Anda di halaman 1dari 9

Nama : Adela Febriani Syah Putri

NPM : 1212100158

Matkul : Pendidikan Kewarganegaraan (EB)

KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

A. KETAHANAN NASIONAL
Salah satu konsep negara Indonesia adalah ketahanan nasional. Ketahanan suatu
bangsa terutama diperlukan untuk menjamin dan memperkuat kemampuan bangsa dalam
menjaga persatuan, menghadapi ancaman dan gangguan, serta mencari sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan dasar.
Istilah “ketahanan nasional” memiliki definisi dan aplikasi yang luas. Sejak Lembaga
Pertahanan Negara Indonesia (Lemhanas RI) mencetuskan konsep ini pada tahun 1960-an,
telah terjadi perkembangan dan dinamika pengertian ketahanan nasional hingga saat ini.
Suradinata (2005:47) mengemukakan konsep Ketahanan Nasional sebagai suatu kondisi
dinamis suatu bangsa yang mengandung keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, hambatan, hambatan, dan tantangan baik dari luar. dan di dalam negeri, yang
secara langsung atau tidak langsung membahayakan keterpaduan, keterpaduan kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta perjuangan untuk mencapai tujuan nasional Indonesia. Di sisi
lain Suryohadiprojo (1997), berpendapat bahwa Ketahanan Nasional mencakup keamanan
nasional dan kesejahteraan nasional, menyiratkan bahwa Ketahanan Nasional selaras dengan
kepentingan nasional. Ketahanan Nasional merupakan turunan dari pembangunan nasional
dari perspektif makro, dan keduanya memiliki hubungan simbiosis mutualistik. Keberhasilan
pembangunan nasional akan meningkatkan Ketahanan Nasional, dan sebaliknya, Ketahanan
Nasional yang kuat akan mempercepat laju pertumbuhan nasional tetapi ada perbedaan satu
sama lain:
1. Karena keadaan atau situasi terus berubah dan berkembang, maka ketahanan
nasional harus dibangun dan dibina agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Jika kita melihat ketahanan nasional secara luas, kita akan menemukan tiga
"wajah" ketahanan nasional, yang masing-masing memiliki persamaan dan
perbedaannya sendiri:Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis yang
mengacu pada keadaan “sebenarnya” dalam masyarakat yang dapat dideteksi
dengan panca indera manusia. Sebagai situasi yang dinamis, apa yang menjadi
perhatian ATHG di satu sisi, dan kegigihan, ketangguhan, dan pengembangan
kekuatan nasional dalam menghadapi bahaya di sisi lain?
2. Untuk menstruktur interaksi antara aspek kesejahteraan (IPOLEKSOSBUD)
dan keamanan, diperlukan keamanan nasional sebagai visi pengaturan dan
penyelenggaraan negara (Hankam).Kualitas dan karakteristik ketahanan
nasional, serta tujuan keamanan nasional, tertuang dalam konsepsi regulasi ini.
3. Ketahanan Nasional sebagai cara berpikir memerlukan pendekatan khusus
yang berbeda dari cara berpikir lainnya. Dalam sains, ini dikenal sebagai
proses induktif dan deduktif; Dalam keamanan nasional dikenal dengan teknik
gatra, dengan tambahan bahwa seluruh gatra dianggap sebagai satu kesatuan
yang utuh.
Metode Astragatra
Ketahanan Nasional hanyalah cara berpikir tentang bagaimana mengatur dan
mengelola kesejahteraan dan keamanan di suatu negara. Bagian-bagian kehidupan nasional
berikut dapat dipisahkan:
1. Aspek Nasional terdiri dari Sikaya:
a. Tempat geografis
b. Keadaan alam dan kekayaan
c. Kemampuan populasi
Aspek alam disebut sebagai "Tigatra" karena memiliki tiga segi.
2. IPOLEKSOSBUD-Pertahanan meliputi:
a. Ideologi,
b. Politik,
c. Sosial,
d. Kebudayaan, dan
e. Pertahanan dan Keamanan, juga dikenal sebagai Pancagatra. Kehidupan Nasional,
juga dikenal sebagai Astagatra, adalah hibrida dari Trigatra dan Pancagatra.
Aspek Trigatra
1. Posisi dan Lokasi Geografi Negara
Secara geografis, negara dapat berbentuk:
a. Negara-negara yang terkurung daratan seperti Laos, Swiss, dan Afghanistan
b. Irak dan Brunei Darussalam adalah contoh negara daratan dengan beberapa
perairan laut.
c. Kepulauan, seperti Australia dan Madagaskar.
d. Negara kepulauan seperti Indonesia.
