Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan


Judul : A. Konsep Ketahanan Nasional
a. Pengertian
b. Astagatra
c. Sifat Sifat Ketanas
B. Hukum Timbal Balik Antara Gastra
C. Perwujudan Ketanas Dalam Astagatra

Dosen : Paulus Simonda, SH, MH,

Kelompok : 2
1. Alfrince Manis
2. Widyawati Wiludu
3. Siska Hamisi
4. Magfira Baturu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKARIWO


HALMAHERA
( STIKMA )
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat-Nya penulis
mampumenyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
PendidikanKewarganegaraan. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatanyang penulis hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang,selaku dosen mata kuliah
PendidikanKewarganegaraan sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenaiketahanan
nasional yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagaisumber informasi, referensi
dan berita. Makalah ini penulis susun dengan berbagairintangan baik itu yang datang dari diri
penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnyamakalah ini dapat terselesaikan.Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas danmenjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyakkekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulismeminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah penulis di masa yangakan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak diantara dua Benua dandua Samudra.
Kondisi geografis seperti itu menyebabkan negara Indonesiadidiami berbagai macam flora dan
fauna dan sumber daya alam yangmelimpah.Dari Sabang membentang luas sampai ke Merauke,
menunjukkan betapa luasnya negeri ini. Terdiri dari berbagai keanekaragaman suku, bahasa, dan
budaya itu sebagai bukti betapa kayanya tanah Indonesia.Semua aspek yang menjadi kebanggaan
Bangsa Indonesia sendiri tapi juga sebagai ancaman bagi keutuhan ketahanan Nasional.
Kekayaan alam dankeanekaragaman budaya yang melimpah menyebabkan banyak
kepentinganyang sangat menginginkan hal tersebut.Masyarakat masih rendah tingkat
kesadarannya mengenai Ketahanan Nasional, mereka banyak yang berpandangan bahwa
menjaga ketahanannasional itu hanya tugas TNI, Polri, dan Pemerintah. Padahal
ketikamasyarakat berpandangan seperti itu maka kultur dan kebudayaan yang selaluhadir di
tengah dan menjadi bagian kehidupan sehari hari akan terlupakan.Dampaknya banyak
kebudayaan bangsa yang akan diklaim oleh Negara laindan berbagai macam ideologi yang tidak
sesuai dengan jatidiri bangsaIndonesia akan mudah berkembang di masyarakat.Saat ini isu
penting dalam berbagai diskusi adalah mengenai kasus OPM(Organisasi Papua Merdeka).
Gerakan radikal ini, tengah berkembang diIndonesia dan mengancam keutuhan serta Ketahanan
Nasional. Oleh karenaitu kami tertarik membahas mengenai ancaman OPM, agar kita
dapatmengetahui sekaligus meminimalisir bahaya organisasi tersebut terhadapKetahanan Negara
Indonesia

1.2 Permasalahan

1. Apakah yang dimaksud dengan ketahanan nasional ?


2. Apa saja landasan ketahanan nasional di Indonesia ?
3. Apa saja asas-asas landasan ketahanan nasional di Indonesia ?
4. Tujuan kedudukan dan fungsi konsepsi ketahanan nasional ?
5. Apa saja ciri-ciri ketahanan nasional ?
6. Bagaimana sifat ketahanan nasional ?
7. Mengapa demokrasi merupakan faktor penting dalam ketahanan nasional ?
8. Jelaskan aspek - aspek ketahanan nasional ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ketahanan Nasional

Konsepsi Ketahanan Nasional (Tannas), merupakan konsepsi Nasionaldalam Pencapaian Tujuan


