Era society 5.0 kehidupan dalam dunia yang sangat berbeda, apalagi
dibandingkan dengan era-era sebelumnya. Wajah dunia begitu dinamis.
Terjadi perubahan-perubahan yang begitu cepat, begitu dramatis, dan kalau
tidak siap menghadapinya maka tidak dapat keuntungan apa-apa. Bahkan, bisa
menjadi pecundang, menjadi orang yang kalah di negerinya sendiri. Inilah
pentingnya pendidikan karakter untuk menunjang perubahan teknologi di era
disrupsi. Disrupsi sesungguhkan terjadi dari masa ke masa. Setiap manusia
membuat penemuan baru, maka akan memengaruhi cara manusia berinteraksi,
bekerja, berbisnis, dan lain sebagainya. Dahulu mengenal era revolusi
agrikultur, yang kemudian berubah menjadi masyarakat industry, dan kini
menjadi masyarakat digital. Saat ini semua serba digital, semakin terbuka, dan
borderless. Perpindahan manusia, barang dan jasa kini tak lagi memakan
waktu lama, semuanya serba cepat sehingga menghadirkan peluang dan
tantangan baru. Saat inilah generasi muda harus melakukan upgrade terhadap
kapasitas diri untuk melihat peluang dan menghadapi tantangan di abad ke-21
agar generasi muda tidak tertinggal. Selain perpindahan manusia, barang, dan
jasa, Era Society 5.0 juga dikenal sebagai era terjadinya revolusi di bidang
teknologi, informasi, dan komunikasi. Social media, internet of things, cloud
computing, dan big data menjadi sesuatu yang digunakan sehari-hari. Ini
adalah peluang, tetapi kalau tidak digunakan dengan bijak maka ini semua
akan menghadirkan segudang permasalahan. Dalam konteks keterampilan
belajar, Generasi muda harus memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif,
kemampuan komunikasi, serta kolaborasi. Pentingnya kolabolasi pada
kemajuan individu. ”competition makes us fast, but collaboration makes us
better”. Kompetisi bisa menggugah pontensi yang dimiliki masing-masing
individu. Tanpa kompetisi, pasti menjadi generasi muda yang malas. Namun,
kompetisi bukanlah segala-galanya. Kompetisi bisa menjadi motivasi, tetapi
kolaborasi bisa melipatgandakan potensi untuk menghasilkan hal-hal yang
hebat yang tidak diciptakan bila hanya sendiri. Ada pepatah dari Afrika
menyatakan “if you wanna go fast, go alone, but if you wanna go far, go
together.” Pepatah ini bisa diartikan secara harfiah, tetapi juga bisa sebuah
kiasan, bahwa semangat kebersamaan, team work, atau kolaborasi bisa
membuat melangkah lebih jauh dan mencapai hal-hal yang tidak bisa
dibayangkan sebelumnya. Sesuatu yang dianggap tidak mungkin bisa
dilakukan ketika kita berkolaborasi.
Selesainya apel pagi siswa berangkat menuju widya loka atau ruang kelas
untuk mengikuti proses pembelajaran. Selama perjalanan menuju widya loka
diharuskan untuk membentuk barisan minimal 5 siswa, 4 anggota dan 1
danton barisan. Jika kurang dari 5 siswa diwajibkan untuk lari ataupun
jogging. Peraturan ini mengajarkan bahwa jika berjalan sendiri harus waspada
sehingga dituntut untuk menunggu teman yang lain, selain tidak berlari juga
bisa menumbuhkan rasa kebersamaan antar siswa. Sebelum memulai
pembelajaran pada pukul 08.00 terdapat program thursday literacy untuk
menumbuhkan minat membaca siswa, ini dilaksanakan pada pukul 07.45
hingga pukul 08.00 hanya 15 menit membaca di pagi hari. Suasana yang
masih pagi dengan pemandangan bukit desa Tigawasa membuat semangat
siswa membara untuk bersemangat melaksanakan pembelajaran interaktif di
dalam maupun luar ruang kelas. Pukul 15.30 pembelajaran telah berakhir
kemudian siswa kembali ke dormitory untuk melakukan general cleaning di
lingkungan SMA Taruna Mandara. Setelah general cleaning taruna melakukan
olahraga sore, dimulai dari pull up, sit up dan lari. Kemudian dilanjutkan
dengan apel makan sore. Setelah makan sore, siswa diwajibkan belajar
mandiri untuk mengulas materi maupun mengerjakan tugas yang diberikan
pada saat pembelajaran di kelas. Dengan system pembelajaran berbasis e-
learning dilakukan pembatasan penggunaan teknologi seperti penggunaan
laptop dibatasi hingga pukul 22.00 Supaya keesokan harinya para siswa dapat
melakukan aktivitas dalam kondisi yang bugar.