PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Anatomi Saluran Pernafasan (Anne Waugh dan Allison Grant,
2012)
G. Klasifikasi Asma
H. Penatalaksanaan Asma
A. Primary survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendekteksian dan
manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang
mengancam kehidupan. Tujuan dari primary survey adalah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera maslah yang mengancam
kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survet antara lain:
a. Airway maintenance dengan cervical spine protection
b. Breathing dan oxygenation
c. Circulation dan control perdarahan eksternal
d. Disability-pemeriksaan neurologis singkat
e. Exposure dengan control ligkungan
B. Pengkajian Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain:
a. Kaji kepatenan jaan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pasien antara lain:
a) Adanya snoring atau gugling
b) Stridor atau suara nafas tidak normal
c) Agitasi (hipoksia)
d) Penggunaan otot bantu pernafasan/paradoxical chest movments
e) Sianosis
c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran nafas bagian atas
potensial penyebab obstruksi:
a) Muntahan
b) Perdarahan
c) Gigi leas atau hilang
d) Gigi palsu
e) Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka
e. Lindungi tulag belakang dari gerakan yang tidak perlu paa pasien
yang beresiko untuk mengalami cedera tulang belakang
f. Gunakan berbagai alat bantu utuk mempatenkan jalan nafas pasien
esuai ndikasi :
a) Chin lift/jaw thrust
b) Lakukan suction (jika tersedia)
c) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, laryngeal mask
airway
d) Lakukan itubasi
C. Pengkajian breathing ( pernafasan)
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara
lain:
a. Look, listen dan feel: lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien
a) Inspeksi dari tingkat pernafasan sangat pemting. Apakah tanda-
tanda sebagai berikut: cyanosis, penetrating injury, flail chest,
sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan
b) Palpasi untuk adanya: pergeseran rakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosus
haemothorax dan pneumothoraks.
c) Auskultasi untuk adanya: suara abnormal pada dada
b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu
c. Tentukan laju, dan tingkat kedalaman nafas pasien, kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien
d. Enilaian kembali status mental pasien
e. Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
f. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekat dan oksiggeasi
a) Pemberian terapi oksigen
b) Bag-valve masker
c) Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan
yang benar), jika diindikasikan
d) Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures
g. Kaji adanya masalah pernafasam yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan
D. pengkajian circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulsi pasien,
antara lain:
a) Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan
b) CPR harus terus dilakukan sampai defibrasi siap untuk
digunakan
c) Control perdarahan yang dapat mengacam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung
d) Palpasi nadi radial jika diperlukan
e) Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau
hipoksia (capillary reffil)
E. Pengakajian level of consciousness dan disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU
a) A- alert, yaitu merespom suara dengan tepat, misalnya
mematuhi perintah yang diberikan
b) V-vocalises, mugkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara
yang tidak bisa dimengerti
c) P-responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai
jika ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal
untuk merepon)
d) U- unresponsive to pain, jika pasien tidak merepson baik
stimulus nyeri
F. Pengakajian expose, examine dan evaluate
Dalam situasi yang diduga telah terji mekanisme trauma yang menganca
jiwa, maka rapid trauma assessment harus segera dilakuka:
a) Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada
pasien
b) Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat menganam
nyawa pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada
pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis.
B. secondary assessment
1. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien
yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien
meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat
medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem. (Emergency Nursing
Association, 2007). Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus
diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia,
dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan
anggota keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat
kejadian. Anamnesis yang dilakukan harus lengkap karena akan
memberikan gambaran mengenai cedera yang mungkin diderita. Beberapa
contoh:
a. Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk
pengaman: cedera wajah, maksilo-fasial, servikal. Toraks,
abdomen dan tungkai bawah.
b. Jatuh dari pohon setinggi 6 meter perdarahan intra-kranial,
fraktur servikal atau vertebra lain, fraktur ekstremitas.
c. Terbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan
Co
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A: Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
L: Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk
dalam komponen ini)
2. Pemeriksaan fisik
d. Toraks
Inspeksi : Inspeksi dinding dada bagian depan, samping dan belakang
untuk adanya trauma tumpu/tajam, luka, lecet, memar, ruam ekimosiss,
bekas luka, frekuensi dan kedalaman pemafsan, kesimetrisan expansi
dinding dada, penggunaan otot pernafasan tambahan dan ekspansi toraks
bilateral, apakah terpasang pace maker, frekuensi dan irama denyut
jantung, (lombardo, 2005)
palpasi :seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam/tumpul,
emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
Perkusi: untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan
Auskultai: suara nafas tambahan (apakah ada ronki, wheezing, rales) dan
bunyi jantung (murmur, gallop, friction rub)
e. Abdomen
Cedera intra-abdomen kadang-kadang luput terdiagnosis, misalnya
pada keadaan cedera kepala dengan penurunan kesadaran, fraktur vertebra
dengan kelumpuhan (penderita tidak sadar akan nyeri perutnya dan gejala
defans otot dan nyeri tekan/lepas tidak ada). Inspeksi abdomen bagian
depan dan belakang, untuk adanya trauma tajam, tumpul dan adanya
perdarahan internal, adakah distensi abdomen, asites, luka, lecet, memar,
ruam, massa, denyutan, benda tertusuk, ecchymosis, bekas luka, dan
stoma. Auskultasi bising usus, perkusi abdomen. untuk mendapatkan,
nyeri lepas (ringan). Palpasi abdomen untuk mengetahui adakah kekakuan
atau nyeri tekan, hepatomegali,splenomegali,defans muskuler,.. nyeri lepas
yang jelas atau uterus yang hamil. Bila ragu akan adanya perdarahan intra
abdominal, dapat dilakukan pemeriksaan DPL (Diagnostic peritoneal
lavage, ataupun USG (Ultra Sonography).
f. Ektremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi,
jangan lupa untuk memriksa adanya luka dekat daerah fraktur (fraktur
terbuak), pada saat pelapasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi
distal dari fraktur pada saat menggerakan, jangan dipaksakan bila jelas
fraktur.
C. Diagnosa Keperawatan
Objektif :
Subjektif :
1. Dispnea.
2. Sulit bicara.
3. Ortopnea.
Objektif :
1. Gelisah.
2. Sianosis.
3. Bunyi napas menurun.
4. Frekuensi napas berubah.
5. Pola napas berubah.
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis.
takipnea. bradipnea,
hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
Subjektif : 1. Ortopnea
Objektif : Pemantauan Respirasi
Observasi:
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung. 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi
3. Diameter thoraks anterior— oksigen
posterior meningkat 2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
4. Ventilasi semenit menurun Setelah dilakukan intervensi keperawatan upaya napas
5. Kapasitas vital menurun selama 1x24 jam, maka diharapkan 3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6. Tekanan ekspirasi menurun gangguan pertukaran gas pasien meningkat,
Terapeutik
7. Tekanan inspirasi menurun dengan kriteria hasil :
8. Ekskursi dada berubah 1. Atur Interval pemantauan respirasi sesuai
1. Dispnea menurun
kondisi pasien
2. Bunyi nafas tambahan (ronchi)
menurun
Edukasi
3. Pernafasan cuping hidung menurun
4. Nilai hasil AGD, PCO2, PO2, dan PH 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
arteri membaik 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
5. Takikardia membaik (90-100x/menit)
Terapi Oksigen
6. Pola nafas membaik (22-24x/menit)
Observasi:
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
Edukasi
D.0003 Gangguan Pertukaran
Gas 1. Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di
rumah
DEFINISI
Kolaborasi
Kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan atau eliminasi 1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
karbondioksida pada membran
alveolar - kapiler
3
PENYEBAB
1. Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2. Perubahan membran
alveolus-kapiler
1. Subjektif
1. Dispnea
2. Objektif
1. PCO2
meningkat/menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri
meningkat/menurun
5. Bunyi napas
tambahan
1. Subjektif
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
2. Objektif
1. Objektif
2. Sianosis
3. Diaphoresis
4. Gelisah
5. Napas cuping
hidung
6. Pola napas
abnormal
(cepat/lambat,
regular/ierguler,
dalam/dangkal)
F. Evaluasi Keperawatan
Menururt Mufidaturrohmah (2017), evaluasi keperawatan adalah
mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Langkah-langkah evaluasi
antara lain : jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dilakukan pemeriksaan letak
kesalahannya, mencari jalan keluar, kemudian mencatat apa yang ditemukan dan
jika ada perubahan perlu dilakukan perubahan intervensi.
Daftar Pustaka
Darmanto, D. (2012). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Buku
Kedokteran.
Riyadi, S., & Sukarmin. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta:
Ghama Ilmu.
Wahid , A., & Suprapto. (2013). Keperawatan Medical Medical Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: Trans Info
Media.