Nasional, yang pada intinya tercapainya Keamanandan Kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia, yang menjadi tugas dantanggung jawab Pemerintahan Negara. Suatu rumusan Tujuan
Nasionalsebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan UUD RI 1945, ialah
membentuk suatu ”Pemerintahan Negara” yang melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraanumum,
mencerdaskan kehidupan Bangsa, dan ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.Dalam rangka pencapaian Tujuan Nasional,
diperlukan Ketahanan nasional,yaitu suatu kondisi dinamik kehidupan Nasional yang terintegrasi
yang harusdiwujudkan pada suatu saat, yang mampu menghadapi dan mengatasi
segalatantangan, ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG). Dan untukmewujudkan Ketahanan
Nasional, diperlukan Konsepsi Tannas, yaitukonsepsi pengaturan dan penyelenggaraan
keamanan dan kesejahteraansecara seimbang, serasi dan selaras, yang dilaksanakan melalui
Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dariPembangunan
Nasional. Dengan kata lain, pada saat kita menyelesaikanmasalah keamanan harus ikut
dipikirkan masalah kesejahteraan, demikian pula sebaliknya. (Security approache, Prosperity
build in. SebaliknyaProsperity approach, Security build in).

2.2 Pengertian Astagatra dalam ketahanan nasional Indonesia

Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahakan dengan gatra dalam ketahanan


nasional Indonesia. Sedangkan unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama
Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
1) Trigatra adalah aspek alamiah yang terdiri atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
2) Pancagatra adalah aspek sosial yang terdiri atas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan.
Unsur-unsur tersebut dianggap mempengaruhi negara dalam hal mengembangkan kekuatan
nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat kita ketahui melalui pengamatan atas
delapan gatra yang sudah disebutkan diatas. Sedangkan lemah/menurunnya tingkat ketahanan
nasional akan menurunkan kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman kekuatan yang
terjadi.

2.2 Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam ketahanan Nasional

2.2.1 Gatra Penduduk


Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang
bersangkutan. Faktor yang bersangkutan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut:

a. Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, ketrampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b. Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan
perimbangan penduduk di tiap wilayah.

2.2.2 Gatra Wilayah

Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional Negara. Adapun hal yang terkait dengan
wilayah Negara meliputi:
a. Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara kepulauan, dan Negara
kontinental.
b. Luas wilayah Negara; ada Negara dengan wilayah luas dan Negara dengan wilayah sempit
(kecil).
c. Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara.
d. Daya dukung wilayah Negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yang
unhabitable.

2.2.3 Gatra Sumber Daya Nasional

Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan
nasional, meliputi:
a. Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati, dan tambang.
b. Kemauan mengeksplorasi sumber daya alam.
c. Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan
hidup.
d. Kontrol atas sumber daya alam.

2.2.4 Gatra di Bidang Ideologi

Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu:
a. Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya nilai-
nilai yang terkandung dalam ideologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju.
b. Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, atinya masyarakat yang
banyak dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik bersama dan menjadikannya
bersatu.

2.2.5 Gatra di Bidang Politik


Politik penyelengaraan bernegara sangat memengaruhi kekuatan nasional suatu Negara.
Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti :
a. Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau non demokrasi.
b. Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensil atau parlementer.
c. Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republik atau kerajaan.
d. Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara kesatuan atau Negara serikat.

2.2.6 Gatra di Bidang Ekonomi

Ekonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga Negara.

2.2.7 Gatra di Bidang Sosial Budaya

Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal
yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi
bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya.

2.2.8 Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan

Pertahanan keamanan suatu Negara merupakan unsur pokok terutama dalam mengahadapi
ancaman militer Negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di
tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan Negara juga merupakan salah satu fungsi
pemerintahan Negara.

2.3 perdamaian dunia dan Bagaimana strategi Indonesia dalam usaha mencapai
perdamaian dunia

Perdamaian dalam pengertian negatifnya adalah suatu kondisi tidak adanya peperangan, konflik
kekerasan, ketegangan dan huru-hara kerusuhan berskala besar, sistematis serta kolektif. Namun
demikian, berlanjutnya tindak kekerasan seperti terorisme, diskriminasi dan penindasan terhadap
minoritas dan kaum wanita serta anak-anak, kekerasan struktural oleh sebab-sebab kemiskinan
dan pengangguran, intoleransi agama, dan rasisme serta sentimen kesukuan, bisa dikatakan
merupakan keadaan tidak adanya situasi damai bagi mereka yang menjadi korban. Oleh karena
itu, perdamaian harus dirumuskan pula secara lebih positif, tidak hanya dengan meniadakan
peperangan dan konflik bersenjata berskala besar, melainkan juga memberantas berbagai tindak
kekerasan, ketidakadilan, kriminalitas, penindasan dan eksploitasi manusia oleh manusia lainnya
yang lebih kuat serta berkuasa.
Cita-cita perdamaian mungkin sudah berumur sama dengan usia manusia itu sendiri. Namun
demikian, kegagalan-kegagalan menciptakan perdamaian juga sama usianya dengan cita-cita
damai sepanjang zaman. Hal itu menyebabkan berbagai konsekuensi, antara lain pesimisme
bahwa perdamaian abadi dianggap merupakan sebuah utopia belaka, mengingat kenyataan
bahwa kodrat manusia yang ditakdirkan heterogen dalam cita-cita kelompok, keyakinan, serta
kepentingan sosial politik, sudah mengandung implikasi bahwa potensi konflik adalah sebuah
keniscayaan di muka bumi ini. Kalau demikian halnya, mengapa manusia modern di awal
millennium ke-3 ini, masih terus mencoba tidak kehabisan akal untuk mencari cara dalam
mengupayakan terciptanya perdamaian bagi diri, keluarga, kelompok, bangsa, serta perdamaian
global? Salah satu jawabannya adalah bahwa selain kodrat manusia yang berbeda-beda dan
bertentangan berdasarkan suku, bangsa, ras, agama, dan perbedaan kelompok-kelompok secara
primordial maupun pertentangan kepentingan politik dan ideologi, maka merupakan
kodrat/naluri (instinct) manusia pula untuk mempertahankan jenisnya agar tidak mengalami
kemusnahan total oleh saling menghancurkan dan memusnahkan. Itulah sebabnya, dalam
sejarah, setelah peperangan demi peperangan, kekerasan demi kekerasan dilakukan oleh sesama
manusia, maka manusia secara akumulatif selalu berusaha menciptakan mekanisme-mekanisme
untuk mewujudkan pemulihan keadaan damai.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh Negara Indonesia dalam menciptakan sebuah
perdamaian Negara adalah:

1) Menghargai Keberagaman

Indonesia yang terdiri dari berbagai unsur dan bermacam-macam kelompok, hanya akan
terpelihara eksistensinya, apabila ada kerelaan untuk saling menerima keberagaman dari setiap
komponen bangsa terhadap komponen atau kelompok lainnya. Setiap warga negara mesti
menyadari, tidak mungkin kedamaian dibangun secara hakiki, apabila suatu kelompok agama
tertentu menganggap dirinya adalah kelompok agama yang lebih istimewa dibandingkan dengan
yang lainnya. Salah satu potensi besar dalam menyumbang terhadap perdamaian adalah dengan
kembali kepada ajaran-ajaran pokok setiap agama, karena mayoritas sangat besar dari bangsa
Indonesia adalah umat beragama. Agama melalui para pemeluknya harus belajar meninggalkan
sikap memutlakkan ajaran agama (absolutisme agama) sendiri sebagai satu-satunya kebenaran
yang ada di dunia, dan sebaliknya dapat berbagi ruang hidup secara lapang dada dengan
menerima keanekaragaman agama-agama (pluralisme agama) di Indonesia.

