Anda di halaman 1dari 26

PAPER BELA NEGARA

ANCAMAN NIRMILITER DAN JATI DIRI BANGSA

Dosen Pengampu:

Ir. Guniarti, M.M.

Disusun Oleh:
1. Pandu Fajar Pramudya / 21011010118
2. Muhammad Irfan Ramadhan / 21042010059
3. Mohammad Abdullah Masrur / 21071010038
4. Lantera Adeel O / 21071010064
5. Clara Sophia Naomi / 21071010069

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


2022/2023
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayahnya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan mengenai mata kuliah Bela Negara, dengan judul “ANCAMAN NIRMILITER
DAN JATI DIRI BANGSA”.
Dengan tulisan ini kami harap pembaca mampu untuk memahami arti dari
Integrasi Bangsa, kami sadar bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, agar kelak menjadi pribadi yang yang siap berintergasi
untuk bangsa.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinamika globalisasi telah merubah seluruh tatanan kehidupan di berbagai
belahan dunia, salah satunya Indonesia. Kini segala akses antar berbagai negara sudah
seperti tak ada lagi sekat, karena adanya kemudahan dalam melakukan interaksi baik itu
dalam bentuk pertukaran informasi, ilmu, budaya, perdagangan serta interaksi lainnya.
Namun dibalik kemudahan itu semua, globalisasi juga memberikan ancaman dari segi
sistem pertahanan negara. Selain ancaman militer yang kita kenal perang dengan
menggunakan senjata, seiring perubahan jaman kini muncul ancaman nirmiliter atau non
militer.
Salah satu bentuk ancaman dari nirmiliter yang sedang terjadi saat ini adalah
adanya pandemi Covid-19 yang hingga saat ini kita semua belum tahu kapan pandemi ini
akan berakhir. Pandemi Covid-19 merupakan bentuk ancaman nirmiliter karena wabah
tersebut tidak pernah ada dan tidak pernah di prediksikan sebelumnya. Selain itu ada
beberapa lagi bentuk ancaman nirmiliter lainnya seperti separatisme, radikalisme,
terorisme, dan yang lainnya.
Melihat dari banyaknya ancaman nirmiliter yang sewaktu waktu akan menyerang
atau akan datang pada negara ini, tentunya setiap negara wajib memiliki benteng
pertahanan yang kuat, yang mampu menahan dan menyerang tantangan tantangan yang
menerjang terus kedepannya. Selain itu juga perlu adanya badan terkait yang memiliki
kewenangan untuk melakukan sebuah tindakan atau pencegahan atau penahanan terkait
ancaman nirmiliter tersebut yang bertujuan untuk mendukung sistem pertahanan negara.
Mengingat saat ini ancaman yang ada lebih banyak dalam bentuk non militer tentu
perlu adanya komponen utama dalam menghadapi ancaman tersebut, dengan adanya
komponen utama pasti kita juga memerlukan yang namanya kompenen cadangan.
Komponen cadangan merupakan salah satu komponen yang dapat membantu dan
mendukung komponen utama. Tujuan dari adanya komponen-komponen tersebut agar
nantinya dapat di implementasikan terhadap nilai-nilai bela negara yakni menjaga
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah gencaran arus globalisasi yang
masuk serta berbagai bentuk ancaman, tantangan, dan hambatan.
Dengan adanya pembentukan komponen tersebut diharapkan nantinya juga turut
serta memunculkan kembali jiwa- jiwa patriorisme khusunya pada generasi milenial.
Menurut Marzuki (2018) generasi muda sebagai salah satu asset berharga bagi sebuah
negara, harus diperhatikan keberadaannya agar negara tidak kekurangan generasi penerus
dalam pembangunan. Karena merekalah cikal bakal penerus bangsa sebab, kita tahu
bahwa keselamatan bangsa dan Negara adalah suatu kondisi yang harus kita wujudkan
dan tidak dapat ditawar, jika bangsa dan negara ingin tersebut menginginkan keutuhan
untuk menjadi sebuah negar yang berdaulat, aman dan tentram. Untuk menjaga
keselamatan tersebut dibutuhkanlah suatu upaya yang dapat dilakukan salah satunya
melalui bela Negara.
Globalisasi merupakan era perubahan-perubahan yang cepat yang mengandung
hal-hal yang positif, namun juga membawa segi-segi negatif bagi bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia harus pandai-pandai menangkap dan memanfaatkan peluang dari segi-
segi positifnya dan tetap berdiri pada nilai-nilai yang telah diikrarkan, dibela, dan
dijunjung tinggi. Menghadapi globalisasi, bangsa Indonesia harus dapat tegak dengan
memiliki kedaulatan di bidang politik, kemandirian bidang ekonomi, berkepribadian
dalam kebudayaan, dan memiliki daya penting yang kuat dalam ketahanan nasional.
Lebih dari itu, harus tetap memperkokoh jati diri sebagai Pancasila yang menjunjung
tinggi Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan memperkokoh
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jati diri bangsa adalah sesuatu yang membuat kita lekas mengenali kebangsaan
seseorang dari tutur kata, perilaku dan pandangannya. Jati diri, singkatnya, adalah
semacam moralitas publik yang menjadi pegangan kehidupan orang per orang dalam
sebuah bangsa.
Jati diri, bukan sesuatu yang genetik dalam sebuah bangsa. Dia hadir dalam
sejarah. Dan sejarah pun bukan sesuatu yang singular. Bangsa Indonesia, misalnya, terdiri
dari berbagai suku bangsa dengan kesejarahannya masing- masing. Kesejarahan tersebut
membentuk jati diri primordial yang berbeda satu dengan lainnya. Persoalan mengenai
jati diri bangsa menyentuh sebuah perkara yang sangat fundamental: bagaimana
keragaman sejarah dan tradisi dan konsekuensinya yaitu jati diri dapat membentuk
kebangsaan yang utuh dan mengecualikan?
Bung Karno berpidato panjang lebar mengenai Pancasila tanggal 1 juni 1945.
Beliau menggali Pancasila dari kekayaan budaya bangsa Indonesia yang sudah berumur
ratusan, bahkan ribuan tahun. Pancasila dalam bahasa Sansekerta dapat berarti ganda.
Pertama adalah “berbatu- sendi jang lima” atau lima fundamen bangsa. Kedua adalah
“lima peraturan tingkah laku jang penting”. Sila dapat juga diartikan sebagai kesusilaan
atau tingkah laku yang bermoral. Pancasila adalah lima panduan moral bagi perilaku
orang per orang yang mengaku bangsa Indonesia.
Bung Karno memeras Pancasila menjadi satu yakni gotong royong. Dalam gotong
royong tersembunyi panduan sila lainnya: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi
dan keadilan sosial. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan namun tetap
tolong menolong sesama pemeluk agama yang berbeda. Bangsa Indonesia adalah bangsa
yang tidak sekadar mementingkan diri sendiri namun juga membantu bangsa lain atas
nama kemanusiaan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjalankan demokrasi
dengan panduan moralitas publik yang jelas dan tegas.
Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan
adi luhung. Masyarakat hidup rukun, saling gotong royong dan mempunyai semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” yang diambil dari sesanti pada zaman Majapahit “Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangroa” menunjukkan toleransi antarwarga negara yang
berbeda-beda. Hubungan sosial dihiasi perilaku sopan santun dalam berbahasa dan saling
tenggang rasa. Hal ini menunjukkan tingginya karakter yang patut diteladani.
Fungsi jati diri sendiri adalah sebagai penanda keberadaan atau eksistensi suatu
negara atau bangsa serta cerminan dari kondisi suatu bangsa tersebut. Dengan demikian
jati diri bangsa adalah ciri khas yang hakikatnya melekat pada suatu kelompok atau
masyarakat di suatu negara atau bangsa yang menjadi pembeda dengan bangsa atau
negara lain. Jati diri bangsa sendiri sering di ibaratkan seperti identitas bangsa atau
kepribadian bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi realitas perkembangan jaman, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Ancaman Nirmiliter di era 5.0
2. Bagaimana Jati Diri Bangsa Negara Indonesia

