ini
mengamanatkan tentang kewajiban membayar pajak.
 Pasal 27 ayat (1): Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
 Pasal 27 ayat (3): Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
16

 Pasal 28: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran


dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.
 Pasal 28J ayat (1): Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia
orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
 Pasal 28 J ayat (2): Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
 Pasal 30 ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam pertahanan dan keamanan Negara. Pasal 31 ayat (2): Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
 Pasal 33 ayat (3): Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

C. GENERASI MUDA
Secara bahasa pengertian pemuda adalah seorang laki–laki atau perempuan
yang sudah mencapai tahap dewasa. Frase paling sering didengar kepada seorang
pemuda adalah harapan bangsa. Begitu beratnya tanggungjawab yang harus
diemban, dimana seluruh warga Negara menaruh harapan kepada pemuda.

Pemuda yang baik tentunya akan senantiasa umbuh dan juga berkembang
menjadi pribadi unggul dan mandiri untuk melaksanakan tugas mulia tersebut.
Sayangnya, tidak semua pemuda berpikiran demikian. Adapun sebagai
penejelasan lebih lanjut dalam tulisan ini, akan memberikan definisi atau
pengertian pemuda menurut para ahli
17

Pemuda adalah bagian individu yang berada pada tahap yang progresif dan
dinamis, sehingga kerap kali pada fase ini dikatakan sebagai usia yang produktif
untuk melakukan berbagai bentuk kegiatan, baik belajar, bekerja, dan lain
sebagainya.

Pengertian Pemuda Menurut Para Ahli


Sedangkan definisi pemuda menurut para ahli, antara lain;

1. WHO
Pengertian pemuda adalah seseorang yang berusia 10 sampai 24 tahun (young 
people), sedangkan untuk usia 10 sampai 19 tahun  disebut WHO menyebutnya
dengan adolescenea/ remaja.

2. Mulyana (2011)
Definisi pemuda adalah individu yang memiliki karakter dinamis, artinya bisa
memiliki karakter yang bergejolak, optimis, dan belum mampu mengendalikan 
emosi yang stabil.

3. RUU Kepemudaan
Arti pemuda adalah inidvidu yang berusia 18  sampai dengan 35 tahun..

4. Koentjaraningrat  (1997)
Pengertian masa muda/kepemudaan/pemuda adalah suatu fase yang berada dalam
siklus  kehidupan manusia, dimana fase tersebut bisa kearah perkembangan atau
perubahan.

5. Taufik  Abdullah  (1974)


Pemuda adalah generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat untuk
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
18

BAB III
PEMBAHASAN

A. MEMBANGKITKAN / MENUMBUHKAN SEMANGAT RASA DAN


BANGGA (NASIONALISME ) SEBAGAI WARGA NEGARA
INDONESIA
Penumbuhkembangan rasa bangga tersebut sangat penting bagi generasi
muda agar bahasa Indonesia dapat memenuhi syarat sebagai bahasa internasional.
Rasa bangga terhadap bahasa tersebut dapat diamati dari sikap berbahasa
pemakainya. Sikap bahasa adalah sikap pemakai bahasa terhadap keanekaragaman
bahasanya sendiri maupun bahasa orang lain. (Richard, et al., 1985:155). Sikap
berbahasa pada generasi muda perlu ditanamkan sejak usia dini. Oleh karena itu,
peran orang tua, masyarakat dan guru sangat diperlukan.
Sikap berbahasa dari seorang pemakai bahasa atau masyarakat bahasa baik
yang dwibahasawan maupun yang multibahasawan akan berwujud berupa
perasaan
bangga atau mengejek, menolak atau sekaligus menerima suatu bahasa
tertentu atau masyarakat pemakai bahasa tertentu, baik terhadap bahasa yang
dikuasai oleh setiap individu maupun oleh anggota masyarakat. Sikap bahasa itu
ditandai oleh tiga ciri, yaitu 1) kesetiaan bahasa (language loyality), 2)
kebanggaan bahasa (language pride), dan 3) kesadaran adanya norma bahasa
(awareness of the norm). Ketiga ciri tersebut belum tampak/belum dimiliki oleh
para generasi muda sebagai pemakai bahasa Indonesia baik lisan mauoun tulisan.
hal itu tampak pada tuturan mereka baik pada kegiatan formal maupun nonformal.
Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah RRC, India,
dan Amerika Serikat, bahasa Indonesia memiliki jumlah penutur yang besar pula
sebagai penutur asli walaupun tidak semua penutur tersebut memahami bahasa
Indonesia yang baik, benar, dan santun. Oleh karena itu, bahasa Indonesia
berpotensi menjadi bahasa Internasional sesuai dengan syarat suatu bahasa
menjadi bahasa Internasional, yakni (1) memiliki banyak jumlah penutur, (2)
mudah dipelajari, (3) menunjukkan keluhuran budi dan budaya penuturnya, (4)
digunakan dalam diplomasi dan perdagangan internasional, (5) berperan dalam
19

penyebaran ilmu pengetahuan. dan (6) pemiliknya mempunyai rasa percaya diri
dan peduli terhadap bahasanya (Rahardjo, 2011). Syarat 1-4 sudah tidak perlu
diragukan lagi, syarat kelima sedang diupayakan oleh pemerintah, dan syarat
keenam perlu melibatkan berbagai pihak, yakni (1) penanaman sikap dari para
orang tua, (2) peran masyarakat, dan (3) pembelajaran di kelas sejak pada
pendidikan dasar dan menengah.
Saat ini, 52 negara di dunia telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai
salah satu program pembelajaran di sekolah. Negara-negara tersebut di antaranya:
Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Belanda, Australia, Jepang, Thailan, Vietnam,
dan lain- lainnya. Hal ini harus dimanfaatkan sebagai peluang terhadap
pengembangan fungsi bahasa Indonesia dalam Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan masyarakat sebagai
warga negara Indonesia khususnya para generasi muda perlu memikirkan langlah-
langkah nyata untuk menyikapi peluang tersebut.
Peran pemerintah dalam hal ini adalah mendorong dan mengupayakan
perkembangan bahasa Indonesia agar dapat digunakan sebagai bahasa
Internasional. Pengimplementasian Undang-Undang yang mengatur tentang
penggunaan bahasa Indonesia perlu mendapat perhataian. Terlebih Indonesia
memiliki peran penting di dunia Internasional, seperti keterlibatan di PBB, KTT
Asean, dan G-20. Sungguh miris mendengarnya jika di dalam pertemuan-
pertemuan Negara tingkat ASEAN, bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris,
padahal bahasa Indonesia telah digunakan di beberapa Negara ASEAN, terlebih
jika pertemuan tersebut dilaksanakan di Indonesia.
Menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia yang dibentuk oleh
sejarah pada generasi muda diharapkan akan mampu menumbuhkan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia. Dengan memiliki rasa bangga terhadap ahasa
Indonesia, generasi muda dapat mengapresiasi sastra Indonesia yang akan
membentuk nilai moral dalam diri sehingga terbentuk karakter yang kuat sebagai
sebuah pribadi Indonesia yag hakiki.
20

B. PERAN – PERAN PENTING UNTUK MENUMBUHKAN /


MEMBANGKITKAN SEMANGAT RASA DAN BANGGA
(NASIONALISME) SEBAGAI WARGA NEGARA INDONESIA SEJAK
DINI
1. PERAN ORANGTUA DALAM PENANAMAN SIKAP
Sebagai warga negara yang baik, orang tua perlu menanamkan rasa cinta
terhadap bangsa, negara, budaya dan bahasa Indonesia tanpa mengurangi
kecintaannya terhadap budaya dan bahasa daerah masing-masing. Penanaman
sikap orang tua terhadap anak sangat penting dalam rangka membantu anak untuk
lebih mengenal budaya dan bahasanya sendiri agar terbentuk sikap dan
kepribadian yang hakiki sebagai anak bangsa.Dengan memiliki rasa bangga
terhadap budaya dan bahasa sendiri pada generasi muda dapat digunakan sebagai
modal pembangunan di segala bidang. Betapa tidak, bahasa memiliki multifungsi
pada diri seseorang untuk mengembangkan sumber daya yang dimilikinya.

2. PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT


Indonesia sebagai negara besar mempunyai kedudukan penting di
ASEAN, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Internasional, terlebih bahasa Indonesia memiliki
penutur asli terbesar kelima di dunia, yaitu sebanyak 4.463.950 orang yang
tersebar di luar negeri (kompas, 2013).Jumlah penduduk yang besar ini pula dapat
menjadi daya tarik bagi pengusaha asing untuk mengembangan usahanya di
Indonesia, sehingga semakin terbuka pula kesempatan Indonesia untuk
mengembangkan bahasa Indonesia. Akan lebih menarik lagi jika para penutur
yang besar tersebut mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan
santun. Dengan bahasa yang baik, benar, dan santun itu dapat menumbuhkan
sikap dan perilaku positif sehingga dapat meyakinkan para pengusaha asing dalam
mengembangkan usahanya di Indonesia. dengan demikian, dapat meningkatkan
kesejahteraan pula.
Untuk mewujudkan harapan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Internasonal diperlukan peran pemerintah, masyarakat, dan guru dalam
peningkatan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Masyarakat sebagai warga
21

negara Indonesia juga mempunyai peran penting, di antaranya menjaga


penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti diketahui
bersama, saat ini penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan santun sulit
ditemui. Selain banyaknya bahasa daerah di Indonesia, faktor ketidakbanggaan
terhadap bahasa Indonesia menjadi salah satunya. Di samping itu, rasa bangga
terhadap bahasa asing (Inggris) masih cukup kuat di masyarakat. Mereka lebih
bangga bisa berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia. Oleh karena bangga
terhadap bahasa asing, masyarakat kita dalam membeli produk-produk keseharian
lebih memilih yang diberi label bahasa asing. Misalnya alat-alat rumah tangga,
pakaian, maupun makanan. Demikian halnya dalam berbahasa.
Geografis Indonesia yang luas dan berada di tengah-tengah garis
khatulistiwa juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata.
Penggunaan bahasa Indonesia menjadi penting dalam berkomunikasi dan bertukar
informasi di dunia usaha termasuk usaha dalam bidang pariwisata. Dengan
meningkatnya kunjungan para wisatawan mancanegara juga dapat meningkatkan
penghasilan masayarakat dari sisi ekonomi dan aspek lainnya. Jika wisata asing
yang berkunjung ke Indonesia semakin banyak, maka peluang penggunaan bahasa
Indonesia oleh penutur asing juga akan semakin terbuka. Untuk menyikapi dan
menangkap peluang mewujudkan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional
diperlukan langkah-langkah kongkret pemerintah sebagai pemangku kebijakan
dan masyarakat sebagai warga negara Indonesia dan penggunanya. Oleh karena
itu, diperlukan sikap dan tindakan tegas pemerintah dalam penggunaan bahasa
Indonesia pada layanan umum, layanan niaga, penulisan/penamaan wilayah
pemukiman dan lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam perundang-
undangan.
Pemerintah dalam hal ini berperan untuk mendorong dan mengupayakan
perkembangan bahasa Indonesia agar dapat digunakan sebagai bahasa
Internasional. Saat ini, telah ada Undang-Undang yang menatur tentang Bahasa
Indonesia, hal ini harus benar-benar diimplementasikan.Terlebih Indonesia
memiliki peran penting dalam dunia Internasional, seperti keterlibatan di PBB,
KTT Asen, dan G-20. Akan menjadi sangat miris jika di dalam pertemuan-
pertemuan Negara tingkat ASEAN, bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris,
22

padahal bahasa Indonesia telah digunakan dibeberapa Negara ASEAN. demikian


halnya para para pejabat tentunya akan menjadi contoh masyarakat dalam
menunjukkan kebanggaan dalam berbahasa Indonesia.
Masyarakat sebagai warga negara Indonesia juga mempunyai andil penting,
di antaranya menjaga penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti diketahui bersama, saat ini penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar,
dan santun sudah jarang sekali ditemui. Selain banyaknya bahasa daerah di
Indonesia, faktor ketidakbanggaan terhadap bahasa Indonesia menjadi salah
satunya, seperti pengunaan nama tempat atau acara-acara yang menggunakan
bahasa Asing, penyisipan bahasa asing di alam komunikasi lisan maupun tulisan,
pidato dan lainlain. Menurunnya keterampilan berbahasa Indonesia juga
merupakan salah satu tantangan yang dapat menghambat peluang terwujudnya
bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional.
3. PERAN PEMBELAJARAN DI KELAS
Pembelajaran sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa bukanlah hal mudah untuk dilaksanakan, akan tetapi bisa
dilakukan bagi para guru jika memilki komitmen untuk mengembangkan bahasa
Indonesia. Tentu hal itu tidaklah mudah, karena pembelajaran bukanlah sekadar
memindahkan ilmu pengetahuan tentang kebahasaan kepada siswa, akan tetapi
penumbuhan sikap dan keterampilan berbahasa Indonesia. Untuk membelajarkan
pengetahuan (kaidah kebahasaan) sangatlah mudah bagi guru, karena banyak
sumber belajar yang dapat digunakan, akan tetapi bagaimana dengan
pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa dan sikap?
pembelajaran keidah kebahasaan dan keterampilan berbahasa dapat dilakukan
para guru dengan mengikuti rambu-rambu yang diajurkan dalam kurikulum,
terlebih Kurikulum 2013 dalam membelajarankan tiga ranah kompetensi, yakni
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Namun demikian. untuk menumbuhkan
rasa bangga pada siswa, sebagai tenaga profesional guru hendaklah memiliki
beberapa kompetansi sebagaimana yang dituntut dalam Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005, yakni: kompetensi pedagogig, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Lebih rinci syarat tersebut adalah
(1) guru harus cakap di bidangnya, (2) menguasai teknologi pembelajaran dan
23

