Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
1. Pandu Fajar Pramudya / 21011010118
2. Muhammad Irfan Ramadhan / 21042010059
3. Mohammad Abdullah Masrur / 21071010038
4. Lantera Adeel O / 21071010064
5. Clara Sophia Naomi / 21071010069
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Ancaman Nirmiliter di era 5.0
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Jati Diri Bangsa Negara Indonesia
BAB II
KERANGKA TEORI
B. Era 5.0
Revolusi Industri 5.0 adalah bukan kelanjutan dari Revolusi Industri 4.0
melainkan, revolusi industri 5.0 merupakan alternatif untuk mengganti teknologi yang
masih tidak sempurna pada revolusi industri 4.0, yang mana seperti tertulis pada konsep
bahwa revolusi industri 5.0 dibuat agar teknologi dapat berdampingan dengan manusia
(Human to Machine).
Konsep revolusi industri 5.0 pertama kali diperkenalkan oleh Jepang untuk
kenyamanan dan kesejahteraan warganya. Masyarakat yang berpusat pada manusia yang
menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem
yang sangat mengintegrasikan dunia dengan memanfaatkan Internet of Things. Pada
revolusi industri 4.0 digunakannya kecerdasan buatan (artificial intellegence) dalam
komponen utamanya, pada revolusi industri 5.0 ini manusia tidak bisa tertinggal jauh
begitu saja oleh kecanggihan sebuah mesin, maka dari itu revolusi industri 5.0 lebih
mengutamakan menggunakan manusia sebagai komponen utamanya dalam penggunaan
teknologi canggih pada era 5.0 agar tidak terjadi kesenjangan ekonomi pada kehidupan
manusia karena kinerjanya yang tergantikan oleh mesin.
Society 5.0 adalah sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan
berbasis teknologi. Pada era ini, masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai
tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di
era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
C. Jati Diri
Erikson (1968) menjelaskan jati diri sebagai perasaan subjektif tentang diri yang
konsisten dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam berbagai tempat dan
berbagaisituasi sosial, seseorang masih memiliki perasaan menjadi orang yang sama.
Sehingga, orang lain yang menyadari kontinuitas karakter individu tersebut dapat
merespon dengan tepat. Sehingga, identitas bagi individu dan orang lain mampu
memastikan perasaan subjektif tersebut (Kroger, 1997). Menurut Waterman (1984), jati
diri berarti memiliki gambaran diri yang jelas meliputi sejumlah tujuan yang ingin
dicapai, nilai, dan kepercayaan yang dipilih oleh individu tersebut. Komitmen-komitmen
ini meningkat sepanjang waktu dan telah dibuat karena tujuan, nilai dan kepercayaan yang
ingin dicapai dinilai penting untuk memberikan arah, tujuan dan makna pada hidup
(LeFrancois, 1993). Marcia (1993) mengatakan bahwa identitas diri merupakan
komponen penting yang menunjukkan identitas personal individu. Semakin baik struktur
pemahaman diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan keunikan dan
kemiripan dengan orang lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan individu
dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang maka individu semakin
tergantung pada sumber-sumber eksternal untuk evaluasi diri.
Jati Diri adalah suatu hal yang ada di dalam diri kita, yang meliputi karakter, sifat,
watak dan kepribadian nya. Bisa dibilang jati diri adalah segala hal tentang diri kita.
Dengan proses yang panjang dan penuh lika-liku, jati diri secara alami akan ada di dalam
diri kita, baik itu saat usia muda maupun dewasa. Secara garis besar, proses penemuan
jati diri ini tidak mudah karena banyak faktor dan pasti penuh trial and error. Namun
ketika sudah berhasil menemukan jati diri, seseorang akan menjadi lebih percaya diri,
tahu apa tujuan hidup, dan bisa lebih berdampak bagi sekitar.
B.Ancaman Militer
Era society 5.0 berfokus pada pengembangan masyarakat agar dapat menikmati
kehidupan yang berkualitas tinggi, dengan menggabungkan atau memanfaatkan teknologi
canggih di berbagai industri dan kegiatan sosial serta mendorong inovasi untuk
menciptakan nilai baru yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Implementasi society 5.0 adalah telah terjadi perkembangan teknologi informasi
dan internet yang sangat pesat yang telah mendorong terjadinya revolusi industri 4.0.
Perkembangan teknologi, yang mensinergikan aspek fisik, digital, dan biologi, seperti
pemanfaatan kecerdasan buatan yaitu artificial intelligence, robotika, dan kemampuan
komputer belajar dari data atau machine learning pada manufaktur dengan pemanfaatan
data skala besar, teknik penyimpanan data di awan yaitu cloud computing, serta internet
of things.
Pemanfaatan Internet Of Things ini berimplikasi adanya Internet Of Military
Things (IoMT), Internet Of Military Things Turut mempengaruhi cara kerja dunia militer,
Dengan memanfaatkan sistem komputer, militer bisa mendapatkan keuntungan yang
besar di medan tempur dari data yang cepat dan akurat, serta unit militer yang tersebar
secara geografis, namun saling terhubung dengan sistem komunikasi yang saling
terhubung, Ancaman-ancaman baru, baik dari jenis ancaman maupun frekuensinya,
mendorong berbagai militer di dunia mengadopsi Network Centric Warfare sebagai
konsep perang masa depan.
Ancaman pertahanan negara yang berpotensi menghambat pembangunan nasional
dikelompokkan menjadi ancaman militer, non militer, dan hibrida, Ancaman militer
merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan militer dan membahayakan
kedaulatan, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dan negara. Ancaman non
militer merupakan ancaman yang ditujukan pada semua aspek kehidupan
IPOLEKSOSBUDKAM dan Teknologi, dan dilaksanakan oleh aktor non negara,
sementara Ancaman hibrida merupakan gabungan dari ancaman militer dan non militer.
Hadirnya Revolusi Industri 4.0 dan Era Society 5.0, menimbulkan dampak positif
dan negatif, dan ini perlu disikapi oleh Lembaga Pendidikan, khususnya lembaga
pendidikan militer sebagai wadah untuk mendidik sumberdaya manusia Indonesia untuk
mencapai visi dan misi Indonesian emas 2045 yang telah dicanangkan, dan harus mampu
memanfaatkan revolusi industry dan Society 5.0 ini dalam menjalankan peran lembaga
pendidikan militer yang sangat penting yaitu pembentukan karakter, peningkatan
keterampilan, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jati Diri Bangsa Indonesia
Jati diri bangsa merupakan suatu identitas atau tanda pengenal yang dimiliki suatu
bangsa sebagai pembeda, ciri khas, alat komunikasi antar negara dan juga menjadi pemicu
semangat kesinambungan hidup bangsa. Demikian pula dengan istilah “Jati Diri Bangsa
Indonesia” yang memiliki pemahaman sebagai identitas bangsa Indonesia yang menjadi
pemberi semangat demi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Jati diri bangsa
Indonesia dapat diidentifikasikan melalui citra budaya dan peradaban bangsa Indonesia
yang telah ada sebelum bangsa ini ada dan merdeka.
Jati diri bangsa akan tampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan
dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia sendiri nilai-nilai luhur bangsa
terdapat dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang
merupakan perwujudan dari konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas,
dan sosialitas.
Jati diri bangsa merupakan hal atau persoalan yang sangat esensial dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehilangan jati diri bangsa sama saja dengan
kehilangan segalanya, bahkan dapat berakibat tereliminasi dari bangsa-bangsa yang lain.
Maka dari itu, jika kita tetap ingin menjadikan negara yang berdaulat dan dihargai oleh
bangsa-bangsa dalam peraturan internasional, kita perlu untuk menjaga eksistensi dan
kokohnya jati diri bangsa. Membangun jati diri bangsa Indonesia juga berarti sebagai
membangun jati diri setiap manusia Indonesia, yang tidak lain adalah membangun
karakter manusia atau masyarakat Indonesia.
Jati diri bangsa Indonesia bisa terwujud apabila seluruh elemen bangsa Indonesia
bangga dan merasa memiliki budaya adiluhung peninggalan nenek moyang kita.
Contohnya seperti sikap gotong royong, musyawarah dalam menyelesaikan
permasalahan, andhap asor, saling mengasihi, menghormati, tahu berterima kasih, dan
lain-lain.
A. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa
Pancasila sebagai jati diri bangsa menghadirkan wajah bangsa yang memiliki
semangat dan roh yang sama yang terwujud dalam sila pancasila. Pancasila membawa
dalam dirinya sendiri kebangsaan Indonesia yang tidak hanya bernegara melainkan
memiliki jiwa yang tak tergantikan oleh apa pun.
Dalam Pancasila dapat ditemukan kekayaan Bangsa yang menopang seluruh
perjuangan bahkan perjalanan Bangsa Indonesia. Orang akan secara otomatis mengenal
bangsa Indonesia ketika mendengar Pancasila. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung
dalam lima sila Pancasila mewakili jati diri bangsa. Seluruh rakyat meyakini bahwa
Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia. Adapun kelima sila Pancasila serta
perwujudannya terhadap bangsa, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Menyadari kekuasaan Tuhan atas kelangsungan hidup bangsa Indonesia
membawa Soekarno untuk menempatkan Tuhan Yang Maha Esa di atas segalanya dalam
kehidupan bangsa. Ini adalah pengakuan akan kuasa Tuhan untuk melindungi dan
merawat bangsa Indonesia sepanjang perjalanan hidup. Pengakuan sebuah bangsa yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sebagai makhluk Tuhan, manusia harus saling menghormati dan menghargai
sebagai saudara yang beriman kepada Tuhan. Bagi manusia yang adil dan beradab, ini
berarti bahwa semua manusia sama-sama bertanggung jawab atas kelangsungan hidup
bangsa Indonesia. Selain itu berusaha untuk melindungi harkat dan martabat setiap
manusia.
3. Persatuan Indonesia
Sebagai makhluk yang memiliki Tuhan, percaya dan mengakui-Nya, dan
memiliki martabat yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya, maka kita perlu
mengusahakan persatuan sebagai suatu bangsa dimana setiap manusia menjadi pribadi
yang dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh bangsanya sendiri. Upaya mewujudkan
persatuan bangsa adalah tanggung jawab semua pihak.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Hal ini menegaskan makna permusyawaratan atau diskursus dalam. Pengambilan
keputusan yang bersandar pada hikmat kebijaksanaan. Dengan diterangi oleh
kebijaksanaan Tuhan dan terwujud dalam pengambilan keputusan yang benar dan
bijaksana tanpa mengorbankan rakyat dan bangsa. Tidak ada pemaksaan kehendak,
mengutamakan keputusan yang diambil secara musyawarah dan menghormati dan
menjunjung tinggi hasil musyawarah yang telah diambil.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Seluruh rakyat Indonesia yang memiliki Indonesia sebagai Bangsa harus
merasakan perlindungan dan kesejahteraan yang sama. Keadilan bagi seluruh rakyat
berarti tidak adanya ketimpangan dalam pelayanan dan kesejahteraan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Semua rakyat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
menikmati pembangunan dalam hidup. Karena itu ketidakadilan yang terus terjadi dalam
kehidupan berbangsa merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanat yang
terkandung dalam Pancasila.
3. Aspek Politik
Ancaman berdimensi politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dari dalam
negeri. Dari luar negeri ancaman berdimensi politik dilakukan oleh suatu negara dengan
melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi atau blokade politik
merupakan bentuk-bentuk ancaman nir-militer yang berdimensi politik sering digunakan
oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain. Menggunakan issue global sebagai
kendaraan untuk menekan Indonesia. Pelaksanaan HAM, demokratisasi, penanganan
lingkungan hidup serta penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel selalu
menjadi komoditas politik bagi masyarakat internasional untuk mengintervensi suatu
negara. Ancamaan berdimensi politik dari dalam negeri dapat berupa penggunaan
kekuatan massa untuk menumbangkan suatau pemerintahan yang berkuasa atau dengan
cara menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Ancaman
separatisme juga merupakan bentuk ancaman politik di dalam negeri. Hal lain yang juga
menonjol dalah timbulnya penguatan identitas lokal sebagai respon masyarakat dalam
menyikapi pemberlakuan Otonomi Daerah. Penguatan identitas lokal banyak
dimunculkan dalam kemasan issue putra daerah, hak adat, dan hak ulayat. Kondisi yang
berkembang sangat kontraproduktif dengan prinsip bangsa Indonesia yaitu Bhineka
Tunggal Ika.
4. Aspek Sosial Budaya
Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari
dalam, dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal
timbulnya permasalahan, seperti separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat
perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,
nasionalisme, dan patriotisme. Ancaman dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh
negatif globalisasi, diantaranya adalah:
1) Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-barang dari luar
negeri.
2) Munculnya sifat hedonisme,yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai
hidup tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai
kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Seperti mabukmabukan, pergaulan bebas, foya-foya dan
sebagainya.
3) Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta
memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini dapat
menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu menghardik
pengemis, pengamen dan sebagainya.
4) Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakain yang biasa
dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma
yang berlaku misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.
5) Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan
kesetiakawanan sosial.
6) Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Aspek Teknologi dan Informasi
Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan dunia menjadi kampung global
yang interaksi antar masyarakat berlangsung dalam waktu yang aktua. Tidak hanya terjadi
transfer informasi, tetapi juga transformasi dan sublimasi nilai-ailai luar secara serta
merta sulit dikontrol.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek membawa manfaat besar
bagi umat manusia, tetapi di sisi lain, seiring dengan kemajuan iptek berkembang pula
kejahatan yang memanfaatkan kemajuan iptek tersebut seperti kejahatan siber dan
kejahatan perbankan. Kondisi lain yang menjadi ancaman adalah lambatnya
perkembangan kemajuan iptek di Indonesia sehingga menyebabkan ketergantungan
teknologi terhadap negara maju. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap negara lain
tidak saja menyebabkan Indonesia menjadi pasar produk-produk negara lain, tetapi
Indonesia juga sulit mengendalikan ancaman teknologi yang bertujuan melemahkan
Indonesia.
Brata, I. (2016). Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa. Jurnal Bakti
Saraswati Vol. 05 No. 01, 9-16.
Handayani, U. (2013). 2013. Membangun Jati Diri Bangsa Melalui Budaya, Pendidikan
Karaktera Dan Sopan Santun Berbahasa, 234-249.
Mahfud, M. (2018). Membangun Jati Diri Bangsa: Globalisasi Sebagai Tantangan Dan
Pancasila Sebagai Imperatif Solusi. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 145-
235.
Siswanto, H. (2018). Pendidikan Budaya Bahari Memperkuat Jati Diri Bangsa. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosisal Vol. 27 No. 2, 204-222.
T, L. L. (2022). Aktualisasi Pancasila Dalam PAK: Penguatan Bela Negara Dan Jati
Diri Bangsa Menghadapi Superioritas Dan Fundamentalisme Atas Nama
Agama. Jurnal Teologi Berita Hidup Vol.4 No. 2, 294-308.