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Ancaman Nirmiliter di era 5.0
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Jati Diri Bangsa Negara Indonesia
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Konsep dan Teori


A. Ancaman militer
Sejak dahulu hingga saat ini, ada banyak peristiwa yang merupakan ancaman bagi
keselamatan masyarakat di berbagai negara. Ancaman tentunya menjadi suatu
permasalahan yang dapat meresahkan masyarakat suatu negara. Ancaman adalah suatu
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu yang berpotensi
membahayakan keselamatan individu atau kelompok lain. Ancaman terhadap keamanan
nasional dapat dipahami atau didefinisikan sebagai suatu tindakan atau serangkaian
peristiwa yang dapat memberikan ancaman dalam dua dimensi sekaligus, yaitu secara
langsung atau tidak langsung membahayakan kehidupan masyarakat; dan untuk
membatasi pilihan-pilihan kebijakan pemerintah; Ancaman militer merupakan
ancaman yang menggunakan kekuatan senjata dan terorganisasi serta dinilai mempunyai
kemampuan membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara dan
keselamatan segenap bangsa.
Pertahanan negara di Indonesia diatur dalam Undang-Undang atau UU Nomor
3 Tahun 2002. Dalam UU disebutkan bahwa ancaman militer adalah ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisir dan dinilai membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Contoh
Ancaman Militer yaitu Agresi adalah ancaman militer yang menggunakan kekuatan
bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara yang dapat membahayakan kedaulatan
dan keutuhan wilayah negara tersebut dan juga membahayakan keselamatan segenap
bangsa tersebut, Pelanggaran Wilayah yang dilakukan negara asing dengan menggunakan
peralatan seperti kapal maupun pesawat, Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan
terhadap suatu negara yang kegiatannya berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain
yang bertujuan untuk mencari dan mendapatkan dokumen rahasia militer suatu negara,
Sabotase adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang
kegiatannyamempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital
nasional,Ancaman dari teroris baik dari jaringan luar negeri maupun dalam negeri,
Pemberontakan yang menggunakan senjata, Perang Saudara yang menggunakan senjata.
Pengertian ancaman non militer adalah ancaman yang tidak menggunakan
kekuatan senjata, namun jika dibiarkan akan mengancam atau membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dankeselamatan segenap bangsa

B. Era 5.0
Revolusi Industri 5.0 adalah bukan kelanjutan dari Revolusi Industri 4.0
melainkan, revolusi industri 5.0 merupakan alternatif untuk mengganti teknologi yang
masih tidak sempurna pada revolusi industri 4.0, yang mana seperti tertulis pada konsep
bahwa revolusi industri 5.0 dibuat agar teknologi dapat berdampingan dengan manusia
(Human to Machine).
Konsep revolusi industri 5.0 pertama kali diperkenalkan oleh Jepang untuk
kenyamanan dan kesejahteraan warganya. Masyarakat yang berpusat pada manusia yang
menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem
yang sangat mengintegrasikan dunia dengan memanfaatkan Internet of Things. Pada
revolusi industri 4.0 digunakannya kecerdasan buatan (artificial intellegence) dalam
komponen utamanya, pada revolusi industri 5.0 ini manusia tidak bisa tertinggal jauh
begitu saja oleh kecanggihan sebuah mesin, maka dari itu revolusi industri 5.0 lebih
mengutamakan menggunakan manusia sebagai komponen utamanya dalam penggunaan
teknologi canggih pada era 5.0 agar tidak terjadi kesenjangan ekonomi pada kehidupan
manusia karena kinerjanya yang tergantikan oleh mesin.
Society 5.0 adalah sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan
berbasis teknologi. Pada era ini, masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai
tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di
era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
C. Jati Diri
Erikson (1968) menjelaskan jati diri sebagai perasaan subjektif tentang diri yang
konsisten dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam berbagai tempat dan
berbagaisituasi sosial, seseorang masih memiliki perasaan menjadi orang yang sama.
Sehingga, orang lain yang menyadari kontinuitas karakter individu tersebut dapat
merespon dengan tepat. Sehingga, identitas bagi individu dan orang lain mampu
memastikan perasaan subjektif tersebut (Kroger, 1997). Menurut Waterman (1984), jati
diri berarti memiliki gambaran diri yang jelas meliputi sejumlah tujuan yang ingin
dicapai, nilai, dan kepercayaan yang dipilih oleh individu tersebut. Komitmen-komitmen
ini meningkat sepanjang waktu dan telah dibuat karena tujuan, nilai dan kepercayaan yang
ingin dicapai dinilai penting untuk memberikan arah, tujuan dan makna pada hidup
(LeFrancois, 1993). Marcia (1993) mengatakan bahwa identitas diri merupakan
komponen penting yang menunjukkan identitas personal individu. Semakin baik struktur
pemahaman diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan keunikan dan
kemiripan dengan orang lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan individu
dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang maka individu semakin
tergantung pada sumber-sumber eksternal untuk evaluasi diri.
Jati Diri adalah suatu hal yang ada di dalam diri kita, yang meliputi karakter, sifat,
watak dan kepribadian nya. Bisa dibilang jati diri adalah segala hal tentang diri kita.
Dengan proses yang panjang dan penuh lika-liku, jati diri secara alami akan ada di dalam
diri kita, baik itu saat usia muda maupun dewasa. Secara garis besar, proses penemuan
jati diri ini tidak mudah karena banyak faktor dan pasti penuh trial and error. Namun
ketika sudah berhasil menemukan jati diri, seseorang akan menjadi lebih percaya diri,
tahu apa tujuan hidup, dan bisa lebih berdampak bagi sekitar.

2.2 Kerangka Pemikiran


A. Jati diri Bangsa
Sebagai Jati diri Bangsa, Pancasila menghadirkan wajah Bangsa yang memiliki
semangat dan roh yang sama yang terwujud dalam sila pancasila. Pancasila membawa
dalam dirinya sendiri kebangsaan Indonesia yang tidak hanya bernegara melainkan
memiliki jiwa yang tak tergantikan oleh apa pun. Dalam Pancasila kita menemukan
kekayaan Bangsa yang menopang seluruh perjuangan bahkan perjalanan Bangsa
Indonesia. Ketika mendengar nama pancasila maka dengan sendirinya orang akan
mengenal Bangsa Indonesia. Nilai Bangsa yang terkandung dalam kelima sila pancasila
mewakili jati diri bangsa kita. Seluruh rakyat meyakini bahwa Pancasila adalah jati diri
Bangsa Indonesia.

B.Ancaman Militer
Era society 5.0 berfokus pada pengembangan masyarakat agar dapat menikmati
kehidupan yang berkualitas tinggi, dengan menggabungkan atau memanfaatkan teknologi
canggih di berbagai industri dan kegiatan sosial serta mendorong inovasi untuk
menciptakan nilai baru yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Implementasi society 5.0 adalah telah terjadi perkembangan teknologi informasi
dan internet yang sangat pesat yang telah mendorong terjadinya revolusi industri 4.0.
Perkembangan teknologi, yang mensinergikan aspek fisik, digital, dan biologi, seperti
pemanfaatan kecerdasan buatan yaitu artificial intelligence, robotika, dan kemampuan
komputer belajar dari data atau machine learning pada manufaktur dengan pemanfaatan
data skala besar, teknik penyimpanan data di awan yaitu cloud computing, serta internet
of things.
Pemanfaatan Internet Of Things ini berimplikasi adanya Internet Of Military
Things (IoMT), Internet Of Military Things Turut mempengaruhi cara kerja dunia militer,
Dengan memanfaatkan sistem komputer, militer bisa mendapatkan keuntungan yang
besar di medan tempur dari data yang cepat dan akurat, serta unit militer yang tersebar
secara geografis, namun saling terhubung dengan sistem komunikasi yang saling
terhubung, Ancaman-ancaman baru, baik dari jenis ancaman maupun frekuensinya,
mendorong berbagai militer di dunia mengadopsi Network Centric Warfare sebagai
konsep perang masa depan.
Ancaman pertahanan negara yang berpotensi menghambat pembangunan nasional
dikelompokkan menjadi ancaman militer, non militer, dan hibrida, Ancaman militer
merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan militer dan membahayakan
kedaulatan, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dan negara. Ancaman non
militer merupakan ancaman yang ditujukan pada semua aspek kehidupan
IPOLEKSOSBUDKAM dan Teknologi, dan dilaksanakan oleh aktor non negara,
sementara Ancaman hibrida merupakan gabungan dari ancaman militer dan non militer.
Hadirnya Revolusi Industri 4.0 dan Era Society 5.0, menimbulkan dampak positif
dan negatif, dan ini perlu disikapi oleh Lembaga Pendidikan, khususnya lembaga
pendidikan militer sebagai wadah untuk mendidik sumberdaya manusia Indonesia untuk
mencapai visi dan misi Indonesian emas 2045 yang telah dicanangkan, dan harus mampu
memanfaatkan revolusi industry dan Society 5.0 ini dalam menjalankan peran lembaga
pendidikan militer yang sangat penting yaitu pembentukan karakter, peningkatan
keterampilan, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jati Diri Bangsa Indonesia
Jati diri bangsa merupakan suatu identitas atau tanda pengenal yang dimiliki suatu
bangsa sebagai pembeda, ciri khas, alat komunikasi antar negara dan juga menjadi pemicu
semangat kesinambungan hidup bangsa. Demikian pula dengan istilah “Jati Diri Bangsa
Indonesia” yang memiliki pemahaman sebagai identitas bangsa Indonesia yang menjadi
pemberi semangat demi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Jati diri bangsa
Indonesia dapat diidentifikasikan melalui citra budaya dan peradaban bangsa Indonesia
yang telah ada sebelum bangsa ini ada dan merdeka.
Jati diri bangsa akan tampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan
dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia sendiri nilai-nilai luhur bangsa
terdapat dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang
merupakan perwujudan dari konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas,
dan sosialitas.
Jati diri bangsa merupakan hal atau persoalan yang sangat esensial dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehilangan jati diri bangsa sama saja dengan
kehilangan segalanya, bahkan dapat berakibat tereliminasi dari bangsa-bangsa yang lain.
Maka dari itu, jika kita tetap ingin menjadikan negara yang berdaulat dan dihargai oleh
bangsa-bangsa dalam peraturan internasional, kita perlu untuk menjaga eksistensi dan
kokohnya jati diri bangsa. Membangun jati diri bangsa Indonesia juga berarti sebagai
membangun jati diri setiap manusia Indonesia, yang tidak lain adalah membangun
karakter manusia atau masyarakat Indonesia.
Jati diri bangsa Indonesia bisa terwujud apabila seluruh elemen bangsa Indonesia
bangga dan merasa memiliki budaya adiluhung peninggalan nenek moyang kita.
Contohnya seperti sikap gotong royong, musyawarah dalam menyelesaikan
permasalahan, andhap asor, saling mengasihi, menghormati, tahu berterima kasih, dan
lain-lain.
A. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa
Pancasila sebagai jati diri bangsa menghadirkan wajah bangsa yang memiliki
semangat dan roh yang sama yang terwujud dalam sila pancasila. Pancasila membawa
dalam dirinya sendiri kebangsaan Indonesia yang tidak hanya bernegara melainkan
memiliki jiwa yang tak tergantikan oleh apa pun.
Dalam Pancasila dapat ditemukan kekayaan Bangsa yang menopang seluruh
perjuangan bahkan perjalanan Bangsa Indonesia. Orang akan secara otomatis mengenal
bangsa Indonesia ketika mendengar Pancasila. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung
dalam lima sila Pancasila mewakili jati diri bangsa. Seluruh rakyat meyakini bahwa
Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia. Adapun kelima sila Pancasila serta
perwujudannya terhadap bangsa, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Menyadari kekuasaan Tuhan atas kelangsungan hidup bangsa Indonesia
membawa Soekarno untuk menempatkan Tuhan Yang Maha Esa di atas segalanya dalam
kehidupan bangsa. Ini adalah pengakuan akan kuasa Tuhan untuk melindungi dan
merawat bangsa Indonesia sepanjang perjalanan hidup. Pengakuan sebuah bangsa yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sebagai makhluk Tuhan, manusia harus saling menghormati dan menghargai
sebagai saudara yang beriman kepada Tuhan. Bagi manusia yang adil dan beradab, ini
berarti bahwa semua manusia sama-sama bertanggung jawab atas kelangsungan hidup
bangsa Indonesia. Selain itu berusaha untuk melindungi harkat dan martabat setiap
manusia.
3. Persatuan Indonesia
Sebagai makhluk yang memiliki Tuhan, percaya dan mengakui-Nya, dan
memiliki martabat yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya, maka kita perlu
mengusahakan persatuan sebagai suatu bangsa dimana setiap manusia menjadi pribadi
yang dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh bangsanya sendiri. Upaya mewujudkan
persatuan bangsa adalah tanggung jawab semua pihak.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Hal ini menegaskan makna permusyawaratan atau diskursus dalam. Pengambilan
keputusan yang bersandar pada hikmat kebijaksanaan. Dengan diterangi oleh
kebijaksanaan Tuhan dan terwujud dalam pengambilan keputusan yang benar dan
bijaksana tanpa mengorbankan rakyat dan bangsa. Tidak ada pemaksaan kehendak,
mengutamakan keputusan yang diambil secara musyawarah dan menghormati dan
menjunjung tinggi hasil musyawarah yang telah diambil.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Seluruh rakyat Indonesia yang memiliki Indonesia sebagai Bangsa harus
merasakan perlindungan dan kesejahteraan yang sama. Keadilan bagi seluruh rakyat
berarti tidak adanya ketimpangan dalam pelayanan dan kesejahteraan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Semua rakyat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
menikmati pembangunan dalam hidup. Karena itu ketidakadilan yang terus terjadi dalam
kehidupan berbangsa merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanat yang
terkandung dalam Pancasila.

B. Bahasa Sebagai Jati Diri Bangsa


Semua bahasa pada dasarnya merupakan lambang jati diri penuturnya, dan bahasa
Indonesia juga merupakan lambang jati diri bangsa. Oleh karena itu, kita harus
melindungi, melestarikan, dan terus mengembangkan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi modern yang dapat membedakan negara kita dengan negara lain di dunia.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia harus mampu
menunjukkan kepunyaannya sebagai milik bangsa yang beradab dan berbudaya dalam
pergaulan antar bangsa di dunia. Karena modernitas yang begitu dahsyat telah merasuk
ke dalam sendi-sendi kehidupan bangsa yang dikhawatirkan akan dapat menggerus jati
diri bangsa yang selama ini kita banggakan. Dalam Sumpah Pemuda tahun 1928, tepatnya
butir ketiga secara eksplisit para pemuda pada saat itu tidak sekedar untuk mengangkat
dan menyepakati bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tetapi juga untuk
menjunjungnya, dimana secara tersirat mengandung makna yang sangat dalam. Artinya,
bahasa Indonesia digunakan secara cermat dan tetap memeliharanya agar bahasa
Indonesia dapat tumbuh dan berkembang sebagai alat komunikasi yang stabil dan
sekaligus sebagai lambang jati diri bangsa Indonesia.

C. Budaya Sebagai Identitas Jati Diri Bangsa


Jati diri bangsa kita juga tercermin dalam seni dan budaya, adat istiadat, tata nilai,
dan perilaku budaya masyarakat. Dalam hal ini, Indonesia sangat kaya akan keragaman
seni budaya, adat dan tradisi, nilai dan perilaku budaya. Sebagai unsur warisan budaya
bangsa, seni dan budaya, adat istiadat, nilai-nilai, dan perilaku budaya harus dilestarikan
dan dikembangkan sebagai simbol yang dapat mencerminkan jati diri bangsa baik dari
segi jati diri lokal maupun nasional.

D. Kearifan Lokal Sebagai Jati Diri Bangsa


Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal yang mencerminkan
sikap, perilaku dan tata nilai komunitas pendukungnya. Kearifan lokal dapat digali dari
berbagai sumber yang hidup di masyarakat, yang diwariskan secara turun-temurun dari
generasi leluhurnya dalam bentuk peribahasa, tembang, permainan, puisi, kata bijak, dan
berbagai bentuk lainnya. Kearifan lokal dapat diimplementasikan dalam kehidupan saat
ini yang dapat memperkuat kepribadian dan karakter masyarakat, serta sekaligus sebagai
penyaring pengaruh budaya dari luar.

E. Upaya Untuk Mengatasi Pudarnya Jati Diri Bangsa


1. Menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam 4 pilar kebangsaan
(Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika)
2. Mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia
3. Menyaring budaya yang masuk pada bangsa Indonesia
4. Menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda
5. Menanamkan nilai-nilai budaya dan kesejarahan antarwarga
3.2 Ancaman Nirmmiliter di Era 5.0
Ancaman Non Militer pada hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan
factor-faktor nonmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara,keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa.
Bentuk-bentuk Ancaman non Militer. Ancaman non militer digolongkan kedalam
ancaman yang berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, informasi dan
teknologi, serta keselamatan umum. Contoh ancaman non militer antara lain The Brain
War, berupa konflik ideologi, perbedaan keunggulan, persaingan daya cipta dalam
percaturan ekonomi, tekhnologi dan ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.
1. Aspek Ideologi
Pancasila yang merupakan dasar negara dan alat pemersatu bangsa Indonesia
dalam penghayatan dan pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya. Bahkan saat ini sering diperdebatkan. Ideologi
Pancasila cenderung tergugah dengan adanya kelompok-kelompok tertentu yang
mengedepankan paham liberal atau kebebasan tanpa batas. Demikian pula faham
keagamaan yang bersifat ekstrim kiri atau kanan. Gerakan-gerakan kelompok radikal
merupakan salah satu ancaman nyata. Motif yang melatarbelakangi gerakan-gerakan
tersebut dapat berupa dalih agama, etnik, atau kepentingan rakyat. Pada saat ini terdapat
oknum atau kelompok radikal yang menggunakan atribut keagamaan berusaha
mendirikan negara dengan ideologi lain. Bila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana
pada akhirnya dapat menimbulkan kemungkinan disintegrasi bangsa.
Ideologi yang saat ini populer didunia adalah liberalisme. Liberalisme disokong
oleh pemerintah Amerika. Melalui kemajuan teknologi, informasi berkaitan tentang
liberalisme mudah diakses seluruh dunia termasuk Indonesia. Ternyata Liberalisme
mampu menyakinkan bangsa Indonesia menuju kearah kemajuan dan kemakmuran.
Liberalisme mengandung pemikiran tentang kebebasan. Hal inilah yang menarik bagi
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, pada umumnya pengaruh yang diambil justru yang
bernilai negatif, misalnya dalam gaya hidup yang diliputi kemewahan, pergaulan bebas
yang cenderung mengaruh pada dilakukannya perilaku seks bebas dan sebagainya.
2. Aspek Ekonomi
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang
semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus
modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan
menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian
internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka
peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif,
sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar
domestik. pengaruh negatif globalisasi ekonomi yang dapat menjadi ancaman kedaulatan
Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi diantaranya:
1) Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari luar seiring dengan adanya
perdagangan bebas yang tidak mengenal adanya bataa-batas negara. Hal ini
mengakibatkan semakin terdesaknya barang-barang lokal terutama yang tradisional,
karena kalah bersaing dengan barang-barang dari luar negeri.
2) Cepat atau lambat perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring
dengan semakin mudahnya orang asing menanamkan modalnya di Indonesia, yang pada
akhirnya mereka dapat mendikte atau menekan pemerintah atau bangsa kita. Dengan
demikian bangsa kita akan dijajah secara ekonomi oleh negara investor.
3) Timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya persaingan
bebas. Persaingan bebas tersebut akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang kelah
dan yang menang. Pihak yang menang akan dengan leluasa memonopoli pasar,
sedangkan yang kalah akan menjadi penonton yang senantiasa tertindas.
4) Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi
semakin sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya semakin
ditinggalkan, sehingga angka pengangguran dan kemiskinan susah dikendalikan.
5) Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam
jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang
pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya,
apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi
jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan
masalah sosial ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.

3. Aspek Politik
Ancaman berdimensi politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dari dalam
negeri. Dari luar negeri ancaman berdimensi politik dilakukan oleh suatu negara dengan
melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi atau blokade politik
merupakan bentuk-bentuk ancaman nir-militer yang berdimensi politik sering digunakan
oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain. Menggunakan issue global sebagai
kendaraan untuk menekan Indonesia. Pelaksanaan HAM, demokratisasi, penanganan
lingkungan hidup serta penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel selalu
menjadi komoditas politik bagi masyarakat internasional untuk mengintervensi suatu
negara. Ancamaan berdimensi politik dari dalam negeri dapat berupa penggunaan
kekuatan massa untuk menumbangkan suatau pemerintahan yang berkuasa atau dengan
cara menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Ancaman
separatisme juga merupakan bentuk ancaman politik di dalam negeri. Hal lain yang juga
menonjol dalah timbulnya penguatan identitas lokal sebagai respon masyarakat dalam
menyikapi pemberlakuan Otonomi Daerah. Penguatan identitas lokal banyak
dimunculkan dalam kemasan issue putra daerah, hak adat, dan hak ulayat. Kondisi yang
berkembang sangat kontraproduktif dengan prinsip bangsa Indonesia yaitu Bhineka
Tunggal Ika.
4. Aspek Sosial Budaya
Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari
dalam, dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal
timbulnya permasalahan, seperti separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat
perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,
nasionalisme, dan patriotisme. Ancaman dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh
negatif globalisasi, diantaranya adalah:
1) Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-barang dari luar
negeri.
2) Munculnya sifat hedonisme,yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai
hidup tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai
kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Seperti mabukmabukan, pergaulan bebas, foya-foya dan
sebagainya.
3) Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta
memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini dapat
menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu menghardik
pengemis, pengamen dan sebagainya.
4) Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakain yang biasa
dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma
yang berlaku misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.
5) Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan
kesetiakawanan sosial.
6) Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Aspek Teknologi dan Informasi
Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan dunia menjadi kampung global
yang interaksi antar masyarakat berlangsung dalam waktu yang aktua. Tidak hanya terjadi
transfer informasi, tetapi juga transformasi dan sublimasi nilai-ailai luar secara serta
merta sulit dikontrol.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek membawa manfaat besar
bagi umat manusia, tetapi di sisi lain, seiring dengan kemajuan iptek berkembang pula
kejahatan yang memanfaatkan kemajuan iptek tersebut seperti kejahatan siber dan
kejahatan perbankan. Kondisi lain yang menjadi ancaman adalah lambatnya
perkembangan kemajuan iptek di Indonesia sehingga menyebabkan ketergantungan
teknologi terhadap negara maju. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap negara lain
tidak saja menyebabkan Indonesia menjadi pasar produk-produk negara lain, tetapi
Indonesia juga sulit mengendalikan ancaman teknologi yang bertujuan melemahkan
Indonesia.

3.3 Upaya Mengatasi Ancaman Nirmiliter di Era 5.0


Untuk tetap mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia dari berbagai ancaman
non militer diperlukan strategi untuk mengatasinya. Dalam setiap bidang seperti ideologi,
ekonomi maupun sosial budaya memiliki strategi yang berbeda-beda.
Inti pertahanan non militer adalah pertahanan secara nonfisik yang tidak
menggunakan senjata, tetapi pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi,
psikologi, sosial budaya, dan teknologi melalui profesi, pengetahuan dan keahlian serta
kecerdasan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. Sehingga dalam
menghadapi ancaman nirmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang
pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Berikut beberapa contoh
strategi nyata mengatasi ancaman nirmiliter:
1. Komponen Cadangan
Komponen cadangan adalah elemen pertahanan nir-militer, dibentuk dan
dipersiapkan umumnya untuk menggunakan potensi-potensi sumber daya nasional,
seperti warga negara, untuk menjadi kekuatan pertahanan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan dan memperkuat TNI. Sekalipun itu adalah fungsi dasarnya, yaitu untuk
berhadapan dengan ancaman militer, namun dalam kondisi-kondisi tertentu, apalagi
kondisi seperti sekarang ini, komponen cadangan dapat digunakan untuk menghadapi
ancaman nir-militer yang semakin banyak. Beberapa ancaman nir-militer ini, seperti
keterlibatan komponen cadangan dalam operasi-operasi kemanusiaan, penanganan
bencana alam, ancaman siber, keamanan perbatasan, sampai penanggulangan terorisme
dan separatisme.
Komponen cadangan dapat menjadi potensi eksistensial untuk mendukung
kekuatan pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nir-militer. Komponen
cadangan bukanlah kekuatan tempur utama seperti TNI, namun memiliki sentuhan dan
nuansa sipil di dalamnya. Di tengah-tengah sifat dari ancaman nirmiliter yang tidak
menggunakan senjata, melainkan lebih bersifat ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
sampai agama, penggunaan komponen ini tentunya akan lebih efektif.

3.4 Startegi Dalam Mengatasi Ancaman Nirmiliter


1. Strategi Penanganan Hoax
Ancaman hoax merupakan ancaman nyata terhadap persatuan dan kesatuan
bangsa. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari adanya fanatisme politik dan politik
identitas yang diperkuat oleh berita hoax. Praktik politik ini diperparah dengan
digunakannya isu SARA dan ujaran kebencian sebagai konten hoaks.
Untuk dapat menghadapi ancaman hoax secara efektif, efisien dan optimal,
khususnya hoax yang terkait dengan pemilu presiden maupun ancaman hoaks secara
umum, direkomendasikan sebuah grand strategi yang ditujukan untuk mencegah atau
menghadapi ancaman hoax. Dalam strategi ini, Kemenko Polhukam mengkoordinasikan
penanganan hoaks secara keseluruhan yang terdiri dari strategi literasi media, strategi
monitoring hoax, strategi klarifikasi berita hoax, strategi take down berita hoax dan
strategi penegakan hukum.
Strategi literasi media ditujukan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat
agar cerdas menggunakan media sosial, sehingga dapat mengidentifikasi berita hoaks dan
tidak ikut menyebarkannya; Strategi monitoring hoaks ditujukan untuk dapat
melaksanakan monitoring hoax secara terkoordinasi, terintegrasi dan bersinergi; Strategi
take down berita hoax ditujukan untuk menghapus berita hoax yang tersebar di media
social; Strategi penegakan hukum ditujukan untuk dapat melaksanakan penegakan hukum
terhadap kasus hoax secara jelas, tegas dan berkeadilan.

2. Strategi Pecalang di Desa Adat Sukawati Bali


Pecalang adalah sebutan untuk keamanan adat yang bertugas untuk mengamankan
jalannya kegiatan adat di wilayah desa adat. Pecalang biasanya dilakukan oleh warga
yang mendapatkan tugas khusus untuk menjaga dan membantu dalam mengatur kegiatan,
baik terkait dengan upacara agama maupun adat.
Di Bali, keberadaan pecalang ini tentu saja sangat berpengaruh besar pada upaya
mengamankan wilayahnya dari ancaman non militer. Kita pasti sudah tahu bahwa
wilayah Bali telah menjadi pusat pariwisata dari seluruh wisatawan, baik dalam maupun
luar negeri. Hal tersebut tentu saja menjadikan Bali sebagai sasaran empuk bagi beberapa
pihak yang hendak melakukan ancaman non militer ini, mulai dari narkoba, berita hoax,
hedonisme, hingga human trafficking (perdagangan manusia).
Bahkan menurut data tahun 2017, jumlah pecandu narkoba di Bali mencapai
61.353 jiwa yang itu berarti sekitar 2.01% dari jumlah keseluruhan warga Bali. Badan
Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali turut menegaskan bahwa Bali masuk dalam
wilayah darurat narkoba.
Tidak hanya itu, menurut laporan International Organization for Migration (IOM)
menunjukkan bahwa sekitar tahun 2014, sekitar 6.651 orang telah terlibat dalam praktik
perdagangan manusia (human trafficking) dan terjadi di Indonesia ini. Indonesia
menduduki peringkat kedua dalam praktik perdagangan manusia dan menegaskan bahwa
pemerintah akan menutup kawasan prostitusi, termasuk di Bali dan Papua.
Maka dari itu, masyarakat Bali sepakat untuk merevitalisasi pecalang guna
menangkal ancaman non militer ini. Tugas pokok dari pecalang yang awalnya adalah
menjaga kegiatan adat dan keagamaan, mulai bertambah dengan membantu polisi dan
TNI.
3. Partisipasi Masyarakat dalam Mengatasi Ancaman Non Militer
Masyarakat dapat mengatasi ancaman non militer dengan cara sebagai berikut:
1. Pendidikan Kewarganegaraan pada Pasal 37 ayat (1) UU No. 20/2003
dijelaskan bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah air dapat
dibina melalui pendidikan kewarganegaraan.
2. Pengabdian sesuai dengan profesi untuk mengatasi ancaman non-militer
perlu adanya keamanan atau ketahanan lingkungan, energi, pangan dan
ekonomi, maka pengabdian bela negara melalui profesi terbuka sangat luas.
Ketika semua warga negara mengabdikan diri sesuai dengan profesi dalam
usaha pembelaan negara, maka tentu saja akan meningkatkan ketahanan
nasional kita.
KESIMPULAN
Jati Diri Bangsa Indonesia memiliki pemahaman sebagai identitas bangsa
Indonesia yang menjadi pemberi semangat demi keberlangsungan hidup bangsa
Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia dapat diidentifikasikan melalui citra budaya dan
peradaban bangsa Indonesia yang telah ada sebelum bangsa ini ada dan merdeka. Jati diri
bangsa akan tampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai
luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia sendiri nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang merupakan perwujudan dari
konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas, dan sosialitas.
Jati diri bangsa Indonesia bisa terwujud apabila seluruh elemen bangsa Indonesia
bangga dan merasa memiliki budaya adiluhung peninggalan nenek moyang kita.
Contohnya seperti sikap gotong royong, musyawarah dalam menyelesaikan
permasalahan, andhap asor, saling mengasihi, menghormati, tahu berterima kasih, dan
lain-lain.
Selain ancaman militer yang kita kenal perang dengan menggunakan senjata,
seiring perubahan jaman kini muncul ancaman nirmiliter atau non militer. Salah satu
bentuk ancaman dari nirmiliter yang sedang terjadi saat ini adalah adanya pandemi Covid-
19 yang hingga saat ini kita semua belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Pandemi
Covid-19 merupakan bentuk ancaman nirmiliter karena wabah tersebut tidak pernah ada
dan tidak pernah di prediksikan sebelumnya. Selain itu ada beberapa lagi bentuk ancaman
nirmiliter lainnya seperti separatisme, radikalisme, terorisme, dan yang lainnya.
Melihat dari banyaknya ancaman nirmiliter yang sewaktu waktu akan menyerang
atau akan datang pada negara ini, tentunya setiap negara wajib memiliki benteng
pertahanan yang kuat, yang mampu menahan dan menyerang tantangan tantangan yang
menerjang terus kedepannya. Selain itu juga perlu adanya badan terkait yang memiliki
kewenangan untuk melakukan sebuah tindakan atau pencegahan atau penahanan terkait
ancaman nirmiliter tersebut yang bertujuan untuk mendukung sistem pertahanan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Z. A. (2014). Buku Ajar Pendidikan Bela Negara. Surabaya: UPN Veteran
Jawa Timur.

Alfajri, A. (2019). Sinergitas Pembangunan Tata Ruang Pertahanan Daerah dalam


Menghadapu Ancaman Non-Militer di Indonesia. Jurnal Global & Strategis Vol.
13 No. 1, 103-122.

Brata, I. (2016). Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa. Jurnal Bakti
Saraswati Vol. 05 No. 01, 9-16.

Budiwibowo, S. (2016). Revitalisasi Pancasila Dan Bela Negara Dalam Menghadapi


Tantang Global Mellaui Pembelajaran Berbasis Multikultural . Citizenship
Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 4 No. 2, 565-585.

Handayani, U. (2013). 2013. Membangun Jati Diri Bangsa Melalui Budaya, Pendidikan
Karaktera Dan Sopan Santun Berbahasa, 234-249.

Indrawan. (2018). Membangun Komponen Cadangan Berbasis Kemampuan Bela


Negara Sebagai Kekuatan Pertahanan Indonesia Menghadaoi Ancaman Nir-
Militer. Jurnal Pertahanan & Bela Negara Vol. 8 No. 2, 21-40.

Mahfud, M. (2018). Membangun Jati Diri Bangsa: Globalisasi Sebagai Tantangan Dan
Pancasila Sebagai Imperatif Solusi. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 145-
235.

Mandira, I. (2019). Tantangan Pecalang Menghadapi Ancaman Non Militer Di Desa


Adat Sukawati Dalam Mendukung Sistem Pertahanan Semesta. Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Manajemen Pertahanan Vol. 4 No.2, 24-45.

Marwanto, I. (2020). Ancaman Hoaks Ditinjau Dari Strategi Pertahanan Nirmiliter


(Studi Pada Pemilu Presiden 2019). Jurnal Strategi Perang Semesta Vol. 6 No.
2, 127-152.
Rahma, A. (2021). Mengenal Identitas Nasional Indonesia Sebagai Jati Diri Bangsa
untuk Menghadapi Tantangan di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Tambusai
Vol. 5 No. 3, 8549-8557.

Siswanto, H. (2018). Pendidikan Budaya Bahari Memperkuat Jati Diri Bangsa. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosisal Vol. 27 No. 2, 204-222.

T, L. L. (2022). Aktualisasi Pancasila Dalam PAK: Penguatan Bela Negara Dan Jati
Diri Bangsa Menghadapi Superioritas Dan Fundamentalisme Atas Nama
Agama. Jurnal Teologi Berita Hidup Vol.4 No. 2, 294-308.

Totok, T. (2017). Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berbasis


Kearifan Lokal untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa. Prosiding
Konferensi Nasional Kewarganegaraan III (pp. 400-409). Yogyakarta:
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III .

Widorekno, R. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Bela Negara Dalam Menghadapi


Ancaman Non Militer (Covid-19). Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Vol. 8 No. 4, 786-792.

Anda mungkin juga menyukai