teknologi multimedia, (3) memiliki etos kerja tinggi, (4) semangat dalam bekerja,
(5) sabar, (6) humoris, (7) bijaksana, (8) mampu memberikan contoh yang baik
dalam berbahasa, dan (9) ceria dalam menyampaikan pembelajaran, kreatif,
inovatif, dan humanis dll.
Pembelajaran pada hakikatnya bertujuan untuk:
1) meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses belajar,
2) mendorong prakarsa belajar siswa,
3) mempresentasikan strategi yang optimal,
4) membelajarkan siswa secara simultan dalam berpikir,
5) memudahkan proses internal pembelajar, dan
6) menjadikan belajar lebih efektif, efisien, menarik, dan humanis.
Proses pembelajaran memiliki banyak faktor untuk mencakapai
keberhasilan siswa dalam belajar. Pembelajaran seharusnya merefleksikan tentang
apa yang sudah dan harus ketahui siswa tentang materi dalam belajar. Belajar
merupakan proses interaktif dan sistem yang kompleks. Pemusatan belajar dapat
menjadi luas dan interdisipliner. Dengan berpedoman pada kurikulum, guru dapat
melaksanakan pembelajaran menaarik, menyenangkan, dan merangsang siswa
dengan memberi ruang tentang sikap, persepsi, dan kebiasaan mental dalam
memfasilitasi pembelajar.
4. SIKAP BERBAHASA
Sikap berbahasa merupakan respon yang diterima seseorang sebagai
penilaian terhadap bahasa tertentu (Fishman, 1986). Sikap bahasa adalah keadaan
mental atau perasaan, baik rasa suka maupun rasa tidak suka terhadap bahasa itu
sendiri atau orang lain (Kridalaksana, 1985:153). Kedua pendapat di atas
menyatakan bahwa sikap bahasa merupakan reaksi seseorang (pemakai bahasa)
terhadap bahasanya maupun bahasa orang lain. Seperti dikatakan Richard, et al.
dalam Longman Dictionary of Applied Linguistics (1985:155) bahwa sikap
bahasa adalah sikap pemakai bahasa terhadap keanekaragaman bahasanya sendiri
maupun bahasa orang lain. Rusyana (1988: 31 - 32) menyatakan bahwa sikap
berbahasa masyarakat sebagai pengguna bahasa baik yang dwibahasawan maupun
yang multibahasawan akan berwujud berupa perasaan bangga atau mengejek,
menolak atau sekaligus menerima suatu bahasa tertentu atau masyarakat pemakai
24

bahasa tertentu, baik terhadap bahasa yang dikuasai oleh setiap individu maupun
oleh anggota masyarakat. Hal itu ada hubungannya dengan status bahasa dalam
masyarakat, termasuk di dalamnya status politik dan ekonomi. Demikian juga
penggunaan bahasa diasosiasikan dengan kehidupan kelompok masyarakat
tertentu, sering bersifat stereotip karena bahasa bukan saja merupakan alat
komunikasi melainkan juga menjadi identitas sosial.
Seperti diketahui bahwa pada masyarakat kita muncul fenomena sikap
negatif (rasa tidak bangga) terhadap bahasa Indonesia, khususnya para generasi
muda. Fenomena itu sangat merugikan bagi perkembangan bangsa Indonesia.
Tentu sikap positif juga tumbuh pada sebagian kecil masyarakat Indonesia. Sikap
positif berbahasa itu ditandai oleh tiga ciri, yaitu 1) kesetiaan bahasa (language
loyality), 2) kebanggaan bahasa (language pride), dan 3) kesadaran adanya norma
bahasa (awareness of the norm).

