Anda di halaman 1dari 7

PERAN GENERASI MUDA

UNTUK MEMPERKUATKAN KETAHANAN NASIONAL

Disusun oleh :
FAKHRUL ROHMAT ADITYA NEGARA
048688052
SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
2023
PENDAHULUAN
Ketahanan nasional menjadi isu yang terus hangat di tengah dinamika global
yang terus berubah dan berkembang. Negara-negara harus mampu menghadapi
berbagi tantangan baik dari dalam maupun luar, dengan tujuan untuk menjaga
keutuhan dan menjaga keberlanjutan negara. Tak hanya itu, ketahanan nasional pula
di dasarkan pada latar belakang para pejuang bangsa Indonesia yang telah susah
payah memperoleh kemerdekaan.
Sebab semenjak kemerdekaan, bangsa ini tidak pernah kebal dari ancaman
yang membahayakan. Meskipun begitu Indonesia selalu mampu mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatannya, serta menajga berjalannya pemerintahan. Dalam
konteks ini , Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan
generasi muda sebagai agen perubahan, serta mempersiapkan generasi penerus yang
mampu menjaga kestabilan serta ketahanan nasional.

KAJIAN PUSTAKA
Ketahanan nasional (national resilience) adalah konsep tentang kemampuan
bangsa untuk mempertahankan kedaulatan dan kesatuannya dalam menghadapi
ancaman baik dari luar maupun dari dalam serta mengusahakan sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Ketahanan nasional merupakan kondisi
dinamis suatu bangsa dalam mengembangkan kekuatan nasional untuk menghadapi
berbagai tantangan zaman, hambatan, serta gangguan demi persatuan dan
kelangsungan suatu bangsa menuju kejayaan bangsa dan negara.
Dalam upaya untuk memperkuat ketahanan nasional, peran generasi muda
menjadi sangat krusial. Generasi muda atau pemuda adalah pilar kekuatan moral,
kontrol sosial, dan agen perubahan dalam pembangunan bangsa. Dalam konteks
Indonesia, pembangunan ketahanan nasional harus didasarkan pada wawasan
nusantara dan Pendidikan serta belaja negara.
Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi sejumlah permasalahan terkait
dengan ketahanan nasional, salah satunya adalah mental bahari bangsa yang masih
lemah. Mental bahari yang kuat adalah kunci dalam menjaga kemanan dan
keberlanjutan negara kepulauan seperti Indonesia.
Untuk mengatasi masalah ini, startegi pembangunan jati diri sebagai negara
maritim diperlukan, yang mencakup peningkatan kemanan laut, pengawasan
pemanfaatan sumber daya kelautan, dan melibatkan masyarakat dalam upaya ini.
Mental suatu bangsa memainkan peran kunci dalam membangun ketahanan nasional
karena melibatkan komitmen kolektif warga negara untuk menjaga dan
mempertahankan negara meraka.
PEMBAHASAN
Ketahanan nasional (national resilience) adalah konsep tentang kemampuan
bangsa untuk mempertahankan kedaulatan dan kesatuannya dalam menghadapi
ancaman baik dari luar maupun dari dalam serta mengusahakan sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Ketahanan nasional merupakan kondisi
dinamis suatu bangsa dalam mengembangkan kekuatan nasional untuk menghadapi
berbagai tantangan zaman, hambatan, serta gangguan demi persatuan dan
kelangsungan suatu bangsa menuju kejayaan bangsa dan negara.
Kekuatan nasional turut dikaji oleh beberapa ahli. Morgenthau dalam bukunya
“Politics Among Nation: The Struggle For Power and Peace” mengemukakan bahwa
menurutnya ada dua factor yang memberikan kekuatan bagi suatu negara, yakni
factor-faktor yang relative stabil (stablefactors), terdiri atas geografis dan sumber
daya alam dan factor-faktor yang relative berubah (dynamic factors), terdiri atas
kemampuan industry, militer, demografi, karakter nasional, moral nasional, kualitas
dimplomasi, dan kualitas pemerintahan. Alfred Thayer Mahan dalam bukunya “The
Influence Sea Power on History” mengatakan bahwa kekuatan nasional suatu bangsa
dapat dipenuhi apabila bangsa tersebut memenuhi unsur-unsur: letak geografis,
bentuk atau wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat
pemerintahan. Menurut Mahan, kekuatan suatu negara tidak hanya tergnatung luas
wilayah daratan, akan tetapi tergantung pula pada factor luasnya akses ke laut dan
bentuk pantai dari wilayah negara. Sebagaimana diketahui Alfred T.Mahan termasuk
pengembang teori geopolitik tentang pengusaan lautan sebagai dasar bagis pengusaan
dunia (Armawi, 2012) Cline dalam bukunya “World Power Assesment, A Calsculus
of Strategic Driff” melihat suatu negara dari luar sebagaimana dipersepsikan oleh
negara lain. Kekuatan sebuah negara sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain
merupakan akumulasi dari factor-faktor sebagai berikut: sinergi antara potensi
demografi dengan geografi, kemampuan militer, kemampuan ekonomi, strategi
nasional, dan kemauan nasional atau tekad rakyat untuk mewujudkan strategi
nasional. Potensi demografi dan geografi, kemampuan militer, dan kemampuan
ekonomi merupakan factor yang tangible, sedangkan strategi nasional dan kemauan
nasional merupakan factor yang intangible. Menurutnya, suatu negara akan muncul
sebagai kekuatan besar apabila ia memiliki potensi geografi besar atau negara secara
fisik wilayahnya besar dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula.

Ketahanan nasional memiliki pengertian dan cakupan yang luas. Namun pada
intinya, gagasan pokok ketahanan nasional adalah bahwa suatu bangsa atau negara
hanya akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila negara atau
bangsa itu memiliki ketahanan nasional. Di Indonesia, istilah ketahanan nasional
diperkenalkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI)
sekitar tahun 1960-an. Seorang ahli GPH S. suryomataraman mengutarakan beberapa
rupa ketahanan nasional, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi.
3. Ketahanan nasional sebagai strategi, cara atau pendekatan.
Pengertian pertama, ketahanan nasional sebagai konsepsi merupakan upaya
menanggulangi segala ancaman baik bersifat kultural maupun material, dari dalam
maupun dari luar. Dalam konteks Indonesia, konsep ketahanan nasional dirumuskan
berdasarkan ajaran Asta Gatra. Asta Gatra merupakan gabungan dari Tri Gatra (tiga
aspek ilmiah) dan Panca Gatra (lima aspek sosial). Tri Gatra terdiri dari aspek
geografi, kekayaan alam, dan kependudukan. Sedangkan Panca Gatra terdiri dari
ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, pertahanan dan keamanan.
Pengertian kedua, yakni ketahanan nasional sebagai kondisi merupakan
analisis keadaan nasional dari masa ke masa. Sebagai kondisi, ketahanan nasional
bersifat dinamis yang dapat meningkat maupun menurun dari tahun ke tahun. Analisis
kondisi ketahanan nasional dilakukan berdasarkan faktor-faktor Tri Gatra dan Panca
Gatra dalam Asta Gatra.
Sedangkan penegrtian ketiga, ketahanan nasional sebagai strategi, yakni
berkaitan dengan pertanyaan tentang apa sebab dan bagaimana Indonesia bisa terus
bertahan dan berkembang walaupun menghadapi banyak ancaman dan bahaya. Dalam
pengertian ini, ketahanan nasional merupakan cara atau pendekatan dengan
menggunakan ajaran Astra Gatra yang memasukan segala aspek alamiah dan sosial
untuk dibaca dalam usaha menanggulangi ancaman yang ada.
Tiga rupa ketahanan nasional ini kemudian berkembang dan dirumuskan
dalam dokumen kenegaraan, antara lain dalam naskah Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN). Rumusan ketahanan nasional pada GBHN tahun 1998, yaitu :
1. Ketahanan mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional
bangsa secara utuh dan menyeluruh. Pembangunan nasional diselenggarakan
melalui pendekatan ketahanan nasional yang memungkinkannya menuju pada
tujuan yang ingin dicapai dan dapat secara efektif dielakkan dari hambatan,
tantangan, ancaman, dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam.
2. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrase dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Intinya, ketahanan nasional adalah
kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan
hidup menuju kejayaan bangsa dan negara, ketahanan nasional yang Tangguh
akan mendorong pembangunan nasional, sedangkan pembangunan nasional yang
sukses akan meningkatkan ketahanan nasional.
3. Ketahanan nasional didasari oleh Astra Gatra yang mencakup aspek material dan
sosial, antara lain ketahanan ideologi, polotik, ekonomi, dan sosial-budaya.
Setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam
menjalankan roda perekonomian. Perekonomian yang disusun atas usaha Bersama
mewujudkan dalam koperasi, yakni badan usaha yang dilaksanakan atas dasar
kekeluargaan, modal, dan keuntungan dibagi mereka kepada para anggota koperasi.
Perekonomian Indonesia secara makro disebut sebagai system ekonomi
kerakyatan. Negara menguasai sumber-sumber produksi yang meyangkut hajat hidup
orang banyak yang kemudian digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Selain itu, ekonomi nasional juga harus terintegrasi dengan ekonomi global sebagai
upaya adaptasi ekonomi nasional dengan dinamika pasar internasional. Upaya ini
ditunjukkan Indonesia untuk menyetujui GATT, AFTA, dan APEC.
Ketahanan sosial-budaya merupakan kondisi kehidupan sosisal-budaya bangsa
yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang
serba selaras, serasi, seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing
yang tidak sesuai denga kebudayaan nasional.
Pendidikan kewarganegaraan dan bela negara adalah alat efektif untuk
membangun karakter warga negara yang bertanggung jawab, cinta tanah air, dan
mampu menampilkan sikap patriot. Selama ini Pendidikan kewarganegaraan jarang
didengar dan di sampaikan dengan baik, baik di lingkungan Pendidikan maupun
masyarakat umum, perlu ada peningkatan dalam penyampaian materi belaa negara
melalui Pendidikan.
Bela negara adalah benteng dan cara bagi negara untuk menyelamatkan
kehidupan berbangsa. Nilai-nilai bela negara seperti cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kepercayaan pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela
berkorban unutk bangsa dan negara, serta kemampuan bela negara.
Jika bela negara tidak hanya mencakup perang mempertahankan negara maka
konsep bela negara memiliki cakupan yang luas. Bela negara dapat dibedakan secara
fisik maupun non fisik. Secara fisik, yaitu dengan cara “memanggul senjata”
menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk
menghadapi ancaman dari luar. Pengertian ini dapat disamakan dengan bela negara
dalam artian militer. Sedangkan bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan
sebagai “segala upaya untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air sefta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara, termasuk penanggulangan ancaman. Bela negara demikian dapat
dipersamakan dengan bela negara secara nonmiliter. Bela negara perlu kita pahami
dalam arti luas, yaitu secara fisik maupun nonfisik (militer ataupun nonmiliter).
Pemahaman demikian diperlukan karena dimensi ancaman terhadap bangsa dan
negara dewasa ini tidak hanya ancaman yang bersifat militer, tetapi juga ancaman
yang sifatnya non militer atau nirmiliter. Yang dimaksud ancaman adalah “setiap
usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.”
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang dinilai mampunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer
pada hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter yang
dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Pendidikan bela negara harus diberikan dengan serius dan efektif, pemerintah
khususnya melalui kementerian riset, teknologi, dan Pendidikan telah menekankan
perlunya memberikan Pendidikan bela negara kepada mahasiswa melalui berbagai
metode, termasuk extra kurikuler dan kokurikuler.
Tujuan dari Pendidikan bela negara adalaha membangun karakter kebangsaan,
tradisi, etos kerja, pengembangan intelektual, dan profesionalitas.

KESIMPULAN
1. Pada saat ini masih adanya kelemahan atau menurunya kesadaran bela negara
dalam kehidupan nasional yang meliputi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sehingga kedaran bela negara belum dapat di paham secara benar yang
mengakibatkan generasi muda melaksanakan tindakan atau prilaku melanggar norma
hokum, sosial, kesopanan, kesusilaan, agama maupun ada istiadat
2. Pembudayaan kesadaran bela Negara generasi muda di dalam kehidupan
bermasyarakat, lingkungan pendidikan, birokrasi maupun swasta belum terwujud
sehingga situasi dan kondisi masih bersifat stagnan.
3. Masih pasifnya generasi muda dalam setiap proses pembentukan perundang-
undangan sehingga aspirasi generasi muda tidak banyak tertampung dalam produk
perundang-undangan di Negara Indonesia.
4. Sistem Pendidikan Nasional masih mengesampingkan bidang studi pertahanan
keamanan (HANKAM) sehingga generasi muda pelajar dan mahasiswa belum
memahami kesadaran bela negara
DAFTAR PUSTAKA
Rendi Martiana, Rapi Muhamad Ikbal, Tigin Pinasti, Muhamad Azmy Fahreza
(2023). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENJAGA
KETAHANAN NASIONAL MELALUI BELA NEGARA. ADVANCES IN
SOCIAL HUMANITIES RESEARCH, Volume 1 (p-ISSN XXXX | e-ISSN XXXX),
Halaman : 744
LASIYO, RENO WIKANDARU, HASTANGKA (2021. Pendidikan
Kewarganegaraan (BMP); 1-9/MKDU4111/3sks, Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, Halaman : 3.4-3.9
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (2016). Modul MKWU 4109.

Anda mungkin juga menyukai