Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN Tn.K DENGAN ASMA BRONKHIALE DI RUANG NUSA INDAH


RS PUSRI PALEMBANG

DISUSUN OLEH :
SYAHRIAL.S
NIM PN2303020

CLINICAL INSTRUCTOR CLINICAL INSTRUCTOR


AKADEMIK

( Ns. Rima Mutiara, S.Kep) (Ns. Bela Purnama Dewi, S.Kep,.M.Kes)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PALEMBANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT DALAM TENTANG ASMA

a. Definisi
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah secara spontan
maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2020).
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain
penyebabalergi.
Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa
datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko
kematian bisa datang.
Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan
ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaputl
endir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih (Nurarif & Kusuma,
2015).

b. Anatomi Fisiologi

Gambar2.1Anatomi Saluran Pernafasan (Anne Waughdan Allison Grant,


2011.
Menurut Andarmoyo (2012)

Anatomi Fisiologi Pernafasan dibagiatas beberapa bagian,antaralain:


1. Hidung/Naso/Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
yangdisebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut
septumnasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk
menyaring udara,debu dan kotoran yang masuk didalam lubang hidung.
Fungsi hidung,terdiridari:
 Sebagai saluran pernafasan.
 Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
 Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa.
 Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput
lendir mukosa hidung.
2. Tekak/Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher. Hubungan faring dengan
organ-organ lain; ke atas berhubungan dengan rongga hidung, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut, ke bawah depan berhubungan dengan
laring,dan kebawah belakang berhubungan dengan esophagus.
Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian
 Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
 Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmusfausium disebut
dengan orofaring
 Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi
mulut,esofagus, dan laring yang merupakan gerbang untuk sistem
respiratorik selanjutnya
3. PangkalTenggorokan(Faring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara.Laring(kontaksuara) menghubungkan faring dengan trakea.Pada
tenggorokan ini adaepiglotis yaitu katup kartilago tiroid.Saat menelan
epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya
makanan dan cairan.

4. Batang Tenggorokan(Trakea)
Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm
dandiameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus yang
memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan.Trakea dilapisi
epitelium fespiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung
banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengelurkan benda-
benda asing yang masuk bersam-sama dengan udara saat bernafas.
5. CabangTenggorokan(Bronkhus)
Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian bronkhus
kanan dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan
lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga memungkinkan objek
asing yang masuk kedalam trakea akan ditempatkan dalam bronkus
kanan.Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping,bronkus
bercabang lagi menjadi bagian- bagian yang lebih kecil lagi yang disebut
bronkhiolus (bronkhioli).
6. Paru-paru
Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa=alveoli). Pembagian paru-paru:
 Paru kanan: terdiri dari 3lobus,lobus pulmo dekstra superior, lobusmedia
dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan kecil yang disebut segtment. Paru-paru kanan memiliki
10 segment, 5 buah pada lobus superior, 2 buah pada lobus medialis,dan
3 buah pada lobusin ferior.
 Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobusin
ferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior
,dan 5 buah pada lobus inferior.
c. Etiologi
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi asma
berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut:
7. Asma ekstrinsik/alergi
Asmayang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus,
binatang, dan debu.
8. Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor nonspesifik seperti:flu, latihan fisik atau emosi sering memicu
serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun
setelah menderita infeksi sinus/ cabang trancheo bronkial.
9. Asmacampuran
Asma yang terjadi/ timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik.
Menurut (Soemantri, 2009. Edisi 2) sampai saat ini etiologi asma belum
diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma
adalah fenomena hiper aktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat pekat
terhadap rangsangan imunologi ataupun non-imunologi.

Oleh karena sifatinilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika


rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya.
Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari
rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
 Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan.
 Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
 Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
 Perubahan cuaca yang ekstrem.
 Kegiatan jasmani yang berlebih.
 Lingkungan kerja.
 Obat-obatan.
 Emosi.
 Lain-lain, seperti refluks gastro esofagus.
Menurut Muttaqin(2012) faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
bronkial adalah sebagai berikut:
1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu rumah
(Dhermato phagoides pteronissynus), spora jamur kucing, bulu bianatang,
beberapa makanan laut, dan sebagainnya.

2. Infeksi saluran pernafasan


Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan dua pertiga penderita asma
dewasa serangan asma ditimbulkan oleh infeksi saluran pernafasan.
3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak
orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita
asmabronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama
padaorang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini telah menonjol pada
wanitadananak-anak
4. Olahraga/kegiatanjasmaniyangberat
Sebagian penderita asmabronkhial akan mendapatkan serangan asmabila
melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat
danbersepeda adalah dua jenis kegiatan yang mudah menimbulkan
seranganasma serangan asma karena kegiatan jasmani (exercise induced
asma-EIA)terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan
jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap obat
tertentu seperti penisilin, salisilat, betablocker. Kodein, dan sebagainya.
6. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/ kendaraan,
asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida foto
kemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkhial.

d. Tanda dan Gejala


Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom yang
dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala
klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting
dari sindromini, diantaranya dispnea, suaramengi, obstruksi jalan nafas
reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang hiper responsitif terhadap
berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun yang nonspesifik, dan
peradangan saluran pernafasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat
bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak nafas.
Gejala yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot nafas tambahan, dan
timbulnya pulsus paradoksus(Djojodibroto,2016)
e.Patofisiologi
Asma akibatalergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul
IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan
asma bersifat airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas,
alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu
tertentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan
memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga kecil alergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma
adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta- adrenergik, dan
bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang
dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masak anak-kanak.
Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti
oleh rhinosinusitishi perplastik dengan polip nasal. Baru kemudian muncul
asma progresif.
Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan pemberian
obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang juga akan
terbentuk terhadap agen anti-inflamasinon-steroidlain. Mekanisme yang
menyebabkan bronkospasme karenaa penggunaan aspirin dan obat lain tidak
diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang
diinduksi secara khusus oleh aspirin.
Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada
klien asma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan peningkatan
reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obatsulfat, seperti
kalium metabisulfit, kalium dan natriumbisulfit, natriumsulfit dan sulfatklorida,
yang secara luas digunakan dalam industri makanan dan farmasi sebagai agen
sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada
klien yang sensitif. Pajanan biasnya terjadi setelah menelan makanan atau
cairan yang mengandung senyawa ini, seperti salad, buah seger,
kentang,kerang,dan anggur.
f. PemeriksaanPenunjang
1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, factor-faktor yang berpengaruh
terhadap asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi serta gejala
klinis.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium: darah (terutamaeosinofil,IgEtotal,IgEspesifik),
sputum (eosinofil,spiralCurshman,kristalCharcot-Leyden).
4. tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan
adanya obstruksi jalan nafas.

g. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksaan asma bronkial adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan:
2. Saatnya serangan
3. Obat-obatan yang telah diberikan(macamdandosis)

4. Pemberian obat bronkodilator.

5. Penilaian terhadap perbaikan serangan.

6. Pertimbangan terhadap pemberian korti kosteroid.

7. Penatalaksanaan setelah serangan mereda

 Cari faktor penyebab


 Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.
(Soemantri,2009)

h. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma meliputi:

1. Status asmatik.
2. Gagal nafas(respiratoryfailure).
3. (Kowalak, Welsh,&Mayer, 2012).
4. Pneumothorax.
5. Pneumo medi astinum dan emfi semasubkutis.
6. Atelektasis.
7. Aspirasi.
8. Sumbatans aluran nafas yang meluas/gagal nafas.
9. Asidosis.

i.PengkajianKeperawatan
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi
data (informasi) yang sistematis dan bersinambungan. Sebenarnya, pengkajian
adalah proses bersinambungan yang dilakukan pada semua fase proses
keperawatan.
Misalnya pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk melakukan hasil
strategi keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses
keperawatan bergantung pada pengumpulan data yang akurat dan lengkap
(Kozier,Berman,&Snyder,2011).
1. IdentitasKlien
 Usia : asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering
dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan
sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
 Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang
kemudian sama pada usia 30 tahun. (Soemantri,2009).
 Tempat tinggal dan jenis pekerjaan: lingkungan kerja diperkirakan
merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan asma
bronkial (Muttaqin, 2012). Kondisi rumah, pajanan alergen hewan
didalam rumah, pajanan asap rokok tembakau, kelembapan, dan
pemanasan (Francis,2011).
2. Keluhan Utama
 Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah
dispneu (bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
(Soemantri,2009).

 Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu
pasien mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pasien yang sudah
menderita penyakit asma, bahkan keluarga yang sudah menderita
Penyakit asma/ faktor genetik (GhofurA,2008).
 Riwayat Penyakit Dahulu
Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwayata lergi dan riwayat penyakit
saluran nafas bagian bawah (Soemantri,2009).
 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat
penyait keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan
penyakit yang sama pada anggota keluarganya (Soemantri,2009).
 Pola Hidup
Perempuan lebih rentan terhadap laki-laki. Risiko akan bertam- bah
pada perempuan yang merokok atau tinggal pada daerah yang padat
polusi dan tercemar (Mumpuni&Wulandari,2013).
 Faktor Sosial Ekonomi
Pengkajian terhadap faktor- faktor sosial/ ekonomi yang berdampak
pada kesehatan (Marrelli,2008).
3. Pola Fungsi Kesehatan
 Nutrisi
Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari
hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah
(Padila,2012).
 Eliminasi
Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air kecil.
Kebiasaan menahan buang air besar akan menyebabkan feses
menghasilkan radikal bebas yang bersifat meracuni tubuh, menyebabkan
sembelit, dan semakin mempersulit pernafasan (Mumpuni &
Wulandari,2013).
 Aktivitas
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulitbernafas (Wijaya&Putri,2013).
 Istirahat/ tidur
Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
(Mumpuni & Wulandari,2013). Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur
dalam posisi duduk tinggi (Wijaya & Putri, 2013).
 Aktivitas
 Pekerjaan
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkial (Muttaqin,2 012).

 ADL
Perasaan selalu merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan O2
keseluruh tubuh (Mumpuni&Wulandari,2013).
 Pemeriksaan ekstermitas(atas dan bawah)
Perasaan selalau merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan O2 ke
seluruh tubuh (Mumpuni&Wulandari,2013).
4. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum Klien
Keadaan umum pada pasien asma yaitu compasmetis, lemah, dan sesak
nafas.
 Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi: pemerataan rambut, berubah/ tidak, simetris, bentuk wajah.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema.
 Pemeriksaan telinga
Inspeksi: simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan. Palpasi: tidak ada
nyeri tekan.
 Pemeriksaan mata
Inspeksi: simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, konjungtiva anemis,
reflek cahaya normal.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
 Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi: mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut, biasanya ada
kesulitan dalam menelan.
Palpasi: tidak ada pembesaran tonsil.
 Pemeriksaan leher
Inspeksi: simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
 Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi: ketiak tumbuh rambut/tidak, kebersihan ketiak,
adalesi/ tidak, ada benjolan/ tidak.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
 Pemeriksaan thorax
Pemeriksaan
paru
Inspeksi: batuk produktif/ nonproduktif, terdapat sputum yang kental dan
sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot tambahan, sianosis
(Somantri, 2009). Mekanika bernafas, pernafasan cuping hidung,
penggunaan oksigen, dan sulit bicara karena sesak nafas (Marelli, 2008).
Palpasi: bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan
(Somantri,2009). Takikardi akan timbul diawal serangan, kemudian
diikuti sianosis sentral (Djojodibroto,2016).
Perkusi: lapang paru yang hipersonor pada perkusi
(kowalak,Welsh,&Mayer,2012).
Auskultasi: respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada fase
respirasi semakin menonjol (Somantri,2019).
Pemeriksaan jantung
Inspeksi: ictuscordis tidak tampak.
Palpasi: Ictuscordis terdengar diICSV midclaviculakiri.
Perkusi: pekak.
Auskultasi: BJ1 dan BJ2 terdengar tunggal, ada suara tambaha/ tidak.
 Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: bentuk tidak simetris.
Auskultasi: bising usus normal (5-30x/menit).
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: tympani.
 Pemeriksaan integumen
Inspeksi: kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada oedema.
Palpas: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan.
 Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas) Inspeksi: otot simetri, tidak ada
fraktur.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.

 Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus


Inspeksi: tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut pubis merata.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan Penunjang
 Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
 Tes Provokasi Bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev sebesar20%
atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 105
atau lebih.
 Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik
dalamtubuh.
 Pemeriksaan Laboratorium
Analisa Gas Darah (AGD/Astrup) : hanya dilakukan pada serangan
asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, danasidosis
respiratorik.
Sputum : adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan
trensudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-
selepitelnya dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat
adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi
terhadap
antibiotik.
Sel eosinofil : pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-
1500/mm3 baikas mainstrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung
seleosinosil normal antara 100-200/mm3.
Pemeriksaan darah rutin dan kimia : jumlah sel leukosityang lebih dari
15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi SGOT dan SGPT meningkat
disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan hiperkapnea.
 Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien asmabronkial
biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi diparu atau komplikasi
asma seperti pneumo thoraks, pneumo mediastinum, atelektasis
(Muttaqin,2012).

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN ASMA


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontak bilitas dan volume
sekuncup jantung.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju
metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyahan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
5. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.
2. INTERVENSI
DIAGNOSA Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Ketidakefektifan Setelah dilakukan intervensi


bersihan jalan nafas keperawatan diharapkan 1.Observasi
mendapat criteria hasil: - Monitor pola napas
- Batuk efektif menurun - Monitor bunyi nafas
akibat tidak bersihnya tambahan
jalan nafas - Monitor sputum
- Sulit bicara dengan
normal 2.Terapeutik
- Gelisah - Posisikan semi fowler
atau fowler
- Berikan minum
hangat
- Berikan oksigen jika
perlu

3.Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml
- Ajarkan tehnik batuk
efektif

4.Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspekt
oran,mukolitik,kila
perlu.
-
Penurunan curah Setelahdilakukanintervensikep 1.Observasi
jantung erawatandiharapkanmendapatk - Identifikasi
riteriahasil: indikasi pemasangan
- Distensi vena jugularis alat pacu jantung
- Pucat/sianosis - Monitor alat
- Tekanan darah pacu jantung bekerja
dengan baik

- 2.Terapeutik
- Libatkan
keluarga dalam
perawatan alat pacu
jantung
- tentukan jenis
dan modus alat pacu
jantung

3.Edukasi
- Jelaskan
indikasi, fungsi dan
komplikasi
implementasi alat
pacu jantung
- Ajarkan cara
mengenali tanda dan
gejala disfungsi pada
alat pacu jantung
- Anjurkan
melakukan
pemeriksaan rutin alat
pacu jantung

4.Kolaborasi
Kolaborasi pemeriksaan
rotngen dada setelah
pemasangan alat pacu
jantung
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi
nutrisi keperawatan diharapkan 1.Observasi
mendapat criteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
- Perasaan cepat - Monitor asupan makanan
kenyang - Monitor hasil
- Diare pemeriksaan
- Kekuatan otot laboratorium
pengunyah menurun 2. Terapeutik
- Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika
perlu
- Berikan supelenmen
makanan ,jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jikaperlu
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi 1.Obserbvasi
keperawatan diharapkan - Identifikasi deficit
mendapat criteria hasil: tingkat aktivitas
- Ambulasi dapat - Monitor respons
mempercepat proses emosional, fisik,
penyembuhan sosial, dan spiritual
- Curah jantung terhadap aktivitas
- Tingkat keletihan
2. terapeutik
- sepakati komitmen
- untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi aktivitas
rutin fisik
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
- Jadwalkan aktivitas
dalam rutin itas sehari-
hari.
3. Edukasi
- Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari
- Ajarkan cara
melakukan aktifitas
yang dipilih.

4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
teropis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktifitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau
program aktifitas
komunitas, jika perli

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1.Observasi


dengan keadaan keperawatan diharapkan - Identifikasi saat
penyakit yang diderita. mendapat criteria hasil: tingkat asietas
- Pikiran gelisah berubah
- Frekuesi pernapasan - Identifikasi
tidak stabil kemampuan
- Pola tidur tidak teratur mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda
ansietas

2. Terapeutik
- Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa
yang akan datang

3. Edukasi
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Anjurkan
mengungkapkan
perasan dan persepsi
- Latih tehnik relaksasi

4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat ansietas,
jikaperlu
DAFTAR PUSTAKA

Aminhuda.2016. Aplikasi asuhan keperawatan dan prosedur tetap dalam praktik


keperawatan. Jakarta: salemba medika.
Mubrak, W dkk. 2015. Standar asuhan keperawatan dan prosedur tetap dalam
praktik keperawatan. Jakarta:salembamedika.
Newman, porland. 2012. Kamus saku kedokteran. Jakarta :
EGC.Nurarif.A.H. dan kusuma. H.(2015)APLIKASI Asuhan
keperawatan.
(PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI)
(PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Tn.K DENGAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG NUSA INDAH RS
PUSRI PALEMBANG

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien

Nama : Tn K
Umur : 53 Tahun
Tanggal Lahir : 12 May 1970
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pekerja Lepas
Agama : Islam
Suku : Sumatera
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl.Taqwa mata merah
Sumber Informasi : Keluarga, Klien, Status/Rekam medik.
TGL MRS : 01-10-2023 pukul 20.46 wib
TGL Pengkajian : 02-10-2023 pukul 15.00 wib
No. RM : 259666
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.R
Umur : 50 Th
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Alamat : SDA
Hubungan dengan keluarga : istri pasien

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan, sesak dan batuk
3. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak kurang lebih dua
minggu, nafas terasa sesak disertai batuk demam, mual, muntah, badan terasa
lemah
TD:100/70 mmHg,
N:107x/menit,
RR:26x/menit,
suhu: 380C,
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pengkajian yang didapatkan pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini.
Sebelumnya klien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluarga yang sakit TB paru, asma, bronchitis, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, diabetes mellitus dan gangguan emosional

6. Genogram
RIWAYAT KASUS KELOLAAN

Tanggal DX Medis Pemeriksaan Terapi atau tindakan yang


Penunjang dilakukan
02-10-23 Asma - Lab darah - Oksigen 2 ltr
- To thorax
- Ekg
- ECHO

7. PENGKAJIAN SAAT INI


1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kulit bersih, rambut rapi
2) Pola nutrisi dan metabolic
Program diit RS adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Intake makanan
Sebelum masuk RS
Porsi yang diberikan 3x sehari (pagi, siang, malam)
Selama di RS
Porsi yang diberikan 3x sehari (pagi, siang, malam)

Antropometri :
BB 63 Kg
TB : 160 cm
IMT : 19,7 (normal/overweight/ ..... )
LILA 22 cm
Biokimia :
Hb : 11,5 g/dl Ht
...............%
GDS : 101 mg/dl
Clinical :
Ku : Lemah.
Diet : BRG
3) Intake minum/cairan
Sebelum masuk RS
Normal 2 ltr sehari (8 gelas)
Selama di RS
Normal 2 ltr sehari (8 gelas)
b. Pola eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
Sebelum masuk RS
Normal 1-2 kali sehari
Selama masuk RS
Normal 1-2 kali sehari
b. Buang Air Kecil
Sebelum masuk RS
Normal 4-8 x/ hari
Sesudah masuk RS
Normal 4-8 x/ hari

3) Pola aktivitas dan latihan


a. Kemampuan perawatan diri

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

← Oksigenasi : O2 2 ltr x/m

4) Pola istirahat dan tidur


1 Sebelum masuk RS
Tidur siang - wib ; tidur malam 22.00-06.00 wib
2 Setelah masuk RS
Tidur tidak tentu

5) Pola perseptual
Penglihatan
baik
Pendengaran
Baik/ normal
Pengecapan
Baik/ masih bisa membedakan rasa pedas, asin dan asam
Penciuman
Baik / normal
Sensasi
Baik / normal
B. Pola persepsi diri
Gambaran diri : pasien sejak mengalami sesak nafas
Harga diri : Baik
Ideal diri : Baik
Peran diri : Baik
Identitas diri : Baik
Pola seksualitas dan reproduksi
Tidak dikaji
Pola peran-hubungan
Tidak dikaji
Pola manajemen koping-stress
Pasien bisa mengatasi jika ada masalah di keluarga
← Sistem nilai dan keyakinan
Pasien biasa shalat di masjid

8. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

1) Keadaan umum saat pengkajian KU Lemah


2) Kesadaran : compos mentis, GCS (E4M5V6) = 15
3) Tanda vital
TD:100/70 mmHg,
N:107x/menit,
RR:26x/menit,
suhu: 380C,

4) Inspeksi : Simetris
Palapasi : Rambut kulit kepala tidak ada lesi dan tidak ada benjolan, Rambut
beruban.
5) Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sclera tidak
ikterik, ketajaman pengelihatan baik
Palapasi : Normal

9. Telinga
Inspeksi : Bentuk Telinga simetris, tidak ada benjolan.
Palapasi : Bentuk leher simetris, tidak ada serum dan ketajaman pendengaran baik.
10. Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak ada benjolan, tidak ada pernapasan cuping
hidung. tidak ada serum
Palpasi : Normal
11. Mulut
Normal
12. Leher : Bentuk leher simetris,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
13. Dada
1) Thorax
• Inspeksi : Bentuk dada normal chest, pergerakan dada simetris, Dipsnea
(), tidak ada penggunaan alat bantu otot nafas
• Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, fokal fremitus
simetris bilateral
• Perkusi : Terdengar sonor diseluruh lapang paru.
• Auskultasi : Tidak ada bunyi nafas tambahan

2) Jantung
• Inspeksi : rama jantung dapat teratur atau tidak teratur
• Palpasi : riksi : dicurigai perikarditis
• Perkusi : distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
• Auskultasi : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau complain ventrikel
14. Abdomen
• Inspeksi : Bentuk abdomen flat, tidak ada massa, tidak ada lesi, tidak
ada bayangan vena abdomen.
• Palpasi : Tidak ada masa, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
pembesaran limpa, ada nyeri tekan, tidak ada asites

• Perkusi : Terdengar suara tympani.


• Auskultasi : Bising usus 12x/menit

12) Genitalia dan perianal


Normal
13) Ekstremitas
a. Ekstremitas atas kekuatan otot normal, mampu mengenggam dengan baik
b. Ekstremitas bawah kekuatan otot normal, mampu berdiri dan berjalan dengan
baik

9. PROGRAM TERAPI
a. Diet bubur
b. Oksigen -.2 lpm
c. EKG/USG/Rontgen/MRI (pilih sesuai kasus)
d. Terapi obat :
Tanggal DX Medis Pemeriksaan Terapi atau tindakan yang
Penunjang dilakukan
02-10-23 Asma Lab darah Nebulizer : farbiven , pulmicort
To thorax 3x
Ekg Inj. Dexamethasone iv
ECHO
10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah rutin

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hemoglobin 14,5 13.2-17.3 Gr/dl
Lekosit 9,9 4.5-11.5 Sel/LPB
Basophil 0 0-1 10*3/µl
Eosinophil 0 2-4 %
netrofil 63 50-70 %
Limfosit 30 25-40 %
Manosit 7 2-8 %
Trombosit 227 150-450 %
hematokrit 44 35-49 %

Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Natrium 142 136-145 mmol/L
kalium 3,2 3.5-5-1 mmol/L
ANALISA DATA
No Tanda (Sign) dan gejala (Symptom) Penyebab etiologi Factor Masalah
risiko (Problem)
Mayor Minor
subjektif objektif subjektif objektif
1 Dyspnea - PCO2 - pusing - sianosis - Ketidakseimbangan Tidak ada Gangguan
meningkat/menu - penglihatan - diaphoresis ventilasi-perfusi Pertukaran
run kabur - gelisah - Perubahan Gas
- PO2 menurun - napas cuping membrane alveolus-
- Takikardi hidung kapiler
- pH arteri - pola napas
meningkat/menu abnormal
run - warna kulit
- bunyi napas abnormal
tambahan - kesadaran
menurun

2 Dyspnea - penggunaan otot Ortopnea - pernafasan - hambatan upaya Tidak ada Pola Nafas
bantu pernafasan pursed-lip napas Tidak Efektif
- fase ekspirasi - pernafasan - deformitas dinding
memanjang cuping hidung dada
- pola nafas - diameter - deformitas tulang
abnormal thoraks dada
anterior- - gangguan
posterior neuromuskular
meningkat
- ventilasi
semenit
menurun
- kapasitas vital
menurun
- tekanan
ekspirasi
menurun
- tekanan
inspirasi
menurun
- ekskursi dada
berubah
3. - Mengeluh - Tidak tersedia Mengeluh - Tidak tersedia Kurang control tidur Tidak ada Gangguan
sulit tidur kemampuan dan hambatan pola tidur
- mengeluh beraktifitas lingkungan
sering menurun
terjaga
- mengeluh
tidak puas
tidur
- mengeluh
pola tidur
berubah
- mengeluh
istirahat
tidak
cukup
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan (SDKI) SLKI SIKI