Bentuk, kondisi, dan letak geografis suatu negara memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sana, serta pengaturan dan
pengaturan kesejahteraan dan keamanan. Dalam rangka memperkuat ketahanan
nasional, negara kepulauan akan lebih memanfaatkan potensi laut.
Geopolitik dan geostrategi lahir sebagai akibat dari pengaruh letak geografis
terhadap politik, sebagaimana diketahui dengan wawasan kebangsaan suatu bangsa
yang tumbuh sebagai akibat dari pengaruh tersebut. Continental Insight, Samodra,
atau gabungan dari frasa-frasa ini menggambarkan pengaruhnya. Orang Indonesia
percaya bahwa wawasan yang disebutkan di atas lemah dan cepat berlalu. Namun
keterpaduan aspek sosial dengan tanah, air, dan ruang angkasa dalam lingkungan
yang serasi, seimbang, dan dinamis dapat membantu pelaksanaan dan peningkatan
ketahanan nasional. Akibatnya, setiap negara dapat membangun perspektif
nasionalnya sendiri berdasarkan faktor geografis.
2. Keadaan dan Kekayaan Alam
Kekayaan alam suatu negara terdiri dari segala sumber daya dan potensi alam
yang terdapat di darat, di laut, dan di udara yang berada di dalam wilayah
perbatasannya, dan dapat diarahkan sebagai berikut:
sebuah. Kekayaan alam dibagi menjadi tiga kategori:
a. flora, fauna, dan tambang.
b. alam kekayaan alam; terbarukan dan tidak dapat diperpanjang.
c. kekayaan alam; ditemukan di atmosfer, di permukaan planet, dan di dalam bumi.
Sifat kekayaan alam di Bumi yang tidak seimbang dan tidak teratur,
mengakibatkan negara kaya dan miskin memiliki sumber daya alam. Hal ini
menyebabkan saling ketergantungan negara, yang dapat menyebabkan masalah
hubungan internasional yang rumit. Ketika kebutuhan suatu negara tidak terpenuhi,
negara tersebut akan berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai cara, yang dapat
menimbulkan masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan. Oleh karena
itu, kekayaan alam harus dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai kekuatan nasional
untuk mendukung pertumbuhan nasional. Pengelolaan sumber daya alam berbasis
poros yang maksimal, berkelanjutan, dan berdaya saing diperlukan untuk mengatasi
kerentanan dan risiko yang mungkin berkembang. Namun, jika tidak mampu
mengelolanya, akan menghambat pertahanan negara.
3. Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang tinggal di tanah suatu negara. Manusia
menentukan apa yang harus dilakukan untuk memajukan keamanan nasional karena
mereka merupakan faktor penentu dalam melakukan suatu tindakan. Manusia wajib
menyelenggarakan penyelenggaraan negara demi kesejahteraan dan keamanan. Warga
menghadapi masalah terkait kemampuan berikut:
a. Perubahan penduduk karena fertilitas, mortalitas, dan migrasi.
b. Komposisi penduduk adalah jumlah penduduk dibagi dengan umur dan jenis
kelamin.
c. Distribusi penduduk berdampak pada ketersediaan tenaga kerja untuk mengelola
kekayaan, serta personel yang mampu mengelola Pertahanan Keamanan. Oleh karena
itu, untuk memberikan kesejahteraan dan keamanan, sangat penting untuk
mendistribusikan masyarakat secara merata.
Sisi positif dari pertumbuhan penduduk adalah peningkatan tenaga kerja (labor
force) yang dapat menyebabkan peningkatan kapasitas produksi, namun hal ini harus
didukung dengan peningkatan kemungkinan lapangan kerja. Bangsa Indonesia
menghadapi kekurangan tenaga kerja; menurut Human Development Index (HDI),
negara ini menduduki peringkat 110 pada tahun 2002 dan 112 pada tahun 2003,
mengikuti Vietnam (109), Filipina (85), Thailand (74), Brunei Darussalam (31),
Korea Selatan (30), dan Singapura (28). Menurut Ibrahim, Indonesia merupakan
negara yang paling rendah daya saingnya dari 49 negara yang disurvei, berdasarkan
hasil studi International Institute for Management Development (IMD) di Lausanne,
Swiss. Ingat dalam kasus Indonesia, kami bekerja keras untuk meningkatkan sumber
daya manusia agar dapat bersaing (Noor Fitrihana, 2004: 21).
