Di Susun
Oleh
Nama Mahasiswa
1. Emeliana Da Costa (1490122015)
2. Felina M Parera (1490122016)
3. Christy Pasalbessy (1290122017)
4. Everly Luhulima (1490122018)
5. Windy Tuapetel (1490122019)
6. James F H Lelapary (1490122020)
7. Yosi R Bakker (1490122021)
1. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit prnafasan obstruktif yang di tandai oleh spame akut
otot polos bronchialus. Hal yang menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus.( Clark, 2013)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitmen, reversible dimana trakea dan
bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma adalah obstruktif jalan nafas yang bersifat reversible, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/ peradangan dan hipperresponsif.
Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak dijumpai pada
anak-anak maupun dewasa. Menurut global initiative for asthma (GINA) tahun 2015,
asma didefinisikan sebagai “ suatu penyakit yang heterogen, yang dikarakteristik oleh
adanya inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Hal ini ditentukan oleh adanya
riwayat gejala gangguan pernafasan seperti mengi, nafas terengah-engah, dada terasa
berat/tertekan, dan batuk, yang bervariasi waktu dan intensitasnya, diikuti dengan
keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi”, (Departemen Kesehatan, 2013)
2. Anatomi fisiologi
Menurut Almazini (2016) Anatomi Fisiologi Pernafasan dibagi atas beberapa bagian,
antara lain :
Hidung = Naso =Nasal Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang yang disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut
septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk didalam lubang hidung. Fungsi
hidung, terdiri dari:
a) Sebagai saluran pernafasan
b) Sebagai penyaring udara yang dialakukan oleh bulu-bulu hidung
c) Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa
d) Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput
lendir mukosa hidung
Tekak = Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher. Hubungan faring dengan
organ-organ lain; ke atas berhubungan dengan rongga hidung, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut, ke bawah depan berhubungan dengan
laring, dan ke bawah belakang berhubungan dengan esophagus.
Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian
a) Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
b) Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut
dengan orofaring
c) Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi mulut,
esofagus, dan laring yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik
selanjutnya
Pangkal Tenggorokan (Faring) Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara. Laring (kontak suara) menghubungkan faring dengan
trakea. Pada tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago tiroid. Saat
menelanm epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah
masuknya makanan dan cairan.
Batang Tenggorokan
(Trakea) Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm
dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus yang
memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan. Trakea dilapisi epitelium
fespiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel
goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengelurkan benda-benda asing yang
masuk bersam-sama dengan udara saat bernafas.
Cabang Tenggorokan (Bronkhus) Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang
terdiri dari dua bagian bronkhus kana dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih
pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga
memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea akan ditempatkan
dalam bronkus kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping,
bronkus bercabang lagi menjadi bagianbagian yang lebih kecil lagi yang disebut
bronkhiolus (bronkhioli).
Paru-paru Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli).
Pembagian paru-paru
a) Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus
media dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan kecil yang disebut segtment. Paru-paru kanan
memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, 2 buah pada lobus
medialis, dan 3 buah pada lobus
b) Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus
superior, dan 5 buah pada lobus inferior.
3. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasitimbulnya
serangan asma bronchial.
a) Faktor predisposisi Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karenaadanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitassaluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b) Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhiasma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungandengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejalaasma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalamistress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Halini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala inimembaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma
akan mendapat serangan jika melakukanaktifitas jasmani atau aloh raga
yang berat. Lari cepat paling mudahmenimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanyaterjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
4. Klasifikasi
Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat yang digunakan
untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat dinilai jika pasien telah
menggunakan obat pengontrol untuk beberapa bulan. Yang perlu dipahami adalah
bahwa keparahan asma bukanlah bersifat statis, namun bisa berubah dari waktu-waktu,
dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun, GINA, 2016) Adapun klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
Asma Ringan Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau
tahap 2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan
intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien,
atau kromon.
Asma Sedang Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long acting beta
agonist (LABA).
Asma Berat Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting beta
agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak terkontrol
meskipun telah mendapat terapi. Perlu dibedakan antara asma berat dengan
asma tidak terkontrol. Asma yang tidak terkontrol biasnya disebabkan karena
teknik inhalasi yang kurang tepat, kurangnya kepatuhan, paparan alergen yang
berlebih, atau ada komorbiditas. Asma yang tidak terkontrol relatif bisa
membaik dengan pengobatan. Sedangkan asma berat merujuk pada kondisi
asma yang walaupun mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi sulit
mencapai kontrol yang baik.
5. Patofisiiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yangmenyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda- benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asmatipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergimempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormaldalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi denganantigen spesifikasinya. Pada asma,
antibody ini terutama melekat pada sel mastyang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibody Ig E orang tersebutmeningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast danmenyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin,zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktorkemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor iniakan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresimucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolussehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripadaselama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksamenekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
makasumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkanobstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya
dapatmelakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu
parumenjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkanudara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
6. Pathway
7. Manifestasi klinis
a. Stadium dini.
b. Stadium lanjut/kronik
Batuk, ronchi.
Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
Thorak seperti barel chest.
Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus.
Sianosis
(Nelson, 2013)
8. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Ngastiyah (2013), ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para penderita
asma, antara lain :
Uji faal paru Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,
menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak
flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian menghembuskan
dengan kuat) dan dicatat hasil.
Foto toraks Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung
pertama kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit
lain. Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan
berupa hiperinflasi dan atelektasis.
Pemeriksaan darah Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan
sekret hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu
juga, dilakukan uji tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.
9. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma adalah :
Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma.
Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengertitujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yangmerawatnnya.
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
2. DS : Brochopasme Ansietas
- Klien dan ibu
klien Perubahan status
mengatakan kesehatan
cemas, bingung
dan merasa Kurangnya informasi
khawatir dengan tentang penyakit
kondisi yang
dialami Mekanisme koping tidak
- Ibu klien efektif
mengatakan
klien susah tidur Ansietas
- Ibu klien
mengatakan
klien susah
makan
DO :
- Klien tampak
pucat
- Klien tampak
gelisah
cemas
- Keluarga tampak Defisit pengetahuan
bingung
- Ibu klien
bertanya - tanya
tentang penyakit
asma
Diagnose Keperawatan
Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d hipersekresi jalan napas d.d
dyspnea, tidak mampu batuk, sputum berlebih, wheezing.
Ansietas b.d Perubahan status kesehatan d.d merasa bingung, merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi, tampak gelisah, sulit tidur,
anoreksia.
Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi.
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Ketidak Setelah di lakukan - Pantau status - Mengetahui tingkat
efektifan tindakan keperawatan pernafasan klien gangguan yang
bersihan jalan selama 2x24 jam d - Tempatkan posisi terjadi dan
napas harapkan klien mampu yang nyaman : membantu dalam
menunjukan keefektifan semi fowler menentukan
bersihan jalan napas, - Anjurkan klien intervensi yang
dengan Kriteria Hasil : untuk banyak akan di berikam.
- Mendemonstrasik minum air hangat - Memaksimalkan
an batuk efektif - Latih batuk efektif ekspansi paru dan
dan suara nafas
yang bersih, tidak - Lakukan menurunkan upaya
ada sianosis dan Nebulizer pernafasan
pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, dan
program
pengobatan.
- Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
19esehat apa yang
- dijelaskan
perawat / tim
19esehatan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. (2016). Bronchial Thermoplasty pilihan terapi Baru untuk asma Berat Vol. 39 :
63-64. Jakarta: FK Universitas Indonesia
Clark Varnell Margaret. (2013). Asma; Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan. (2013). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI : You Can Control Your Asthma. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinasma.pdf
Global Initiative for Asthma (GINA). (2016). Global Stategy for Asthma Management and
Prevention. Diakses dari http://ginasthma.org
Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan keperawatan praktis : berdasarkan penerapan
diagnosa Nanda, Nic, Noc. Yokyakarta : Mediaction Jogja.
Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta :
Bursa Ilmu
Nelson. (2013). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol.1. Jakarta : EGC
Ngastiyah. (2013).Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta :Nusa Medika