Anda di halaman 1dari 4

Membangun Generasi Muda yang Cerdas, Kreatif, dan Berakhlak

Sebuah negara akan menjadi besar apabila didukung oleh para pemuda yang sadar
bahwa pendidikan itu penting bagi mereka. Kemajuan suatu bangsa sangat
bergantung pada generasi penerus bangsa yang tidak lain adalah para pemuda.
Suatu bangsa yang besar harus mampu bersaing dengan bangsa lain dalam hal apa
pun. Namun, bagaimanakah kondisi Bangsa Indonesia saat ini? Masih banyak anakanak bangsa yang tidak mampu mengenyam pendidikan karena kemiskinan yang
tengah melanda negeri ini. Padahal, pendidikan merupakan kunci utama untuk
memajukan bangsa ini, belum lagi kasus narkoba yang kian merebak di kalangan
generasi bangsa yang seolah tidak kunjung menemukan titik temu. Lantas, apa
yang harus kita lakukan untuk membangun bangsa ini? Menjadi generasi unggul
yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia melalui pendidikan adalah satu jawaban
tepat bagi kita untuk membangun bangsa yang tengah dirundung banyak masalah
ini.

Pembangunan Nasional merupakan upaya berkelanjutan untuk memajukan


kehidupan bangsa. Modal utamanya adalah generasi bangsa yang cerdas dan
kreatif yang memiliki kepekaan pikiran, daya imajinasi yang tinggi, rasa
keingintahuan, serta kemampuan untuk menemukan atau menciptakan hal-hal
baru. Di tangan para pemuda lah cita-cita bangsa yang semakin tua ini akan
diwujudkan. Kejayaan bangsa secara otomatis akan terwujud dengan adanya
dukungan dari para pemuda yang unggul. Begitu pula sebaliknya, bangsa ini akan
hancur apabila generasi mudanya rusak dan tidak pernah memedulikan masa
depan mereka.

Negara Indonesia juga telah berusaha untuk mencetak generasi penerus bangsa
yang cerdas dan kreatif. Hal tersebut dapat kita lihat dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 alinea ke-4 yang mencantumkan tujuan negara;
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, setiap generasi bangsa
berhak mengenyam pendidikan sehingga mampu meningkatkan sumber daya
manusia di Indonesia. Hal serupa juga dapat kita simak dalam UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatur pelaksanaan pendidikan di
Indonesia. Tertuang di dalamnya tujuan pendidikan nasional yang menghendaki
pengembangan potensi anak bangsa agar menjadi manusia yang bertakwa, berbudi
luhur, cerdas, kreatif, berilmu, menguasai teknologi, dan berakhlak mulia. Tujuan
tersebut akan dapat terwujud jika terjadi kerjasama yang baik antara pemerintah
dan generasi bangsa itu sendiri.

Langkah nyata yang telah dilakukan oleh negeri ini dalam rangka mencetak
generasi bangsa yang unggul adalah dengan mencanangkan program wajib belajar
sembilan tahun, yaitu sampai ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bagi
para orang tua yang tidak mampu, kini pemerintah dan beberapa yayasan sosial
telah berupaya memberikan bantuan untuk membiayai pendidikan putera-puteri
bangsa paling tidak sampai tamat SMP. Dengan adanya program wajib belajar
sembilan tahun diharapkan dapat terbentuk generasi penerus bangsa yang
tangguh, cerdas, dan kreatif untuk mengejar ketertinggalan bangsa ini dari bangsabangsa lain di dunia. Kesuksesan program tersebut tidak lepas dari peran orang tua
untuk mengawasi putera-puterinya dalam belajar. Saat ini beberapa pemerintah
daerah juga telah mencanangkan jam wajib belajar mulai dari pukul 19.00 sampai
dengan pukul 21.00. Hal itu dimaksudkan agar pada waktu tersebut, orang tua
berupaya memotivasi putera-puterinya untuk belajar di rumah. Dengan kerjasama
yang baik antara berbagai pihak, impian untuk mencetak generasi muda yang
cerdas dan kreatif bukan sekedar isapan jempol belaka.

Upaya bangsa ini untuk mencetak generasi penerus yang berkualitas, cerdas,
kreatif, dan berakhlak mulia tentu tidak lepas dari berbagai hambatan. Hambatan
tersebut di antaranya adalah masuknya budaya asing ke Indonesia yang sebagian
besar cenderung menjurus pada hal-hal yang negatif. Akibatnya, generasi muda
semakin meninggalkan akar budaya luhur bangsanya dan cenderung mengikuti
budaya negatif, seperti pergaulan bebas, sikap hidup boros dan glamour, serta
penyalahgunaan narkoba. Budaya tersebut jelas sangat memengaruhi mental
generasi muda. Mereka menjadi malas belajar, suka keluyuran pada malam hari
bahkan mabuk tidak sadarkan diri. Mereka yang seharusnya menjadi generasi
penerus cita-cita bangsa hanya akan memperburuk citra negara. Akibatnya, negara
ini akan kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas. Tidak aneh kalau
tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia semakin meningkat. Belum lagi
masalah-masalah sosial lain yang menambah keruhnya suasana. Lantas,
bagaimana nasib bangsa ini kalau para generasinya rusak seperti itu? Dapat
dipastikan negara ini akan terpuruk jika permasalahan semacam itu dibiarkan
begitu saja. Oleh karena itu, pelaksana pendidikan dituntut untuk bekerja lebih
optimal. Para pendidik diharapkan mampu, bukan hanya sekedar mengajar
melainkan juga mendidik generasi bangsa agar terbentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.

Di samping pendidikan, faktor lain yang juga berperan dalam membentuk generasi
bangsa yang berkualitas adalah rasa iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Rasa keimanan dan ketakwaan akan membentengi seseorang dari perbuatanperbuatan tercela. Sebuah pepatah yang berbunyi ilmu tanpa agama adalah buta
rasanya memang benar adanya. Setinggi apa pun ilmu yang didapatkan tanpa

diikuti kepatuhan terhadap perintah agama pasti akan binasa. Sebagai contohnya
adalah para pejabat yang terjerat kasus korupsi. Dilihat dari tingkat pendidikannya,
seorang pejabat jelas merupakan orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa faktor iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum
tertanam dalam diri mereka. Oleh karana itu, generasi muda hendaknya
mempunyai rasa iman dan takwa, di samping juga cerdas dan kreatif. Tuhan lah
yang seharusnya kita takuti. Dengan demikian, manusia tidak akan berani
melakukan perbuatan-perbuatan keji karena Tuhan senantiasa melihat setiap
perbuatan
yang
kita
lakukan
dan
setiap
perbuatan
akan
dimintai
pertanggungjawaban. Untuk menanamkan faktor di atas kepada generasi muda,
Pemerintah Indonesia telah memasukkan materi pendidikan agama ke dalam
kurikulum pembelajaran di sekolah. Selain itu, kegiatan keagamaan seperti majelis
taklim dan peringatan hari besar agama juga merupakan solusi lain dalam rangka
menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan. Dengan
demikian, terbentuklah generasi penerus pilihan yang cerdas, kreatif, berakhlak
mulia, dan mengedepankan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan.

Kita bisa melihat, mendengar, dan merasakan bahwa pendidikan di Indonesia masih
jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia. Namun, dibalik keterbatasan yang
dimiliki, Indonesia ternyata masih mampu mencetak generasi muda berbakat yang
dapat mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Baru-baru ini kita
sering mendengar melalui surat kabar maupun radio tentang kemenangan Tim
Indonesia dalam olimpiade fisika tingkat internasional. Sungguh prestasi yang
benar-benar membanggakan. Di bidang lain seperti olahraga catur, generasi muda
Indonesia ternyata juga mampu menunjukkan kemampuannya lewat kemenangan
yang diperoleh dalam kompetisi catur tingkat dunia. Di bidang seni, seorang anak
Indonesia telah mampu menggelar konser tunggal di Beijing, Cina. Prestasi-prestasi
tersebut membuktikan bahwa generasi muda Indonesia sebenarnya mampu
bersaing dengan negara-negara lain di dunia. Itu semua tentu tidak datang dengan
sendirinya, perlu kerja keras dan kegigihan untuk dapat meraih prestasi di tingkat
internasional. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita tidak perlu merasa
pesimis karena sebenarnya generasi muda Indonesia memiliki potensi yang cukup
besar untuk mengembangkan khasanah keilmuan melalui kerja keras dan
kegigihan. Hanya dengan kerja keras, keuletan, dan kegigihan lah bangsa ini akan
tumbuh berkembang menjadi bangsa yang besar serta mampu mengejar
ketertinggalan di semua aspek kehidupan.

Prestasi yang telah diraih oleh beberapa generasi muda tersebut hendaknya dapat
memotivasi kita agar lebih giat dalam menuntut ilmu. Bidang apa pun yang kita
minati, asalkan ditekuni dengan baik pasti akan membuahkan hasil yang gemilang.
Marilah mulai saat ini, kita sebagai generasi muda penerus cita-cita bangsa

bertekad untuk menjadi generasi muda yang unggul, kreatif, dan berakhlak mulia
dengan usaha keras dan kegigihan serta diimbangi dengan kepatuhan terhadap
ajaran agama. Berdasarkan penelitian, kebanyakan manusia hanya memanfaatkan
kurang dari 10 persen dari kemampuan otaknya. Jika demikian, mengapa masih ada
orang yang menganggap bahwa dirinya bodoh? Bukankah jika kita memaksimalkan
kerja otak, kita akan melampaui kebanyakan orang? Ingat apa kata pepatah,
tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina. Oleh karena itu, teruslah berusaha
wahai generasi muda demi kemajuan bangsa ini dan janganlah pernah berputus
asa.

Anda mungkin juga menyukai