Aspek Pancagatra
1. Aspek Ideologi
Istilah "ideologi" diartikan sebagai "seperangkat konsep yang menjadi
landasan untuk menentukan arah dan tujuan yang hendak ditempuh dalam
menjalankan dan menumbuhkan kehidupan suatu bangsa dan kehidupan berbangsa"
(negara). Ideologi adalah ilmu dasar atau sejenis dengan tujuan. Dengan kata lain,
ideologi adalah pemahaman yang mendalam tentang kehidupan yang dicita-citakan
dan ingin dicapai orang dalam kehidupan nyata (Endang Zaelani Sukaya, 200: 105).
Nilai dan sistem nilai merupakan faktor yang mempengaruhi ketahanan
ideologi. Ideologi yang baik harus dapat sesuai dengan keinginan individu maupun
makhluk sosial dalam masyarakat. Sangat penting untuk memahami dan
mengamalkan ideologi secara holistik dalam rangka membangun ketahanan nasional
di bidang ideologi.Pancasila harus dijadikan sebagai ideologi konsep kehidupan
bangsa agar bangsa Indonesia tangguh dalam bidang ideologi, dan harus diamalkan
secara objektif dan subjektif. semakin besarSemakin besar pemahaman suatu bangsa
tentang bagaimana menjalankan ideologinya, maka semakin besar pula ketahanan
ideologis negara tersebut. Beberapa prinsip yang mengatur strategi pembinaan
ideologi, antara lain:
a. Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan dan oleh WNI.
b. Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI.
c. Ideeologi harus dijadikan panglima bukan sebaliknya (Abdulkadir Besar, l988).
d. Akatualisasi ideologi dikembangkan ke arah keterbukaan dan kedinamisan.
e. Ideologi Pancasila mengakui keanekaragaman dalam hidup berbangsa, dan
dijadikan alat menyejaterakan, mempersatukan masyarakat.
f. Kalangan elit eksekutif, legeslatif, yudikatif, harus mewujudkan cita-cita bangsa
dengan melaksanakan GBHN, mengedepankan kepentingan bangsa.
g. Mensosialisasikan idologi Pancasila sebagai ideologi humanis, religius, demokratis,
nasionalis, berkeadilan. Proses sosialisasi Pancasila secara obyektif, ilmiah bukan
doktriner, dengan metode sesuai dengan perkembangan jaman.
h. Tumbuhkan sikap positif terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi
untuk mewujukan cita-cita bangsa. Perlunya perbaikan ekonomi untuk mengakhiri
krisis moltidemesional (Endang Zaelani Sukaya, 2000: 109).
2. Politik
Dalam skenario ini, politik didefinisikan sebagai filosofi, prinsip, yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan atau memperoleh kekuasaan. Akibatnya,
masalah politik sering kali menjadi masalah kekuasaan di negara yang dikendalikan
pemerintah. Ada dua aspek kehidupan politik:
1) Sektor masyarakat, yang berupaya memberikan masukan berupa pernyataan yang
mengungkapkan tujuan dan kebutuhan masyarakat.
2) Sektor pemerintah menghasilkan peraturan perundang-undangan yang merupakan
pilihan politik, sebagai keluaran (output) berupa kebijakan.
Sistem politik mendikte bahwa kehidupan politik dihayati sebagai cerminan
interaksi input dan output. Secara nasional, keseimbangan input-output selalu berubah
secara dinamis. Upaya rakyat Indonesia untuk meningkatkan ketahanan politik
merupakan upaya untuk membangun keseimbangan dan keserasian antara input dan
output berdasarkan Pancasila yang merupakan cerminan demokrasi Pancasila, dengan
pengaturan sebagai berikut:
1) Kebebasan individu tidak terbatas; itu harus dilakukan secara bertanggung jawab,
dan itu harus dikaitkan dengan kebaikan umum.
2) Tidak akan ada "dominasi mayoritas" karena mengutamakan debat untuk mencapai
mufakat bertentangan dengan semangat kekeluargaan.
3. Aspek Ekonomi
Segala tindakan pemerintah dan masyarakat yang menyangkut penatausahaan
faktor-faktor produksi (SDA, tenaga kerja, modal, teknologi, dan manajemen) serta
pendistribusian barang dan jasa untuk kepentingan rakyat disebut sebagai kegiatan
ekonomi. Upaya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi antara lain dengan
meningkatkan kapasitas produksi dan mendistribusikan barang dan jasa secara lebih
merata ke seluruh pelosok tanah air. Dalam semua disiplin ilmu, ketahanan sangat
penting.
