Anda di halaman 1dari 7

POSISI INDONESIA DALAM DUNIA GLOBAL

Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dan negara demokrasi


terbesar ketiga, yang terdiri dari negara kepulauan terbesar dan terletak di busur
luas antara Samudra Hindia dan Laut Cina, melintasi jalur laut penting di Asia
Tenggara. Dengan lebih dari 245 juta penduduk dan terdiri dari lebih dari 17.000
pulau, kepulauan yang luas ini kaya akan sumber daya alam dan terletak strategis
di sepanjang khatulistiwa di jalur utama komunikasi laut antara Samudra Pasifik
dan Hindia. Indonesia sangat penting bagi stabilitas dan kemajuan kawasan di
Asia Tenggara. Namun, kondisi negara Indonesia yang memiliki kedaulatan
wilayah yang luas memiliki tantangan pemerataan yang besar. Tantangan
pemerataan juga dirasakan masyarakat Indonesia terkait perkembangan teknologi
yang ada. Fenomena globalisasi dengan sistem teknologi dan informasi yang
semakin cepat dalam perkembangannya dirasakan oleh wilayah pusat dan sekitar
pemerintahan pusat, sedangkan wilayah yang jauh dari pusat kota cenderung
tertinggal dan lambat dalam mengikuti perkembangan yang ada1. Hal ini
mempengaruhi keadaan Indonesia secara langsung khususnya pada ketimpangan
sosial, ekonomi, dan edukasi yang berdampak pada tingkat pendidikan yang tidak
merata bagi setiap masyarakat2. Ketimpangan kemajuan teknologi ini semakin
besar berdampak pada masyarakat tertinggal ketika setiap pelayanan pusat
menggunakan sistem digital tanpa panduan ataupun menggunakan bahasa asing
dalam operasionalnya. Sebagaimana diketahui bahwa modernisasi yang
menyangkut teknologi dan ilmu pengetahuan muncul setelah Revolusi Industri
yang dipicu oleh penemuan mesin pemintalan di Inggris pada akhir abad ke-18.

Nasionalisme merupakan konsep yang mudah hilang perlahan-lahan. Oleh


karena itu, upaya yang dilakukan melalui pendidikan memegang peranan penting
dan tidak dapat dipisahkan dari upaya mempertahankan bangsa dan negara secara
mutlak bagi kehidupan individu, keluarga, dan kehidupan suatu negara atau
bangsa3. Pendidikan adalah suatu usaha yang terorganisir, terencana, dan
berkelanjutan untuk membantu manusia menjadi manusia yang relatif sempurna,
1
TIM CBDC and Character, “Character Building,” Character Building (2017): 1–204.
2
“Survei-3547-Usaha-Berhenti-Beroperasi-Selama-2-Hingga-4-Bulan-Akibat-Ppkm-by-Katadata,”
n.d.
3
CBDC and Character, “Character Building.”
dewasa, dan berbudaya. Tujuan dan proses pelaksanaan pendidikan nasional
merupakan metode penanaman konsep sejak dini yang dapat disesuaikan skalanya
sesuai jenjang pendidikan yang ada. Selain pendidikan nasional, upaya yang dapat
dilakukan lainnya adalah dengan pendekatan dari keluarga. Banyak ahli yang
menekankan pentingnya lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga, orang
tua mendidik anak-anaknya dengan perkataan dan sikap-sikap baik yang akan
diteladani oleh anak-anaknya4.