C. CARA UNTUK MENUMBUHKAN / MEMBANGKITKAN


SEMANGAT RASA DAN BANGGA (NASIONALISME) SEBAGAI
WARGA NEGARA INDONESIA SEJAK DINI
1. Napak tilas sejarah yang mengasyikkan.
Salah satu cara untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme para generasi muda
adalah dengan melakukan napak tilas sejarah. Mengunjungi tempat-tempat
bersejarah yang menjadi simbol perjuangan bangsa adalah salah satu cara yang
bisa dilakukan.. Sayangnya, tempat-tempat bersejarah seperti museum, benteng
pertahanan, serta tempat napak tilas lainnya, berkesan suram dan menyeramkan.
Sudah waktunya museum-museum perjuangan mempercantik penampilannya
sehingga terlihat nyaman dan ‘welcome’ bagi para pengunjungnya.

2. Memperkenalkan keberagaman budaya dengan study tour.

Study tour, bukan hanya acara berkunjung ke sebuah daerah yang disana
kita menguggah foto kita dan menghambur-hamburkan uang untuk berbelanja
produk khas daerah tersebut. Lebih dari itu study tour dimaksudkan untuk
mengenal budaya dan ciri khas daerah tersebut.
25

Memperkenalkan keragaman budaya serta kekayaan bangsa lain akan membuat


para generasi muda merasa beruntung tinggal di Indonesia. Jika para generasi
muda merasa nyaman tinggal di Indonesia, diharapkan akan muncul rasa ingin
menjaga keutuhan negara ini.

3. Pelajaran Pendidikan Kewarganeraan yang menggairahkan.


Pendidikan Kewarganeraan ditujukan agar para generasi muda bisa menjadi
warga negara yang baik, taat kepada aturan negara dan juga untuk menumbuhkan
semangat nasionalisme. Membuat pelajaran Pendidikan Kewarganeraan menjadi
salah satu pelajaran yang mengasyikan memang menjadi tantangan di sekolah.
Karena dengan penyampaian pelajaran yang menyenangkan, pesan dapat dengan
mudah diterima oleh anak didik.

4. Dengan memperbanyak film dan musik yang bisa menumbuhkan jiwa


nasionalisme.
Melihat film dan mendengarkan musik adalah salah satu hal yang disenangi
para generasi muda. Kedua sarana hiburan ini bisa efektif untuk mempengaruhi
para generasi muda. Oleh karena itu film dan musik bisa dijadikan sarana
menumbuhkan semangat nasionalisme para pemuda.

5. Menggunakan produk-produk dalam negeri.


Produk-produk yang dibuat oleh anak negeri saat ini tidak kalah dengan
produk-produk buatan luar negeri. Bahkan kualitas dari produk-produk dalam
negeri bisa lebih bagus daripada produk luar negeri.
Generasi muda bisa menjadi sasaran yang tepat dalam kampanye
menggunakan produk-produk dalam negeri. Jika produk dalam negeri yang
dipasarkan sangat bagus kualitasnya, para generasi muda bisa akan berpikir untuk
membeli barang buatan luar negeri yang sudah pasti mahal.
26

BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Nasionalisme adalah pandangan atau paham yang menciptakan serta
mempertahankan kedaulatan sebuah Negara dengan mewujudkan kepentingan
nasional dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya.
nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan Negara.
Setiap warga Negara Indonesia haruslah memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan.
Untuk mewujudkan dan menumbuhkan sikap nasionalisme ada beberapa
upaya diantaranya perlu adanya redifinisi terhadap pemahaman dan pelaksanaan
nilai-nilai nasionalisme dalam individu bangsa Indonesia, menempatkan semangat
nasionalisme pada posisi yang benar untuk memangun keunggulan kompetitif,
memakai dan mencintai produk hasil dalam negeri agar muncul penghargaan
tersendiri untuk tanah air, dan melestarikan dan memperkenalkan budaya daerah
di nasional maupun internasional. Dan ada juga cara membina sikap nasionalisme
terhadap mahasiswa melalui pendidikan kewarganegaraan yaitu pendidikan
kewarganegaraan sangat memiliki peran penting untuk menanamkan nilai-nilai
nasionalisme serta membina kepribadian pada generasi muda termasuk mahasiswa
bahkan setiap warga Negara Indonesia. Untuk mengembangkan dan mendorong
nilai-nilai serta kesadaran terhadap hak warga Negara dan implementasinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat melalui pendidikan
kewarganegaraan.
Kontribusi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dalam
menumbuhkan nasionalisme dengan nilai-nilai Pancasila sangat penting. Misi dan
tujuan pendidikan pendidikan kewarganegaraan di era globalisasi perlu
memperluas ranah hingga maksimal. Membangun kemampuan berfikir kritis
sistematis, kemampuan bekerjasama dengan orang, memiliki tanggung jawab dan
mampu menyelesaikan konflik tanpa kekerasaan yang dilandasi nilai-nilai
Pancasila sebagai ideology bangsa. Dalam membangun semangat nasionalisme
dapat didapatkan dalam pendidikan kewarganegaraan, tetapi tidak hanya dalam
pembelajaran tetapi dalam bermasyarakat juga terdapat nilai-nilai guna
membangun semangat nasionalisme pada mahasiswa.
27

Proses pembelajaran dan pengajaran pendidikan pancasila untuk masyarakat


ikut serta dalam membangun semangat nasionalisme mahasiswa, dan mahasiswa
juga harus bisa mengajarkan dan menjadi contoh bagi masyarakat berbangsa dan
bernegara dengan semangat nasionalisme.

B. SARAN
Menumbuhkan kebanggaan generasi muda terhadap bahasa Indonesia
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan guru
dalam melaksanakan membelajaran di kelas. Semua pihak harus memiliki rasa
peduli terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan internasional. Peran
guru dalam hal ini sangat besar, karena sekolah merupakan agen perbaikan semua
tingkah laku. Guru dituntut dapat menanamkan sikap bangga terhadap bahasa
Indonesia pada semua siswa melalui peran profesionalnya. Pembelajaran yang
dilaksanakan bukanlah sekadar memberikan pengetahuan kebahasaan kepada
siswa, akan tetapi juga memberikan keterampilan berbahasa yang baik, benar, dan
santun, serta menumbuhkan rasa bangga pada siswa sebagai sikap yang harus
dimilikinya.
28

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 2013. Panduan Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun


2014. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Garvin, P.L. Mathiot M. 1968. The Urbaization of Guarani Language. Problem in
Language and Culture, dalam Fishman, J.A. (Ed) Reading in Tes
Sosiology of Language, Mounton. Paris–The Hague.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores:
Nusa Indah.
Puji, Santoso. 2012. Sikap Positif Berbahasa Indonesia. http://ainulyaq
1n.blogspot. com/ 2012/08/bab-i-sikap-bahasa.html. Diunduh, 07
Januari 2014
Richard, et al. 1985.Longman Dictionary of Apllied Linguistict.
Rusyana, Yus. 1988. Perihal Kedwibahasaan (Bilingualisme). Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti PPLPT.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), hlm. 997
2
M. Napis Djuaeni, Kamus Kontemporer Istilah Politik-Ekonomi, (Jakarta:
Mizan Publika, 2005), Cet. I, hlm. 434
3
PT Bachtiar Baru van Hoeve, Ensiklopedia Islam, Jilid. 5, (Jakarta: PT Bachtiar
Baru van Hoeve, 2001), Cet. Kesembilan, hlm. 193
Kusumawardani, Anggraeni, and M. A. Faturochman. "Nasionalisme." Buletin
Psikologi 12.2 (2004).
Maftuh, Bunyamin. "Internalisasi nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme melalui
pendidikan kewarganegaraan." Jurnal Educationist 2.2 (2008): 134-
144.
Ritonga, Muhammad Khoirul, Mila Nirmala Sari Hasibuan, and Marlina Siregar.
"ANALISIS TERHADAP MAHASISWA PRODI PPKN STKIP
LABUHANBATU DALAM STUDI KASUS KUNJUNGAN
PERPUSTAKAAN DAN APLIKASINYA PADA PENERAPAN
KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN TAHUN 2019."
29

JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT 8.3 (2020): 42-42.


Septiana, Tina. "Pembelajaran bela negara dalam pendidikan kewarganegaraan
sebagai upaya membina semangat nasionalisme mahasiswa STKIP
PGRI Kota Sukabumi." Sosio Religi: Jurnal Kajian Pendidikan
Umum 18.2.
Sofyan, Fitri Silvia, and Dadang Sundawa. "Hubungan mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan
semangat nasionalisme mahasiswa." Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial
24.2 (2015): 185-198

Anda mungkin juga menyukai