Keamanan ekonomi dan nasional saling terkait.Komitmen bangsa Indonesia
untuk mencapai tujuan nasional yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam rangka pembangunan nasional. Karena pembangunan yang
menyeluruh tidak dapat dicapai dalam waktu yang bersamaan, maka pembangunan
yang berkonsentrasi pada ekonomi sangat penting dengan mengabaikan disiplin ilmu
lainnya. Pembangunan ekonomi harus mengutamakan pemerataan dan keadilan guna
meningkatkan pendapatan nasional. Ini menyiratkan bahwa perbedaan kekayaan
antara kaya dan miskin harus seluas mungkin. Pengaruh pelaksanaan pembangunan
ekonomi diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja.
Untuk mewujudkan pemerataan masyarakat yang wajar dan merata, langkah-
langkah untuk menjamin ketahanan ekonomi bangsa diperlukan perekonomian yang
berdaya tinggi dan mampu membangun kemandirian melalui daya saing.
Pembangunan diharapkan dapat meningkatkan daya saing global dengan menciptakan
iklim usaha yang kondusif, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
meningkatkan pasokan barang dan jasa.
4. Aspek Sosial Budaya
Ketahanan sosial budaya didefinisikan sebagai kondisi dinamis budaya suatu
bangsa yang mengandung keuletan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi ATHG baik dari dalam maupun luar yang secara langsung
maupun tidak langsung mengarah pada penerapan NKRI dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan dan Pancasila. UUD 1945.
Kemampuan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bersatu padu, bermutu, maju, dan sejahtera, dalam kehidupan yang serasi, serasi, dan
seimbang kemampuan menangkal budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya
bangsa Ketahanan budaya diartikan sebagai pengaturan dan pelaksanaan kehidupan
sosial budaya; karenanya, ketahanan budaya adalah pengembangan sosial budaya di
mana setiap warga negara dapat mengembangkan kemampuan pribadinya secara
maksimal berdasarkan keyakinan Pancasila (Sumarsono, 2000: 124). Asas-asas yang
terkandung dalam Pancasila akan diwujudkan sebagai seperangkat harapan bagi sikap
dan perilaku bangsa, memberikan dasar, semangat, dan jiwa yang khas dari unsur-
unsur sosial budaya Indonesia.
5. Aspek Pertahanan dan Keamanan
Keamanan dan Pertahanan Kondisi dinamis kehidupan dan keamanan
pertahanan disebut sebagai resiliensi.Keamanan bangsa Indonesia dilandasi oleh
keuletan dan ketangguhan, serta kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi ATHG yang timbul dari dan di dalam negeri, yang
membahayakan jati diri, keutuhan, dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila
dan UUD 1945 secara langsung dan tidak langsung.
Dengan demikian, di bidang keamanan, ketahanan diartikan sebagai keuletan
dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan kesiapsiagaan dan upaya bela negara
atau perjuangan rakyat semesta; dimana seluruh pasukan IPOLEKSOSBUD-
HANKAM dipersiapkan, dikerahkan secara terarah, terpadu, dan terkoordinasi untuk
menjamin terselenggaranya Sistem Ketahanan Nasional, menjamin kelangsungan
pembangunan, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 Konfederasi yang ditandai dengan prinsipprinsip sebagai berikut:
1) Rakyat Indonesia lebih menyukai perdamaian daripada kemerdekaan, dan konflik
adalah jalan terakhir untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan integrasi nasional.
2) Pertahanan dan Keamanan dibangun di atas landasan cita-cita Pancasila, landasan
konstitusi UUD 1945, dan landasan Wawasan Nusantara yang Visioner. Bangsa
Indonesia memiliki hak dan tanggung jawab untuk menjamin pertahanan dan
keamanan negara.