1 Pertukaran Gas B.d ketidaksamaan Setelah dilakukan tindakan selama 1x 8 O (Observasi):
jam maka diharapkan Pertukaran Gas 1. Monitor frekuensi, irama,
perfusi- ventilasi
meningkat dengan kriteria hasil: kedalaman dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
(PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan 3. Monitor kemampuan batuk
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil 1. Dispnea menurun
efektif
Keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI) 2. Bunyi napas tambahan menurun
4. Monitor adanya produksi sputum
3. Takikardia menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan
4. PCO2 membaik nafas
5. PO2 membaik 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
6. pH arteri membaik paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks

T (Terapeutik):
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumen tasi hasil pemantauan

E (Edukasi):
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
jika perlu

K (Kolaborasi):
1. Pemberian obat dan terapi oksigen
bila perlu

1 2 Pola Nafas Tidak Efektif B.d Setelah dilakukan tindakan selama 1x 8 O (Observasi):
nafas pendek, lender, jam maka diharapkan pola nafas 1. Monitor frekuensi, irama,
bronkokonstriksi dan iritan membaik dengan kriteria hasil: kedalaman dan upaya nafas
jalan nafas (D.0005) 1. Tidak terjadi dispnea 2. Monitor pola nafas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
2. Frekuensi pernapasan normal
(PPNI 2016.Standar Diagnosis
4. Monitor adanya produksi sputum
3. Tidak terdapat suara tambahan
Keperawatan Indonesia: Definsi dan 5. Monitor adanya sumbatan jalan
4. Ventilasi semenit meningkat
Indikator Diagnostik, Edisi nafas
5. Kapasitas vital meningkat 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. Kedalaman nafas membaik 7. Auskultasi bunyi nafas
7. Pemanjang 8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
(PPNI 2016.Standar Diagnosis Keperawatan 10. Monitor hasil x-ray toraks
Indonesia: Definsi dan Indikator Diagnostik, Edisi

T (Terapeutik):
1. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

E (Edukasi):
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
3 3 Gangguan Pola Tidur b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
mengeluh sulit tidur keperawatan selama 3 x 24 jam masalah - Identifikasi pola aktifitas tidur
intoleransi aktivitas dapat - Identifikasi factor pengganggu
(PPNI 2016.Standar Diagnosis teratasi dengan kriteria hasil : tidur
Keperawatan Indonesia: Definsi dan - Identifikasi makanan dan
- Keluhan sulit tidur
Indikator Diagnostik, Edisi minuman yang mengganggu tidur
- Keluhan tidak puas tidur
- Identifikasi obat tidur

(PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Teraupetik
jakarta: DPP PPNI) - Modifikasi lingkungan
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
- Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga

Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan factor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologik lainnya
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TGL DAN IMPLEMENTASI Respon TTD


KEPERAWTAN JAM
Pertukaran Gas B.d 02-10-23 - Monitor frekuensi, irama, kedalaman S : pasien mengatakan susah untuk Syahrial
ketidaksamaan 16.15 wib dan upaya nafas bernafas, tetapi sudah berkurang, sesak
perfusi- ventilasi - Monitor pola nafas nafas meningkat saat beraktifitas
- Monitor kemampuan batuk efektif O:
- Monitor adanya produksi sputum - Pasien tampak sesak,
- Monitor adanya sumbatan jalan - irama napas ireguler,
nafas - tidak ada retraksi dinding dada,
- Menjelaskan tujuan dan prosedur - gelisah tidak ada,
pemantauan - tidak ada sianosis perifer,
- Menginformasikan hasil pemantauan - tekanan darah 110/90 mmHg,
jika perlu nadi 100x/menit, frekuensi
pernapasan 26x/menit, suhu 36,6
derajat celcius,
- pasien terpasang binasal kanul 2
L/menit
-
Pola Nafas Tidak 02-10-23 - Monitor frekuensi, irama, S : Syahrial
Efektif B.d nafas 16.30 wib kedalaman dan upaya nafas - Ibu pasien mengatakan pasien
pendek, lender, - Monitor pola nafas susah untuk bernafas, tetapi sudah
bronkokonstriksi dan - Monitor kemampuan batuk berkurang, sesak nafas meningkat
iritan jalan nafas efektif saat beraktifitas (menangis)
- Monitor adanya produksi sputum O :
- Monitor adanya sumbatan jalan - Pasien tampak sesak,
nafas - irama napas ireguler,
- Mengauskultasi bunyi nafas - tidak ada retraksi dinding dada,
- Monitor saturasi oksigen - gelisah tidak ada,
- Menjelaskan tujuan dan prosedur - tidak ada sianosis perifer,
pemantauan - tekanan darah 110/90 mmHg, nadi
- Menginformasikan hasil 100x/menit, frekuensi pernapasan
pemantauan, jika perlu 26x/menit, suhu 36,6 derajat
celcius,
- pasien terpasang binasal kanul 2
L/menit
Gangguan pola tidur 02-10-23 - Mengidentifikasi pola aktifitas S : Syahrial
b.d kurangnya kontrol 17.00 wib tidur - Ibu pasien mengatakan pasien
tidur - Mengidentifikasi factor susah tidur
pengganggu tidur
- Mengidentifikasi makanan dan O :
minuman yang mengganggu tidur - Sulit tidur
- Mengidentifikasi obat tidur - Pasien sering terjaga

Pertukaran Gas B.d 03-10-23 - Monitor frekuensi, irama, kedalaman S : pasien mengatakan susah untuk Syahrial
ketidaksamaan 17.00 wib dan upaya nafas bernafas, tetapi sudah berkurang, sesak
perfusi- ventilasi - Monitor pola nafas nafas meningkat saat beraktifitas
- Monitor kemampuan batuk efektif O:
- Monitor adanya produksi sputum - Pasien tampak sesak,
- Monitor adanya sumbatan jalan - irama napas ireguler,
nafas - tidak ada retraksi dinding dada,
- Menjelaskan tujuan dan prosedur - gelisah tidak ada,
pemantauan - tidak ada sianosis perifer,
- Menginformasikan hasil pemantauan - tekanan darah 110/90 mmHg,
jika perlu nadi 100x/menit, frekuensi
pernapasan 26x/menit, suhu 36,6
derajat celcius,
- pasien terpasang binasal kanul 2
L/menit
-
Pola Nafas Tidak 03-10-23 - Monitor frekuensi, irama, S : Syahrial
Efektif B.d nafas 17.30 wib kedalaman dan upaya nafas - Ibu pasien mengatakan pasien
pendek, lender, - Monitor pola nafas susah untuk bernafas, tetapi sudah
bronkokonstriksi dan - Monitor kemampuan batuk berkurang, sesak nafas meningkat
iritan jalan nafas efektif saat beraktifitas (menangis)
- Monitor adanya produksi sputum O :
- Monitor adanya sumbatan jalan - Pasien tampak sesak,
nafas - irama napas ireguler,
- Mengauskultasi bunyi nafas - tidak ada retraksi dinding dada,
- Monitor saturasi oksigen - gelisah tidak ada,
- Menjelaskan tujuan dan prosedur - tidak ada sianosis perifer,
pemantauan - tekanan darah 110/90 mmHg, nadi
- Menginformasikan hasil 100x/menit, frekuensi pernapasan
pemantauan, jika perlu 26x/menit, suhu 36,6 derajat
celcius,
- pasien terpasang binasal kanul 2
L/menit
Gangguan pola tidur 03-10-23 - Mengidentifikasi pola aktifitas S : Syahrial
b.d kurangnya kontrol 17.50 wib tidur - Ibu pasien mengatakan pasien
tidur - Mengidentifikasi factor susah tidur
pengganggu tidur
- Mengidentifikasi makanan dan O :
minuman yang mengganggu tidur - Sulit tidur
- Mengidentifikasi obat tidur - Pasien sering terjaga
EVALUASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA Hari / Tgl. EVALUASI NAMA/TTD


Waktu
Pertukaran Gas B.d 04/10/23 S : pasien mengatakan sudah bisa bernafas secara normal Syahrial
ketidaksamaan 15.00 wib
perfusi- ventilasi O:
- pasien tampak tenang
- tidak terpasang oksigen
- pasien tidak gelisah lagi
- tidak ada retraksi dinding dada,
- gelisah tidak ada,
- tidak ada sianosis perifer,
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Pola Nafas Tidak 04/10/23 S: Syahrial
Efektif B.d nafas 15.20 wib - pasien mengatakan sudah bisa bernafas secara normal
pendek, lender, O:
bronkokonstriksi dan - pasien tampak tenang
iritan jalan nafas - tidak terpasang oksigen
- pasien tidak gelisah lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Gangguan pola tidur 04/10/23 S: Syahrial
b.d kurangnya kontrol - pasien mengatakan sudah bisa tidur seperti biasa
tidur
O:
- pasien tampak tidur siang
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai