Anda di halaman 1dari 6

REMAJA SEBAGAI GENERASI EMAS

Oleh : Aisya Nur Hidayati

I.PENDAHULUAN

Peringatan hari Sumpah Pemuda jatuh pada tanggal 28 Desember, Sumpah Pemuda
adalah tongak Sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti yang kita ketahui ada
3 butir penting dalam sumpah pemuda yaitu, Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu tanah air indonesia, Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsayang satu bangsa indonesia, Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia.

Dengan adanya sumpah pemuda para pemuda harusnya lebih semangat lagi untuk belajar
dan berkarya. Terutama remaja zaman sekarang yaitu zaman milenial, pada zaman
milenial para remaja membutuhkan motivasi dan juga dukungan orang-orang terdekat
agar bisa belajar dan berkarya dengan optimal. Karena pada zaman milenial ini para
remaja cenderung bermalas-malasan dengan hobinya yaitu main game, tik tok, sosmed,
dan hal-hal lain yang berdampak buruk bagi masa depan para remaja nantinya.

Peran generasi muda di era 1900 hingga 1920-an atau pada awal-awal kemerdekaan
patut dijadikan contoh bagi generasi pemuda saat ini, yang disebut sebagai generasi
milenial. Sebagai generasi emas bangsa, kaum milenial yang hidup di alam
kemerdekaan ini patut menjaga rasa persatuan dan kesatuan. Ini menjadi tantangan
bagi seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah, untuk bisa mencetak generasi emas
yang akan membawa bangsa dan rakyat Indonesia semakin makmur dan sejahtera.

Bicara tentang Sumpah Pemuda tidak terlepas dari peran para pemuda yang
mendirikan organisasi Budi Utomo pada 1908. Semangat dan tekad Wahidin
Sudirohusodo beserta kawan-kawannya untuk menghapuskan kolonialisme di Bumi
Pertiwi mengantarkan mereka mendirikan pergerakan Budi Utomo pada 20 Mei 1908.
Inilah awal dari Kebangkitan nasional. Bangkit dari tidur panjang di bawah
pemerintahan kolonial Belanda yang menjajah Indonesia selama ratusan tahun.

Kini menjadi tantangan pemuda masa kini, kaum milenial, untuk mengisi apa yang
telah diperjuangkan para pemuda pada era-era sebelumnya. Ini bukan pekerjaan yang
mudah. Apalagi, pada usia 100 tahun kemerdekaan, yakni pada 2045, Indonesia
bertekad untuk menyiapkan generasi emas.
II. ISI

Sering sekali mucul dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan aneh seperti, kapan negara
Indonesia akan maju? Kapan negara Indonesia bisa sukses seperti Amerika, jepang dan
negara maju lainnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali mucul dalam benak kita
dan menjadi sebuah harapan bagi masyarakat Indonesia

Tapi pernahkah kita berfikir bahwa siapakah yang akan membuat negara kita maju?
Apakah pemerintah? Para pengusaha-pengusaha kaya? Ataukah para guru yang telah
mendidik para generasi muda? Seperti yang kita ketahui bahwa perubahan serta masa
depan negara agar lebih baik lagi berada ditangan para remaja dan generasi-generasi
muda yang saat ini masih duduk dibangku sekolahan.

Tetapi apakah yang akan terjadi nantinya kalau para remaja dan generasi muda calon
penerus bangsa ini bermalas-malasan. Mereka lebih mementingkan sosial media mereka
dari pada harus belajar dan berkarya untuk memajukan negara ini. Apalagi akhir-akhir ini
banyak sekali kasus tentang bullying, dan juga kasus-kasus kriminal lainnya yang
membuat para remaja cidera baik fisik maupun mental.

Tentunya hal ini akan berakhir pada hancurnya dan rusaknya moral suatu negara. Apa
yang akan terjadi pada bangsa ini kedepannya jika para remaja ataupun generasi-generasi
mudanya tidak peduli dan bermalas-malasan serta terjebak dalam kehancuran moral? Kita
semua harus sadar bahwa peran para remaja maupun generasi muda sangatlah penting
bagi kemajuan dan perubahan negara Indonesia kedepannya. Seluruh pihak terutama
orangtua harusnya berusaha untuk mendidik dan juga merubah kebiasaan buruk para
remaja yang akan berdampak buruk kedepannya. Agar para remaja dan juga para generasi
muda dapat berkembang secara positif dan dapat memberikan peranan pentingnya untuk
negara Indonesia lebih baik

Membangun Generasi Emas Berkarakter, Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu
yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari
keputusan yang ia buat. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis
dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Namun bagi sebagian
keluarga, barangkali proses pendidikan generasi emas berkarakter yang sistematis di atas
sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat.
Karena itu, pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam
lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran
guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru
adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam
tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.Kecerdasan
yang tinggi,akan mampu memanipulasi unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses
mencapai tujuan. Kita semua menyadari,bahwa hanya melalui pendidikan bangsa kita
menjadi maju dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,baik dalam bidang sains
dan teknologi maupun ekonomi.

Remaja sebagai generasi emas, adalah remaja yang cerdas komprehensif,yaitu cerdas
spiritual, cerdas emosional,cerdas sosial,cerdas intelektual,dan cerdas kinestetis. Cerdas
spiritual, yaitu beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan
memperkuat keimanan,ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan
kepribadian unggul. Cerdas emosional, yaitu beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk
meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan
budaya,serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Cerdas sosial,yaitu beraktualisasi
diri melalui interaksi sosial yang membina dan memupuk hubungan timbal balik,
demokratis, empatik dan simpatik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, ceria dan
percaya diri, menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara. Cerdas
intelektual, yaitu beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan
kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; aktualisasi insan intelektual yang
kritis,kreatif,inovatif dan imajinatif. Cerdas kinestetik,yaitu beraktualisasi diri melalui
olah raga untuk mewujudkan insan sehat,bugar,berdaya-tahan,sigap,terampil dan
trengginas; serta aktualisasi insan adiguna.

Remaja Indonesia yang kompetitif, yaitu remaja yang berkepribadian unggul dan
gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri,pantang menyerah,
pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan,inovatif dan menjadi
agen perubahan,produktif, sadar mutu,berorientasi global,pembelajar sepanjang hayat,dan
menjadi rahmat bagi semesta alam.
Belakangan ini, kita menyaksikan bahwa karakter kebangsaan itu semakin memudar.
Kesadaran bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak suku, agama, ras,
dan golongan semakin menghilang di sanubari para pemuda. Politik identitas
cenderung lebih mengemuka. Kelompok-kelompok garis keras juga terus
menunjukkan eksistensi mereka. Persatuan dan kesatuan bangsa kian terancam.

Ditambah dengan perkembangan teknologi informasi, semangat toleransi di kalangan


pemuda juga kian memudar. Fitnah dan kabar bohong dengan cepat beredar di tengah
masyarakat, yang pelakunya juga para pemuda.

Tantangan lain yang tak kalah penting dalam mewujudkan generasi emas adalah di
bidang kesehatan. Masalah gizi buruk balita dan anak-anak masih menjadi persoalan.
Jika tidak ditangani dengan serius, ini akan menjadi persoalan besar yang akan
dihadapi bangsa Indonesia pada peringatan 100 tahun kemerdekaan nanti.

Gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan
anak jauh di atas rata-rata. Kondisi buruk tidak terjadi secara instan atau singkat.
Artinya, anak yang masuk ke kategori gizi buruk sudah mengalami kekurangan
berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kementrian Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia dibawah 5
tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang
mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebsar 13,8%.

Bila masalah pendidikan dan kesehatan terus diperbaiki, tentu upaya untuk
mewujudkan generasi emas pada 2045 merupakan sebuah keniscayaan. Dengan
perbaikan itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, sebagai indikator untuk
mempersiapkan generasi emas, akan terus meningkat.

Kita bersyukur sejauh ini Indonesia berada pada jalur yang tepat (on the right track)
dalam upaya mewujudkan generasi emas. IPM kita terus meningkat dari tahun ke
tahun. Tahun ini, IPM Indonesia sebesar 71,39 naik dari tahun sebelumnya sebesar
70,07. Bila masalah pendidikan dan kesehatan terus diperbaiki, maka Indonesia bisa
melahirkan generasi emas pada 10-20 tahun mendatang, yang mampu bersaing dengan
negara-negara lain.
III.PENUTUP

Investasi sumber daya manusia akan dapat diwujudkan melalui peran strategis
pembangunan bidang pendidikan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan generasi emas berkarakter merupakan suatu investasi SDM
(human capital investment) sehingga mampu menciptakan iklim yang memungkinkan
bagi setiap warga negara untuk turut andil atau berperan serta dalam penyelenggaraan
negara dan pembangunan. Agar dapat memberikan kontribusi itu setiap warga negara
harus mengembangkan dirinya agar menjadi produktif sehingga dapat lebih bernilai baik
secara ekonomi dan non-ekonomi. Pendidikan generasi emas berkarakter merupakan
sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan,mencerdaskan
bangsa,serta meningkatkan harkat dan martabat sekaligus membangun peradaban yang
unggul.

Dengan perannya yang sangat penting itu,kita harus membuka akses seluas-luasnya bagi
seluruh masyarakat,mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai
pendidikan tinggi (PT). Masa depan bangsa ditentukan oleh seluruh masyarakat terutama
peran para generasi mudanya, jika kita mampu mengubah sikap mentalitas bangsa serta
menciptakan generasi emas di Indonesia. Maka saya percaya tentunya perubahan dan
kemajuan bangsa ini ke arah yang lebih baik dapat terwujud. Seperti pepatah dari John F.
Kennedy “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang
kamu berikan kepada negaramu?”

IV.KESIMPULAN

Karakter dan kecerdasan dipersatukan dalam perilaku yang berbudaya. Kehidupan yang
berkarakter tanpa disertai kehidupan yang cerdas akan menimbulkan berbagai
kesenjangan dan penyimpangan serta ketidakefisienan. Generasi emas berkarakter
merupakan bagian integral yang harus dibangun,agar generasi muda menjadi generasi
emas berkarakter sebagai harapan bangsa,sebagai penerus bangsa yang akan menentukan
masa depan harus memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan
benar dalam upaya membangun bangsa. Keberhasilan dalam membangun
pendidikan generasi emas berkarakter akan memberikan kontribusi besar pada pencapaian
tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dalam konteks demikian,
pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
sosial,budaya, ekonomi dan politik.
V.DAFTAR PUSTAKA

- https://www.kompasiana.com/garryannovanto/5808d802f09673342a953da4/generasi-
emas-untuk-generasi-muda-indonesia-yang-lebih-baik

- https://www.beritasatu.com/tajuk/6128/melahirkan-generasi-emas

- https://ulyadays.com/generasi-emas-berkarakter/

Anda mungkin juga menyukai