3) Pertahanan negara adalah operasi terkoordinasi yang menggabungkan kekuatan
keamanan dan militer. Setiap warga negara Indonesia berkewajiban untuk
berkontribusi dalam bela negara, yang dilakukan dengan kesadaran dan pengorbanan
tanggung jawab sukarela, mengabdi pada bangsa, dan pantang menyerah. Kegiatan
pertahanan dan keamanan suatu negara termasuk kekuatan nasional dirumuskan
dalam doktrin pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4) Sishankamnas membidangi pertahanan dan keamanan (Sishankamrata). Ini adalah
totalitarianisme, populisme, dan teritorialisme. Pemberdayaan dalam penyelenggaraan
pertahanan dan keamanan dilakukan secara ideal, terkoordinasi untuk mencapai
kekuatan dan kemampuan pertahanan keamanan negara dalam keseimbangan,
keserasian, dan antara kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
5) Militer dan polisi terdiri dari semua kekuatan dan kapasitas pertahanan dan
keamanan rakyat semesta. Tumbuh kembangnya APRI yang dikenal dengan
identitasnya sebagai tentara rakyat, prajurit prajurit, dan Tentara Nasional. Tugasnya
tetap mengabdi pada kepentingan bangsa Indonesia dan keutuhan NKRI (Sumarsono,
2000: 127).
B. BELA NEGARA
Bela negara dapat diartikan sebagai tekad, sikap, dan tindakan warga negara
yang teratur yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan cinta
tanah air, kesadaran kebangsaan, dan kenegaraan Indonesia, serta keyakinan akan
kekuatan Pancasila sebagai dasar negara. ideologi negara dan rela berkorban untuk
menghilangkan segala ancaman baik yang membahayakan kemerdekaan dan
kepemilikan negara, persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan wilayah, dan
sebagainya (Azhar, 2001:32). Pendapat lain, sebagaimana dijelaskan oleh Wiyono dan
Isworo (2007:3), mendefinisikan bela negara sebagai sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. negara. Namun kedua pendapat tersebut bertolak belakang dengan
pendapat Winarno (2007: 186), bahwa sebenarnya bela negara tidak selalu harus
berarti mengangkat senjata untuk menghadapi musuh atau membela negara. negara
yang termiliterisasi Dalam membela negara ini, ada dua kategori yang bisa
dilakukan ; Ada komponen fisik dan non fisik untuk bela negara.
Warga negara dapat ikut serta dalam bela negara secara fisik dengan
bergabung dalam Tentara Nasional Indonesia dan mengikuti Diklat Dasar Militer
berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Bela Negara. Dalam
undang-undang yang sama disebutkan bahwa keterlibatan warga negara dalam bela
negara non fisik dapat dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan dan kesetiaan
pada profesi.
Partisipasi warga negara dalam bela negara melalui kegiatan non fisik dapat
dilakukan dengan berbagai cara setiap saat dan dalam situasi apapun. Warga negara
yang sadar akan pentingnya bela negara akan memperkuat ketahanan nasional negara
(Febrihananto, 2017:80). Akibatnya, kesadaran itu akan muncul setelah seseorang
memahami suatu konsep. Adapun apapun yang dimiliki bangsa Indonesia, itulah
sejarah perjuangan di masa lalu dalam berbagai momen besar perjuangan
kemerdekaan oleh negara Indonesia sendiri, yang ingin bebas dari pelestarian.
Peran Bela Negara
Dalam sejarah dunia, khususnya di Indonesia, pengertian pertahanan negara
pada masa damai dan konflik didasarkan pada spektrum refleksi pertahanan negara
yang harus dapat dijangkau oleh seluruh penduduk.Secara efektif mengingatkan setiap
insan Indonesia dan bangsa lain untuk menjaga dan mempertahankan ruang hidup dan
kepentingan nasional. Ketahanan nasional harus dibangun dan dikondisikan dari
berbagai perspektif, karena hal ini akan menentukan kualitas pertahanan negara,
sehingga pertahanan negara (bela negara) sangat lurus dengan ketahanan Indonesia
(bela negara).
Saat ini, klasifikasi pertahanan negara ini didasarkan pada asumsi bahwa ia
akan mempertahankan diri. Atau, negara harus mengambil senjata. Namun, saat ini
saya membela diri secara fisik. Negara yang dikontekstualisasikan memiliki lebih
banyak hal untuk ditawarkan. bahkan yang paling lembut untuk diperluas dalam
bentuknya yang paling murni Bela negara dalam bentuk yang lembut.aspek psikologis
dan klasifikasi aspekfisika. Komponen psikologis inidalam semangat, kepribadian,
sikap, dan bahkan identitas dari masing-masing dan setiap Pangkalan warga muara
aspek psikologis ini di Prinsip dasar akan diterapkan.pola dalam pikiran, orang, dan
peristiwa Kesadaran akan tercermin dalam sikap atas nama pertahanan negara Secara
spesifik Bentuk fisik ini dalam keadaan fluks.dalam berbagai bentuk Kehidupan
sehari-hari negara, yang didasarkan pada rasa hormat Indonesia adalah sebuah negara
di Indonesia.
Model Bela Negara Di Beberapa Negara
Konsep bela negara bukan hanya milik Indonesia. Negara-negara lain
menggunakan berbagai jenis pertahanan negara, seperti dinas militer, layanan sipil,
atau kombinasi dari militer dan layanan sipil. Singapura merupakan negara yang
paling dekat dengan Indonesia dengan program serupa bela negara. Program bela
negara selama dua tahun di Singapura yang dikenal dengan National Service (NS),
merupakan persyaratan bagi setiap warga negara Singapura laki-laki, serta status
permanent resident (PR) generasi kedua (menerima status PR dari orang tuanya). yang
merupakan wajib NS berusia delapan belas tahun, sebaliknya, harus mendaftarkan
keikutsertaannya pada usia 16 tahun 6 bulan.
Dengan kata lain, kewajiban warga negara dan penduduk tetap untuk
mengikuti NS merupakan upaya untuk menumbuhkan kohesivitas sosial di antara
warga Singapura dari berbagai asal dan ras. Upaya hal ini dilakukan selama NS
dengan menanamkan rasa memiliki di antara sesama anggota melalui pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan karakter dan kepemimpinan.
Ilustrasi Model Bela Negara yang bisa diterapkan di Indonesia
Dalam skenario ini, Indonesia sebagai negara yang strategis penting dan kaya,
tetapi rentan terhadap bencana alam, salah satunya adalah bahwa Indonesia saat ini
satu-satunya entitas politik (negara) di dunia dengan aktivitas vulkanik tertinggi.
Karena Indonesia, sebagai bagian dari Cincin Api, terletak di persimpangan geologis
dengan gunung berapi paling aktif di dunia. Aktivitas tektonik dan vulkanik di
Nusantara mendorong kesuburan tanah dan melimpahnya mineral bumi, tetapi juga
membuat bumi Nusantara rentan terhadap bencana alam, seperti aktivitas vulkanik
menyebabkan letusan gunung berapi panas yang dipenuhi lava, dan pergeseran
tektonik menyebabkan gempa bumi, tanah longsor, dan tsunami.
Menghadapi kenyataan tersebut, pendidikan bela negara yang terintegrasi
dengan pendidikan kewarganegaraan dan kegiatan kepramukaan harus dikembangkan
pada jenjang pendidikan menengah atau menengah. Pendidikan harus memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: pendidikan berdasarkan disiplin dan tindakan nyata seperti
pelatihan berbaris, pelatihan bencana alam, praktek membantu dalam program
pendidikan kesehatan pemerintah, dan praktek membantu kegiatan di instalasi sosial,
panti jompo, dan sebagainya.
Gatra tersebut akan diperkuat dengan rumusan pendidikan bela negara.
pendekatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan-keamanan
perspektif generasi muda tentang tren sikap dan perilaku mereka akan ditangani nanti.
Kegiatan ini memperkenalkan generasi dalam hal ideology generasi muda terhadap
nilai-nilai inti Pancasila yaitu gotong royong, sehingga akan lebih sulit bagi generasi
muda untuk memisahkan dan melemparkan diri mereka satu sama lain.
Setelah generasi muda menyelesaikan pendidikan menengah, perlu adanya
wadah pendidikan khusus sebelum mereka memulai pendidikan tinggi, kerja setingkat
vokasi atau universitas, atau bekerja di masyarakat, karena pendidikan tinggi atau
kerja masyarakat memerlukan tingkat kemandirian yang dapat diterima dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Beberapa negara di dunia, termasuk Singapura, Israel,
Korea Selatan, dan Taipei, menggunakan dinas militer sebagai respons terhadap
tantangan geopolitik.
Namun mengingat tantangan geopolitik yang dihadapi Indonesia, pendidikan
di pangkalan militer hanya diperlukan secara terbatas, untuk pembentukan
kedisiplinan pada generasi muda Indonesia, menyiratkan bahwa pendidikan bela
negara diperlukan dalam bentuk layanan nasional yang dapat mengambil berbagai
bentuk tergantung pada kebutuhan masyarakat luas. Menurut Pasal 27 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, setiap orang berhak
dan berkewajiban ikut serta dalam bela negara serta Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, yang menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak dan berkewajiban ikut serta dalam upaya bela negara, yang
selanjutnya dijelaskan pada ayat (2), yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk
mengatur partisipasi warga negara dalam upaya bela negara adalah melalui pelatihan
pangkalan militer diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai