Namun ternyata keputusan ini mendapat penolakan oleh salah satu perusahaan tambang, PT
Freeport Indonesia. Di mana perusahaan tambang milik Amerika Serikat (AS) bersikukuh
tetap menggunakan Kontrak Karya (KK) dan enggan mendivestasikan 51% sahamnya, sebab
sudah lebih dari 10 tahun di tambang Indonesia.
Atas dasar penolakan itu, Direktur Energi Watch Mamit Setiawan menilai, Freeport tidak
serius melakukan investasi di Indonesia. Sebab aturan yang telah dibuat pemerintah tidak
ingin ditaati.
"Jadi, penolakan Freeport ini jelas memperlihatkan bahwa dia tidak mau pemerintah
memegang kendali. Ini jelas memperlihatkan ada sesuatu selama ini karena mereka begitu
terkesan takut jika pemerintah mendapat porsi yang besar,"tegas Mamit saat dihubungi
Okezone belum lama ini.
Jika sikap Freeport demikian ditambah ada rencana menempuh jalur arbitrase ke badan
hukum internasional, Mamit menegaskan pemerintah jangan takut akan ancam tersebut.
Sebab, sebelumnya pemerintah sudah berbaik hati mengeluarkan izin ekspor mineral per
tanggal 17 Februari, namun tolak oleh Freeport dengan berbagai macam argumentasi yang
mereka berikan jelas itu lagi-lagi merupakan bukti bahwa mereka tidak serius.
"Saya kira pemerintah tidak usah takut terhadap ancaman FI ini karena memang pemerintah
menjalankan amanat dari UU Minerba,"tandasnya