2) Dialog Perdamaian

Dalam dialog perdamaian ini, sekali lagi harapan dibebankan kepada para pemeluk-pemeluk
agama. Hal ini didasarkan oleh kenyataan, bahwa sudah begitu banyak kekejaman dan kekerasan
yang dilakukan oleh manusia terhadap manusia lainnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,
justru dengan justifikasi yang berasal atas ajaran agama-agama tertentu. Apalagi agamalah
tampaknya yang paling sering menjadi alat politik untuk membenarkan kelompok sendiri, serta
menyalahkan kelompok lainnya. Padahal, setiap orang beragama umumnya sepakat, bahwa
pesan inti agama adalah memelihara kehidupan damai serta saling mengasihi antar sesama
manusia. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya dari pesan-pesan pokok setiap agama, tentulah
telah terjadi kesalah pahaman antar pemeluk agama. Untuk itulah dialog perdamaian antar agama
perlu dilakukan secara terus-menerus. Momentum dialog antar agama mulai dirasakan
keperluannya dan kemungkinan-kemungkinan keberhasilannya di zaman modern ini, setelah
para uskup agama Katolik seluruh dunia menyelenggarakan Konsili Vatikan II, tahun 1964. Pada
waktu itu antara lain dibahas agar soal umat Katolik menjalin dialog dengan pemeluk agama dan
berbagai kebudayaan lain yang ada di dunia ini. Inisiatif dialog ini kemudian disambut dengan
baik oleh kalangan Islam. Dewasa ini sudah cukup banyak organisasi dan forum-forum dialog
agama-agama internasional, tidak hanya antara Islam dan Kristen, melainkan juga antara Kristen
dengan Yahudi, Kristen dengan Hindu, juga yang bersifat multilateral antara berbagai agama.
Hal ini kalau dilakukan secara terus-menerus dengan semangat saling menghargai serta sikap
yang dilandasi ketulusan dan kejujuran, diharapkan besar kemungkinan akan memberikan
sumbangan berarti bagi Perdamaian.

3) Menegakkan Kebenaran dan Keadilan

Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam proses awal menciptakan perdamaian yang hakiki
adalah dengan upaya melakukan upaya pengungkapan penyalahgunaan kekuasaan dan
pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu. Tidak akan mungkin tercipta perdamaian yang
hakiki dengan tindakan menutup-nutupi atau menyembunyikan berbagai tindakan kekerasan
terhadap HAM di masa lalu, dan melepaskan para pelaku penyalahgunaan kekuasaan politik atas
nama Negara terhadap masyarakat yang lemah yang seharusnya dilindungi oleh negara.

4) Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)

Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat ataupun
sebuah Negara. Jika tidak, maka akan percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui
budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari
masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu
Negara, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan
perdamaian disana. Dan pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam
mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.

5) Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi

Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang terkait masalah kesejahteraan dan faktor-
faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian
dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di
dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan “cuek” atas isu dan
seruan perdamaian. “Boro-boro mikirin perdamaian dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari
saja susahnya minta ampun”, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk mendukung
upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan
pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.

6) Melalui Pendekatan Politik


Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk mewujudkan
perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda politik yang
menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara
maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada
saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit penekanan”
pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan justru
membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka terus dibeli.

7) Melalui Pendekatan Religius (Agama)

Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya perdamaian.
Sebab tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun peperangan. Semua
Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu
setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam turut
serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama yang
dianggap memiliki kharisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan
perdamaian.

B. Hakikat Ketahanan Nasional


Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk
dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.

C. Sifat Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Manunggal
b. Mawas ke dalam
c. Berkewibawaan
d. Berubah menurut waktu
e. Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan.
f. Percaya pada diri sendiri (self confidence)
g. Tidak bergantung kepada pihak lain (self relience)

D. Asas-asas Ketahanan Nasional

Asas ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD
1945, dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :
1) Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa
kesejahteraan dan keamanan, sistem kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung.
Kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada pada sistem kehidupan nasional
itu sendiri. Kesejateraan maupun keamanan harus selalu ada, berdampingan pada kondisi
apapun.
Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional yang dicapai
merupakan tolok ukur Katahanan Nasional.
2) Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu

Ketahanan Nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh,
menyeluruh dan terpadu (komprehensif integral)

3) Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar

a. Mawas ke Dalam
Tujuaannya yaitu menumbuhkan hakikat, sifat dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri
berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat
kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa Ketahanan Nasional
mengandung sikap isolasi atau nasionalisme sempit.

b. Mawas ke Luar
Tujuannya yaitu untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan
strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia
internasional. Kehidupan nasional harus mampu mengembangkan kekuatan nasional untuk
memberikan dampak ke luar dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Interaksi dengan pihak
lain diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

c. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, gotong royong,
tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Asas ini mengakui adanya perbedaan. Perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi
dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat
menghancurkan.

E. Pembinaan Ketahanan Nasional

Upaya memperkuat ketahanan nasional memerlukan langkah pembinaan berikut :


1) Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif terus dikembangkan serta
ditingkatkan.
2) Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlevansikan dan diaktualisasikan nilai
instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, selaras dengan peradapan dunia yang berubah
dengan cepat tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
3) Sesanti Bhinneka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara yang bersumber dari
Pancasila harus terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk
sebagai upaya untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah serta
moralitas yang loyal dan bangga terhadap bangsa dan negara. Di samping itu anggota
masyarakat dan pemerintah perlu bersikap wajar terhadap kebhinnekaan.
4) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara RI harus dihayati dan
diamalkan secara nyata oleh setiap penyelenggara negara, lembaga kenegaraan lembaga
kemasyarakatan, serta setiap warga negara Indonesia agar kelestarian dan keampuhannya
terjaga dan tujuan nasional serta cita-cita bangsa Indonesia terwujud. Dalam hal ini suri
tauladan para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat
merupakan hal yang sangat mendasar.
5) Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila, harus menunjukkan keseimbangan antara
fisik material dengan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan
sekularisme. Dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia, pembangunan harus
adil dan merata di seluruh wilayah untuk memupuk rasa persatuan bangsa dan kesatuan
wilayah.
6) Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran lain, seperti Pendidikan Budi Pekerti,
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa Indonesia dan Kepramukaan. Pendidikan
Moral Pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat luas secara non formal.

F. Kebudayaan Nasional
Mengingat bangsa Indonesia dibentuk dari persatuan suku-suku bangsa yang mendiami
bumi Nusantara, kebudayaan bangsa Indonesia (kebudayaan Nasioal) merupakan hasil dari
interaksi budaya-budaya suku bangsa (budaya daerah) yang kemudian diterima sebagai nilai
bersama seluruh bangsa. Kebudayaan nasional juga merupakan hasil interaksi dari nilai-nilai
budaya yang telah ada dengan budaya luar (asing), yang kemudian juga diterima sebagai nilai
bersama seluruh bangsa. Hal yang penting adalah bahwa interaksi budaya tersebut harus berjalan
wajar dan alamiah, tanpa unsur pemaksaan dan dominasi kebudayaan nasional tumbuh dan
berkembang sejalan dengan berkembangnya budaya daerah.
Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan Indonesia. Bangsa
Indonesia telah sepakat menggunakan Pancasila sebagai falsafah hidupnya, sehingga nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila akan menjadi tuntunan dasar dari segenap sikap, perilaku, dan
gaya hidup bangsa Indonesia. Secara umum gambaran identitas bangsa Indonesia berdasarkan
tuntunan Pancasila adalah manusia dan masyarakat yang memiliki sifat-sifat dasar sebagai :
1) Bersifat religius
2) Bersifat kekeluargaan
3) Bersifat serba selaras
4) Bersifat kerakyatan

G. Penjabaran Tanas dalam Pembangunan Nasional


Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat
Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya mengacu pada
kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang
berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju serta kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah sebagai usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Dan pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Maksudnya
adalah setiap warganegara Indonesia harus ikut serta dan berperan dalam melaksanakan
pembangunan sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing.
Keikutsertaan setiap warganegara dalam pembangunan nasional dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti mengikuti program wajib belajar, membayar pajak, melestarikan
lingkungan hidup, mentaati segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, menjaga
ketertiban dan keamanan dan sebagainya.
Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah yang selaras,
serasi dan seimbang. Itulah sebabnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya yakni sejahtera lahir dan batin.
Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup fisik
manusia,misalnya sandang, pangan, perumahan, pabrik, gedung perkantoran, pengairan, sarana
dan prasarana transportasi dan olahraga dan sebagainya. Sedangkan contoh pembangunan yang
bersifat batiniah adalah pembangunan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan, rekreasi,
hiburan, kesehatan dan sebagainya.

2.1.Pengertian Geostrategi

Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikansebagai usaha dengan
menggunakan segala kemampuan atau sumber daya baikSDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalamkaitannya dengan kehidupan suatu negara,
geostrategi diartikan sebagai metodeatau aturan-aturan untuk mewujdkan cita-cita dan tujuan
melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkanmasa depan yang
lebih baik, lebih aman dan bermartabat.Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan
konstelasi geografinegara untuk menentukan kebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk
mencapaitujuan nasional. Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan
kondisilingkungan dalam upaya mewujudkan tujuan politik. Suatu strategi memanfaatkankondisi
geografi Negara dalam menentukan kebijakan, tujuan, sarana utkmencapai tujuan nasional
(pemanfaatan kondisi lingkungan dalam mewujudkantujuan politik). Geostrategi Indonesia
diartikan pula sebagai metode untukmewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana yang
diamanatkan dalam pembukaan dan UUD 1945. Ini diperlukan utk mewujudkan dan
mempertahankanintegrasi bangsa dalam masyarakst majemuk dan heterogen
berdasarkanPembukaan dan UUD 1945.Pada awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik
untuk kepentinganmiliter atau perang. Di Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode
untukmewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam MukadimahUUD 1945,
melalui proses pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka iamenjadi doktrin
pembangunan dan diberi nama Ketahanan Nasional. Mengingatgeostrategi Indonesia
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan guna mewujudkan masa
depan yang lebih baik, lebih aman.

 Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud Ketahanan Nasional


Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahanan nasional. Ketahanan Nasional merupakan
kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan danketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional,di dalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, baik yang datang dari luarmaupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsug
membahayakanintegritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta
perjuanganmengejar tujuan nasional. Tannas diperlukan bukan hanya konsepsi politik
sajamelainkan sebagai kebutuhan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah,
seperti Law and order, Welfare and prosperity, Defence and security,Juridical justice and social
justice, freedom of the people.
2.2.Metode Astagatra
Metode ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupanmanusia dan budaya yang
berlangsung di atas bumi ini dengan memanfaatkansegala kekayaan alam yang dapat dicapai
dengan menggunakan kemampuannya.Model yang dikembangkan oleh Lemhanas ini
menyimpulkan adanya 8 unsuraspek kehidupan nasional, yaitu:
1.TRI GATRA: (tangible) bersifat kehidupan alamiah
a. Letak geografi Negara
b. Keadaan dan kekayaan alam (flora, fauna, dan mineral baik yang diatmosfer, muka maupun
perut bumi) dikelola denga dasar 3 asas: asasmaksimal, lestari, dan daya saing.
c. Keadaan dan kemampuan penduduk (jumlah, komposisi, dan distribusi)

2. Pancagatra (itanggible) kehidupan sosial

a. IDEOLOGI → Value system


b. POLITIK → Penetapan alokasi nilai di sektor pemerintahan dan
kehidupan pololitik masyarakat. sistem politik harus mampu memenuhilima fungsi utama :
 Usaha mempertahankan pola, struktur, proses politik

 Pengaturan & penyelesaian pertentangan / konflikPenyesuaian dengan perubahan dalam
masyarakat
 Pencapaian tujuan
 Usaha integrasic)EKONOMI (SDA, Tenaga kerja, Modal, Teknologi)
a. SOSBUD (Tradisi, Pendidikan, Kepemimpinan nas, Kepribadian nas)
HANKAM, meliputi faktor-faktor :
 Doktrin
 Wawasan Nasional
 Sistem pertahanan keamanan
 Geografi
 Manusia
 Integrasi angkatan bersenjata dan rakyat
 Material
 Ilmu pengetahuan dan teknologi
 Kepemimpinan
 Pengaruh luar negeriTerdapat hubungan korelatif dan interdependency diantara ke-8
gatra secarakomprehensif dan integral.
2.3.Hubungan Geopolitik Dan Geostrategi
Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitikIndonesia dituangkan
dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas
aktif. sedangkan geostrategi Indonesiadiwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang
bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanankeamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritim,
makadiperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan
defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harusdipertahankan adalah laut.
Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkankekuatan maritim (maritime power) yang
dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman. Selain itu hubungan
geopolitik dangeostrategi terdapat dalam astra gatra.
2.4.Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal 10 Juni
1948 di Kotaraja. Namun sayangnya gagasan ini kurangdikembangkan oleh para pejabat
bawahan, karena seperti yang kita ketahuiwilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir
Desember 1948, sehinggakurang berpengaruh. Dan akhirnya, setelah pengakuan kemerdekaan
1950 garis
pembangunan politik berupa “ Nation and character and building “ yang
merupakan wujud tidak langsung dari geostrategi Indonesia yakni sebagai pembangunan jiwa
bangsa. Berikut beberapa tahapan geostrategi Indonesia dariawal pembentukan hingga sekarang.

1. Pada awalnya pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas. SekolahStaf dan Komando
Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Isikonsep geostrategi Indonesia yang
tenimus adalah pentingnya pengkajianterhadap perkembangan lingkungan strategi di kawasan
Indonesia yangditandai dengan meluasnya pengaruh Komunis. Geostrategi Indonesia
padawaktu itu dimaknai sebagai strategi untuk mengembangkan dan membangunkemampuan
teritorial dan kemampuan gerilya untuk menghadapi ancamankomunis di Indocina
2. Pada tahun 1965-an lembaga ketahanan nasional mengembangkan konsepgeostrategi
Indonesia yang lebih maju dengan rumusan sebagai berikut:Bahwa geostrategi Indonesia
harus berupa sebuah konsep strategi untukmengembangkan keuletan dan daya tahan, juga
mengembangkan kekuatannasional dalam menghadapi dan menangkal ancaman, tantangan,
hambatan,dan gangguan, baik bersifat internal maupun eksternal. Gagasan ini agak lebih
progresif, tapi tetap terlihat konsep geostrategi Indonesia baru sekadarmembangun
kemampuan nasional sebagai faktor kekuatan penangkal bahaya.
3. Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajiantentang
geostrategi Indonesia yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia.

3.4 Perwujudan Ketahanan Nasional Indonesia dalam Trigatra


3.4.1 Aspek Lokasi dan Posisi Geografis Wilayah Indonesia
Jika kita melihat letak geografis wilayah Indonesia dalam peta dunia, maka akan nampak jelas
bahwa wilayah negara Indonesia merupakan suatu kepulauan yang terdiri dari daerah air dengan
ribuan pulau-pulau di dalamnya. Indonesia berada di tengah-tengah lintas silang dunia; benua
Asia di sebelah utara dan Australia di sebelah selatan serta Samudera Indonesia di sebelah barat
dan Samudera Pasifik di sebelah timur.
Menurut catatan yang umum, Indonesia terdiri dari wilayah lautan dengan 13.667 pulau besar
dan kecil. Diperkirakan bahwa 3.000 pulau di antaranya didiami oleh penduduk. Luas pulau-
pulau diperkirakan 735.000 mil persegi, sedangkan luas perairannya ditaksir tiga sampai empat
kali luas tanah/pulau-pulau tersebut. Jarak antara ujung barat sampai ujung timur kira-kira 3.200
mil. Sedangkan jarak antara ujung utara sampai ujung selatan kira-kira 1.100 mil. Secara
geografis kepulauan Indonesia dapat dibagi dalam empat kelompok pulau-pulau:
1. Sunda Besar yang terdiri atas Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
2. Sunda Kecil yang dikenal sebagai Nusa Tenggara, yang terdiri dari pulau Bali, Lombok,
Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor.
3. Maluku yang terdiri atas pulau-pulau di antara Sulawesi dan Irian Jaya, yakni Halmahera,
Buru, Seram, Amboina, dan Irian Jaya.
Pegunungan Indonesia mengenal dua rantai pegunungan. Yang pertama, dimulai dari Burma dan
menyebar ke arah tenggara Sumatera – Jawa – Kepulauan Nusa Tenggara sampai ke Timor, dari
sini belok setengah lingkaran ke Seram – Amboina – Buru sampai Sulawesi. Yang kedua,
dimulai dari Jepang dan menyebar ke arah barat daya sampai ke Filipina terus ke Kepulauan
Indonesia sebelah timur. Kedua rantai pegunungan itu bertemu di pulau-pulau Sulawesi dan
Halmahera di mana terlihat suatu silang dari dua rantai pegunungan, yang satu membujur dari
utara ke selatan, yang lain dari timur ke barat.
Indonesia terletak di daerah katulistiwa, sehingga mempunyai iklim tropis, yang mengenal
musim hujan dan musim kemarau. Letaknya adalah 60 lintang utara dan 110 lintang selatan dan
antara 950 dan 1410 bujur timur. Mengenai posisi perbatasan, di sebelah timur wilayah
Indonesia berbatasan dengan wilayah Papua Nugini dan Australia. Sedangkan di sebelah utara,
Indonesia berbatasan dengan India, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Ketahanan nasional adalah konsepsi nasional dalam pencapaian tujuannasional sehingga
tercapai keamanan dan kesejahteraan bagi selutuhrakyat Indonesia.
2. Landasan ketahanan nasional berupa Pancasila UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.
3. Asas-asas ketahanan nasional yaitu kesejahteraan dan keamanan,komprehensif,
kekeluargaan, mawas ke dalam dan ke luar
4. Tujuan ketahanan nasional ialah guna tercapainya keamanan dankesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Fungsi ketahanan nasionaluntuk menjamin kehidupan yang
layak bagi seluruh rakyat Indonesia,serta memiliki kedudukan berupa suatu ajaran yang
diyakinikebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia dan perludiimplementasikan dalam
kehidupan nasional sebagai paradigma pembangunan nasional.
5. Ciri-ciri ketahanan nasional ialah dapat mempertahankan kelangsunganhidup dan
mengembangankan kehidupan serta berpedoman padawawasan nusantara.
6. Sifat ketahanan nasional yaitu mandiri, dinamis, wibawa dan konsultasiserta kerjasama.
7. Demokrasi merupakan faktor penting dalam ketahanan nasional karenadengan adanya
demokrasi masyarakat dapat bebas berkreasi dan beraspirasi demi kemajuan Negara.
8. Aspek-aspek ketahanan nasional berupa letak geografis, kekayaan alam,kependudukan,
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dankeamanan.

3.2 Saran

1. Dengan adanya ketahanan Nasional, kita dapat mengetahui kondisi hidupdan kehidupan
nasional yang harus senantiasa diwujudkan dalammembina dan menjaga ketahanan dan
keamanan suatu negara serta dapatmempertahankan suatu konsep yang kita lakukan
dalam pengembanganKetahanan Nasional Indonesia.
2. Saran kami untuk sistem ketahanan nasional Indonesia adalah sistem ini perlu
dikembangkan dan diperkuat lagi. Dalam memperkuat ketahanannasional dibutuhkan
partisipasi seluruh rakyat Indonesia dapatmendorong tumbuh kembang setiap lini atau
sendi – sendi ketahanannasional. Salah satu bentuk partisipasi kita sebagai warga
negaraIndonesia dan khususnya sebagai generasi muda adalah denganmelestarikan
budaya-budaya di Indonesia.
3. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam membentukperjuangannon fisik yang
disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerahdan mampu mengembangkan
kekuatan nasional dalam rangkamenghadapi segala tantangan, ancaman dan gangguan
yang dari dalammaupun dari luar untuk menjamin identitas, integras, kelangsunganhidup
bangsa dan negara serta pencapaian tujuan nasional
4. Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada
aspekIPOLEKSOSBUDHANKAM ,sehingga setiap warga negara Indonesiadapat
mengeliminir pengaruh tersebut

Anda mungkin juga menyukai