Generasi milenial menjadi fokus pemerintah dalam upaya


mempertahankan bangsa dan negara melalui konsep nasionalisme dan identitas
nasional. Namun, kondisi generasi milenial masa kini yang cenderung lemah
dalam meyakini konsep nasionalisme yang ditunjukkan dengan beberapa contoh
kasus diatranya keinginan untuk mengganti pedoman pancasila bagi bangsa
Indonesia yang sejatinya bersifat fundamental. Fenomena ini bertolak belakang
dengan konsep nasionalisme yang merupakan suatu paham untuk menciptakan
dan mempertahankan kedaulatan sebuah bangsa dan negara dengan upaya untuk
mewujudkan adanya identitas bangsa dan negara bagi masyarakat sebagai suatu
kelompok manusia. Konsep nasionalisme yang mempengaruhi adanya identitas
nasional ini diharapkan mampu memupuk semangat kebangsaan bagi setiap
masyarakat Indonesia dengan perbedaan etnik dan budaya dalam satu wilayah
kedaulatan yang sama khususnya pada generasi penerus bangsa, yaitu generasi
milenial dengan tantangan globalisasi dan masuknya budaya asing 5. Konsep
identitas nasional memiliki dua tingkat, individu dan kolektif yang sering
membingungkan dalam diskusi identitas etnis dan nasional. Identitas kolektif
terdiri dari anggota individu yang tidak dapat direduksi menjadi kumpulan
individu yang memiliki ciri budaya tertentu 6. Seseorang tidak dapat membaca
kemungkinan tindakan dan disposisi anggota individu, hanya jenis konteks dan
batasan di mana mereka beroperasi. Identitas nasional, dibentuk oleh kekuatan

4
Nadezhda Ivanovna Sivkova et al., “The Prevalence of the Ideas of Nationalism Among Young
People (The Case of Young People of Yekaterinburg, Russia),” KnE Social Sciences 2020 (2021):
738–745.
5
CBDC and Character, “Character Building.”
6
Eki Lista Anggorowati et al., “Peran Pendidikan Karakter Sebagai Wujud Pendidikan Berkualitas
Sesuai Dengan Tujuan Sustainable Development Goals ( Sdgs ),” Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi V 2019 (2020): 354–361.
sejarah dan budaya yang saling terkait. Identitas nasional menjadi suatu sistem
yang terstruktur secara dinamis, dengan fondasi yang kuat di masa lalu tetapi
rentan terhadap perubahan di masa depan. Bangsa Indonesia harus mendasarkan
identitas mereka atas warisan budaya dan etnisitas yang ada. Sebagian besar
negara bangsa modern adalah multi-etika, begitu juga dengan Indonesia dengan
generasi milenial yang muti-etika sehingga sulit untuk mendefinisikan satu
konsepsi terpadu identitas nasional setiap anak muda dan memicu beberapa
contoh kasus yang disajikan dalam artikel yaitu kemudahan berpikir untuk
mengganti pedoman identitas nasional yang sejatinya buah pemikiran dengan
muatan sejarah dan perjuangan yang disesuaikan dengan kondisi bangsa
sepanjang masa.

Isu global perkembangan teknologi memerlukan solusi yang efektif


sebagai upaya mengurangi risiko dari dampak permasalahan bagi masyarakat
khususnya wilayah Asia7. Menurut Gugus Tugas Masyarakat Adat, ancaman
utama keanekaragaman budaya meliputi perluasan kontrol pemerintah, kebijakan
pertanahan yang tidak adil, modifikasi budaya melalui fenomena gobalisasi dan
pengelolaan konservasi yang tidak tepat. Contoh upaya pemerintah dalam
mengurangi risiko isu global perkembangan teknologi dapat ditemukan dari
proses penyusunan kebijakan nasional dan internasional untuk perlindungan
pengetahuan tradisional tentang masyarakat adat dan masyarakat lokal yang
berlangsung di berbagai forum. Sejak zaman kolonial, kurangnya pengakuan atas
wilayah adat, sumber daya dan otoritas adat, bersama-sama dengan pasar dan
tekanan eksternal lainnya, telah mendorong budaya tradisional menjadi cepat
pudar. Dengan globalisasi tekanan ini lebih kuat dari sebelumnya8. Oleh karena
itu penting untuk memastikan mekanisme melindungi pengetahuan tradisional
yang membantu untuk membendung hilangnya pengetahuan dengan cepat.
Sehingga, dapat menghormati dan memperkuat karakter holistik yang berbeda
dari integritas sistem pengetahuan tradisional.

7
CBDC and Character, “Character Building.”
8
A G Eka and Wenats Wuryanta, “Digitalisasi Masyarakat : Menilik Kekuatan Dan Kelemahan
Dinamika Era Informasi Digital Dan Masyarakat Informasi” (n.d.): 131–142.
Dalam bidang politik, transisi yang berhasil dari pemerintahan otoriter ke
demokrasi di Indonesia dimulai pada tahun 1998 dengan contoh kegiatan yang
berhasil dilakukan yaitu pemilihan umum yang bebas dan adil. Pengaruh pusat-
pusat regional yang baru meningkat sebagai hasil dari pemerintahan yang
terdesentralisasi sejak tahun 2001, dan transisi kekuasaan damai pertama dalam
sejarah negara dengan pemilihan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada tahun 2004. Sejak masa transisi, Indonesia telah menunjukkan dinamika
demokrasi yang tumbuh, dengan tim ekonomi yang kuat di kepala pemerintahan
yang membawa stabilitas ekonomi makro, parlemen yang hidup dan tegas, dan
kemajuan reformasi profesional termasuk angkatan bersenjata dan kepolisian.
Kemenangan Presiden Joko Widodo dalam pemilihan langsung tahun 2014 dan
2019 membuktikan demokrasi dan stabilitas politik yang tumbuh di negara ini,
karena Indonesia dapat dengan damai memilih presiden pertama di luar lembaga
militer dan politik.

Indonesia juga merupakan negara yang memiliki populasi Muslim terbesar


di dunia, lebih dari gabungan semua negara Arab Timur Tengah, namun Indonesia
adalah salah satu dari sedikit negara mayoritas Muslim di mana Islam bukan
agama negara. Indonesia menunjukkan bahwa demokrasi dan Islam sejalan, dan
merupakan suara moderasi dalam komunitas Islam. Wilayah kedaulatan negara
Indonesia yang luas dengan jumlah penduduk yang besar adalah potensi sekaligus
kelemahan dalam upaya mempertahankan bangsa dan negara9. Ancaman dari
luasnya wilayah kedaulatan adalah adanya pemberontakan kelompok tertentu
yang menginginkan kedaulatan wilayahnya terlepas dari wilayah kedaulatan
Indonesia. Tantangan bagi negara Indonesia terkait wilayah kedaulatannya yang
luas dengan adanya otonomi daerah adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
penanganan menjadi tidak optimal dan cenderung lemah karena sudah bersifat
menyeluruh. Hambatan dari kondisi wilayah kedaulatan yang luas adalah
pemerataan pemenuhan hak dan setiap warga negara yang dapat menimbulkan
konflik perselisihan antar perbedaan10. Gangguan dalam permasalahan wilayah
kedaulatan negara Indonesia yang luas adalah fenomena masuknya kebudayaan
9
CBDC and Character, “Character Building.”
10
Ana Musdalifah, “Media Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Tengah Pandemi Covid-19,”
Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional Bimbingan dan Konseling (2020): 59–64.
asing dengan mudah akibat kebudayaan asal setiap wilayah yang berbeda dan
cenderung semakin luntur pada setiap generasi akibat rendahnya minat serta
upaya membanggakan budaya persatuan.

Selanjutnya dalam bidang perekonomian, Indonesia memiliki kondisi


perekonomian yang dinamis dengan pertumbuhan rata-rata lebih dari 5% selama
empat tahun terakhir dan diproyeksikan akan meningkat secara bertahap dan
mencapai 5,5% pada tahun 2016. Ini adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara,
satu-satunya negara Asia Tenggara di G-20, dan diperkirakan menjadi ekonomi
terbesar ke-7 di dunia pada tahun 203011. Ini membuktikan bahwa negara
mayoritas Muslim yang besar juga dapat memiliki pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan demokrasi yang berkembang, dan menantang pola pikir tentang
dunia Muslim. Selain itu, World Bank Group (WBG) telah memperbarui
kemitraannya dengan Indonesia melalui Country Partnership Framework (CPF)
yang baru untuk periode 2021-202512. Kemitraan ini membantu memperkuat daya
saing dan ketahanan ekonomi melalui pengumpulan pendapatan yang lebih tinggi
dan kesinambungan fiskal dan utang, peningkatan belanja publik, pengurangan
hambatan perdagangan dan investasi, dan peningkatan kedalaman, efisiensi, dan
ketahanan sektor keuangan. Adapun, upaya peningkatan infrastruktur melalui
penguatan penyediaan infrastruktur dan kualitas layanan, serta transisi ke energi
rendah karbon sambil mencapai akses universal ke energi yang andal dan
berkelanjutan. Diperkuat dengan pemeliharaan modal manusia melalui
peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan dan keterampilan, serta gizi dan
kesehatan, serta memperkuat inklusivitas dan daya tanggap perlindungan sosial
dan pekerja. Serta, pengelolaan berkelanjutan aset alam, mata pencaharian
berbasis sumber daya alam, dan ketahanan bencana melalui penguatan
pengelolaan aset alam dan lingkungan, serta peningkatan mata pencaharian
berbasis pertanian dan sumber daya alam dan penguatan ketahanan bencana multi-
bahaya13.

11
Harbani, Nilna Muna, and Justina Ade Judiarni, “Digital Leadership in Facing Challenges in the
Era Industrial Revolution 4.0,” Webology 18, no. Special Issue (2021): 975–990.
12
Asian Development Bank, “Asean 4.0: What Does the Fourth Industrial Revolution Mean for
Regional Economic Integration?,” no. November (2017), http://www.adb.org/publications/asean-
fourth-industrial-revolution-regional-economic-integration.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati, Eki Lista, Artha Ayu Mei Shinta, Elisa Rohimatun Nafi’ah, and
Sarifudin Lathif. “Peran Pendidikan Karakter Sebagai Wujud Pendidikan
Berkualitas Sesuai Dengan Tujuan Sustainable Development Goals ( Sdgs ).”
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi V 2019 (2020): 354–361.

Bank, Asian Development. “Asean 4.0: What Does the Fourth Industrial
Revolution Mean for Regional Economic Integration?,” no. November
(2017). http://www.adb.org/publications/asean-fourth-industrial-revolution-
regional-economic-integration.

CBDC, TIM, and Character. “Character Building.” Character Building (2017): 1–


204.

Eka, A G, and Wenats Wuryanta. “Digitalisasi Masyarakat : Menilik Kekuatan


Dan Kelemahan Dinamika Era Informasi Digital Dan Masyarakat Informasi”
(n.d.): 131–142.

Ellitan, Lena. “Competing in the Era of Industrial Revolution 4.0 and Society
5.0.” Jurnal Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, dan Entrepreneurship 10,
no. 1 (2020): 1.

Harbani, Nilna Muna, and Justina Ade Judiarni. “Digital Leadership in Facing
Challenges in the Era Industrial Revolution 4.0.” Webology 18, no. Special
Issue (2021): 975–990.

Musdalifah, Ana. “Media Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Tengah


Pandemi Covid-19.” Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional Bimbingan
dan Konseling (2020): 59–64.

Sivkova, Nadezhda Ivanovna, Anastasia Nikolaevna Novgorodtseva, Elena


Leonidovna Sysolyatina, and Sergey Viktorovich Kunshchikov. “The
Prevalence of the Ideas of Nationalism Among Young People (The Case of
Young People of Yekaterinburg, Russia).” KnE Social Sciences 2020 (2021):
738–745.
13
Lena Ellitan, “Competing in the Era of Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0,” Jurnal
Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, dan Entrepreneurship 10, no. 1 (2020): 1.
“Survei-3547-Usaha-Berhenti-Beroperasi-Selama-2-Hingga-4-Bulan-Akibat-
Ppkm-by-Katadata,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai