Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RANGKUMAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN : BAPAK AMIR SYARIFUDIN

Oleh :

MUHAMMAD DOLI GIRANTAMA (107081003536)

Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan Kewarganegaraan bukan sesuatu yang baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Beragam model dan sebutan bagi Pendidikan Kewarganegaraan dengan bermacam komponennya telah banyak dilakukan pemerintah Republik Indonesia. Diantara nama-nama tersebut antara lai : pelajaran Civics (1957/1962), Pendidikan Kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah, ilmu bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewarganegaraan Negara (1968/1969), Pendidikan Kewarganegaraan, Civics, dan Hukum (1973), Pendidikan Moral Pancasila atau PMP (1975/1984), PPKn (1994). Di tingkat perguruan tinggi, pernah ada mata kuliah Manipol dan USDEK, Pancasila dan UUD1945 (1960-an), Filsafat Pancasila (1970-sampai sekarang), dan Pendidikan Kewarganegaraan (1989-1990-an). Sejak reformasi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, mengacu pada Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 diatas, diwujudkan dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga Negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun demikian, alih-alih mendidik bangsa menjadi warga negara lebih cerdas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya sepanjang kekuasaan Orde Baru, telah direkayasa sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan melalui cara-cara indoktrinasi, manipulasi atau demokrasi dan dasar negara Pancasila melalui tindakan dan kebijakan paradoks penguasa Orde Baru. Dengan ungkapan lain, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila lebih banyak diorientasikan untuk melayani penguasa daripada sebagai media pembentukan karakter bangsa. Sejak era Reformasi 1998, banyak hal yang sudah berubah, namun masih terlalu banyak yang harus dibenahi dalam tata kelola kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan politik dan sosial sehari-hari, perilaku sosial dan praktik politik masyarakat masih kerap dilakukan dengan tindakan-tindakan yang jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila dan demokrasi. Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika adalah harga mati bagi bangsa Indonesia. Keempat pilar nasional ini harus bersinergi dengan demokrasi yang sudah menjadi pilihan bagi gerakan reformasi. Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Pendidikan Kewargaan (civic education) adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari Pendidikan

Demokrasi dan Pendidikan HAM karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal, seperti pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam Masyarakat Madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, politik, administrasi public dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif, dan sebagainya. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untu (character building) bangsa indonesia yang antara lain: membangun karakter

a. Membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung

jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. b. Menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa. c. Mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban, yaitu kebebasan, persamaan, toleransi, dan tanggung jawab. Materi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) terdiri dari tiga materi pokok, yaitu demokrasi, hak asasi manusia, dan Masyarakat Madani (civil society). Ketiga materi pokok tersebut dielaborasikan ke dalam 10 materi perkuliahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Kesepuluh materi ini antara lain: 1. Pendahuluan 2. Pancasila dan Keharusan Aktualisasi 3. Identitas Nasional dan Globalisasi 4. Demokrasi: Teori dan Praktik 5. Konstitusi dan Tata Perundang-undangan Indonesia 6. Negara: Agama dan Warga Negara 7. Hak Asasi Manusia 8. Otonomi Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
9. Tata Kelola Kepemerintahan yang Bersih dan Baik ( Clean and Good

Governance)
10. Masyarakat Madani (Civil Society)

BAB III IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa yang lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan identitas nasional. Namun demikian, proses pembentukan identitas nasional bukan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terus berkembang dan kontekstual mengikuti perkembangan zaman. Sifat identitas nasional yang relatif dan kontekstual mengharuskan setiap bangsa untuk selalu kritis terhadap identitas nasionalnya serta selalu menyegarkan pemahaman dan pemaknaan terhadap jati dirinya. Pertanyaan reflektif selayaknya ditujukan kepada identitas-identitas khas yang selama ini melekat kepada bangsa Indonesia. Menurut para ahli secara umum terdapat beberapa unsur yang menjadi komponen identitas nasional, diantaranya:
1. Pola perilaku, adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya adat istiadat, budaya dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan budaya.
2. Lambang-lambang, adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi

negara. Lambing-lambang ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang, misalnya bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
3. Alat-alat

perlengkapan, adalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi, misalnya bangunan candi, masjid, gereja, pakaian adat, teknologi bercocok tanam, dan teknologi seperti kapal laut, pesawat terbang, dan lainnya.

4. Tujuan yang ingin dicapai, yang bersumber dari tujuan yang bersifat

dinamis dan tidak tetap, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami sebuah negara, tujuan

bersama bangsa Indonesia telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yakni kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.

GLOBALISASI DAN KETAHANAN IDENTITAS NASIONAL Globalisasi adalah fenomena dunia berwajah banyak. Globalisasi sering di identikkan dengan: 1. Internasionalisasi, yaitu hubungan antarnegara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal 2. Liberalisasi, yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka atau ekonomi tanpa pagar (borderless world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa, dan izin masuk suatu negara (visa) 3. Universalisasi, yaitu ragam selera atau gaya hidup seperti pakaian, makanan, kendaraan, diseluruh pelosok penjuru dunia 4. Westernisasi atau Amerikanisasi, yaitu ragam hidup model budaya Barat atau Amerika; 5. de-Teritorialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografis sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat, dan jarak menjadi berubah. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan, baik yang datang dari luar maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional

MULTIKULTURALISME : ANTARA NASIONALISME DAN GLOBALISME Istilah multikulturalisme mulai digunakan orang sekitar tahun 1950 an di Kanada untuk menggambarkan masyarakat kanada di perkotaan yang multikultural dan multilingual. Namun demikian, multikulturalisme menjadi konsep yang menyebar dan dipandang penting bagi masyarakat majemuk dan kompleks di dunia,

dan bahkan dikembangkan sebagai strategi integrasi kebudayaan melalui pendidikan multikultural. Istilah multikulturalisme tidak lain sebagai sebuah konsep pengakuan (recognition) suatu entitas budaya dominan terhadap keberadaan budaya lain yang minoritas. Karakter masyarakat multicultural adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peaceful coexistence, hidup berdampingan secara damai.

Dalam perjalanan sejarah nasionalisme indonesia terdapat beberapa tahap yang sudah dan sedang dilalui bangsa indonesia. tahapan itu yaitu: 1. Tumbuhnya perasaan kebangsaan dan persamaan nasib yang diikuti perlawanan terhaddap penjajahan baik sebelum maupun sesudah proklamasi kemerdekaan 2. Bentuk nasionalisme indonesia yang merupakan kelanjutan dari semangat revolusioner pada masa perjuangan kemerdekaan, dengan peran pemimpin nasional yang lebih besar. 3. Nasionalisme kesatuan dan persatuan. 4. Nasionalisme kosmopolitan.

BAB IV DEMOKRASI : TEORI DAN PRAKTIK Secara Etimologis, kata demokrasi (dari bahasa yunani) adalah bentukan dari dua kata demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan). Ketiga prinsip demokrasi dapat dilakukan, sebagai berikut: 1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people) mengandung pengertian bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan meyoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum. 2. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people) bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaanya atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elit negara maupun elit demokrasi. 3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Setidaknya ada 6 norma yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis : 1. Kesadaran akan pluralisme 2. Musyawarah 3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan 4. Norma kejujuran dalam pemufakatan 5. Kebebasan nurani 6. Trial and error (percobaan dan salah) Parameter tatanan kehidupan demokratis yaitu : 1. Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintah 2. Susunan kekuasaan negara 3. kontrol rakyat

BAB V KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANGAN UNDANGAN INDONESIA Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa inggris memiliki makna yang lebih luas dari undang undang dasar, yakni keseluruhan dari peraturan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Konstitusi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. kumpulann kaidah yang memberikan pembatasan kekuasaan kepada penguasa. 2. Dokumen tentang pembagian tugas dan wewenangnya dari system politik yang diterapkan. 3. Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia. Secara garis besar tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang wenang pemerintah, menjamin hak hak rakyatyang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Kostitusi demokratis meliputi : 1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum 2. Jaminan dan perlindungan hak hak asasi manusia 3. Peradilan yang bebas dan mandiri 4. Pertanggung jawaban kepada rakyat sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat. Dalam system ketatanegaraan indonesia, sebelum perubahan UUD 1945 alat alat kelengkapan negara dalam UUD 1945 adalah lembaga kepresidenan, MPR, DPA, DPR, BPK, dan kekuasaan kehakiman. Setelah amandemen secara keseluruhan terhadap UUD 1945, alat kelengkapan negara yang disebut dengan lembaga tinggi negara menjadi delapan lembaga, yakni MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY dan BPK. Posisi masing masing lembaga setara, yaitu sebagai

lembaga tinggi negara yang memiliki korelasi satu sama lain dalam menjalankan fungsi check and balances antar lembaga tinggi tersebut. Dengan dibentuknya tata urutan perundang undangan, maka segala peraturan yang bertentangan dengan peraturan diatasnya batal demi hukim dan tidak bisa dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai