Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

D
DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ASMA

OLEH :

SELINA
181030100114

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang ditandai
dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam menjelang dini hari. Dimana saluran
pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan penyempitan atau peradangan yang
bersifat sementara (Masriadi, 2016).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas dan
dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi mukus, dan edema
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma yang
berkurang yang meliputi batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Penderita
asma mungkin mengalami periode gejala secara bergantian dan berlangsung
dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth, 2017).

B. Anatomi

Gambar 2.1 Sistem Pernafasan


Menurut andarmoyo (2012) anatomi fisiologi pernafasan dibagi atas
beberapa bagian, antara lain:
1. Hidung = Naso = Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
yang disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut
septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi
untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk didalam lubang
hidung.
Fungsi hidung, terdiri dari:
a. Sebagai saluran pernafasan.
b. Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
c. Menghangatkan udara pernafasan malalui mukosa.
d. Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam
salaput lendir mukosa hidung.

2. Tekak = Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan. Terdapat dibawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher. Hubungan faring
dengan organ – organ lain ke atas berhubungan dengan rongga hidung,
ke depan berhubugan dengan rongga mulut, ke bawah depan
berhubungan dengan laring, dan ke bawah belakang berhubungan
dengan esophagus. Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian:
a. Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut
nasofaring.
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium
disebut denganosofaring.
c. Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi
mulut,esofagus, dan laring yang merupakan ngerbang untuk sistem
respiratorik selanjutnya.
3. Pangkal Tenggorokan (Faring)
Merupakan saluran udara dan bertindaksebagai pembentukan suara.
Laring (kontak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada
tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago tiroid. Saat menelan
epligotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah
masuknya makanan dan cairan.
4. Batang Tenggorokkan (Trakea)
Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12
cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior
esofagus yang memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan.
Trakea dilapisi epitelium fespiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia)
yang mengandung banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara saat bernafas.
5. Cabang Tenggorokkan (Bronkhus)
Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian
bronkhus kanan dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih
tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga
memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea akan
ditempatkan dalam bronkus kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping, bronkus bercabang lagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil lagi yang disebut bronkhiolus (bronkhioli).
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Pembagian
paru-paru:
a. Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus
media dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi
lagi menjadi belahan- belahan kecil yang disebut segtment. Paru-
paru kanan memiliki 10 segtment, 5 buah pada lobus superior, 2
buah pada lobus medialis, dan 3 buah pada lobus inferior.
b. Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan
lobus inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segtment, 5 buah pada
lobus superior, dan 5 buahpada lobus inferior.

C. Etiologi
1. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
a. Reaksi antigen-antibodi
b. Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
a. Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
b. Fisik : cuaca dingin, perubahan temperature
c. Iritan : kimia
d. Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
e. Emosional : takut, cemas dan tegang
f. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
(Suriadi, 2001:7)

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah:
1. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol:
a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan
pada Rontgen paru
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.

E. Patofisiologi
Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa
bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta sekresi
lender putih yang tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui 7 dengan baik,
tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk
allergen yang spesifik, akan membuat antibody terhadap allergen yang
dihirup tersebut. Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE ini
kemudian melekat dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast
tersebut tidak lain adalah basofil yang kita gunakan pada saat menghitung
leukosit Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap
satu permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri dan
melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah
satu contohnya adalah histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel
mast juga terdapat reseptor beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung
mempunyai reseptor beta-1 (Naga, 2012).
Apabila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol,
maka pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat
antiasma yang sudah terkenal, juga menghalangi pembebasan histamine.
Pada mukosa bronkus dan dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil.
Adanya eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah terlihat. Pada mulanya
fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal, tetapi baru-baru ini diketahui
bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang dapat
menghancurkan histamine dan prostaglandin. Jadi eosinofil ini memberikan
perlindungan terhadap serangan asma(Naga, 2012).
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan pada penderita asma diantaranya (Amin
Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
1. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer / inhaler).
2. Sputum
Eosinofil meningkat.
3. RO dada
yaitu patologis paru/ komplikasi asma.
4. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO2
turun) kemudian pada fase lanjut nomokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).
5. Uji alergi kulit, IgE.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
Menurut (Bruner & Suddarth, 2017) yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja –pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxatin.
2. Penatalaksanaan non farmakologis menurut (BTS,2014; GINA,2015)
a. Berhenti merokok.
b. Aktifitas fisik secara teratur.
c. Mencegah paparan alergen ditempat kerja, di dalam maupun di luar ruangan.
d. Mencegah penggunaan obat yang dapat memperberat asma.
e. Teknik pernapasan yang benar (Breathing Exercise, yoga dan senam asma).
f. Diet sehat dan menurunkan berat badan.
g. Mengatasi sres emosional.
h. Imunoterapi allergen
I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita asma bronchial diantaranya (Kurniawan
Adi Utomo, 2015):
1. Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua paru-paru yang
biasanya disebabkan oleh infeksi.
2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus).
3. Gagal nafas
Terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru- paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh.
4. Bronkitis
Adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-paru
yang kecil (bronkiolus) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan
lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya
mengeluarkan lendir yang berlebihan.
5. Fraktur iga
Adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernafas secara
berlebihan pada obstruksi jalan nafas maupun gangguan ventilasi oksigen.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini akan
dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan data. Pada pengumpulan
data akan diperoleh data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keterangan pasien atau
orang tua pasien. Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik. Dari data subyektif
pada pasien asma biasanya diperoleh data pasien dikeluhkan sesak nafas, batuk, pilek,
nafsu makan menurun, lemah, kelelahan dan gelisah. Dari data obyektif diperoleh data
mengi/wheezing berulang, ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat
(takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dada.
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.
C. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan kepada klien
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana
keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI,2019).
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
SDKI: Pola nafas tidak efektif
SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan masalah pasien
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Ventilasi semenit meningkat
b. Kapasitas vital meningkat
c. Tidak terjadi dispnea
d. Penggunaan otot bantu nafas menurun
e. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
f. Frekuensi pernapasan membaik
g. Kedalaman nafas membaik
h. Tidak terdapat suara tambahan
SIKI:
Manajement jalan nafas
Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Wheezing, ronchi kering)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-tilt (jaw-thrust
jika curiga trauma cervical)
b. Posisikan semifowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotracheal
g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep Mcgill
h. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen.
SDKI: Intoleransi aktivitas
SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan masalah pasien
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Keluhan lelah menurun
b. Dispnea saat/setelah aktivitas menurun
c. Perasaan lemah menurun
d. Tekanan darah membaik
e. Frekuensi napas membaik
SIKI:
Manajemen Energi
Observasi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejalakelelahan tidak berkurang
d. Anjurkan strategi koping untuk mengatasi kelelahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan


SDKI: Ansietas
SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan masalah pasien
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Frekuensi pernapasan meningkat
d. Konsentrasi membaik
e. Pola tidur membaik
SIKI:
Terapi Relaksasi
Observasi
a. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi atau
gejala lain yang menggangu kemampuan kognitif
b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
c. Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya
d. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
e. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruangan nyaman, jika memungkinkan
b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
c. Gunakan pakaian longgar
d. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
e. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
a. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis.musik,
meditasi,napas dalam,relaksasi otot progresif)
b. Jelaskan secara rinci intervesi relaksasi yang dipilih
c. Anjurkan mengambil posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
e. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
f. Demonstrasikan dan latihan teknik relaksasi (mis. Napas dalam, peregangan
atau imajinasi terbimbing)

D. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan
secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu, kemampuan teknik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan evaluasi. Tahap pelaksanaan
keperawatan meliputi: fase pesiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi.
E. Evaluasi keperawatan
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kiteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi bertujuan untuk
melihat kemamouan keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa
keluhan klien), objektif (data hasilpemeriksaan), analisa data (perbandingan data
dengan teori), dan Planning (perencanaan).
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat
digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan,
menanyakan respon pasien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir pelayanan.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Jam : 09.00
Pengkajian tgl : 5 Maret 2022
NO. RM : 14.18.01
Tanggal MRS : 5 Maret 2022
Dx. Masuk : Asma
Ruang/Kelas : Anggrek
Dokter yang merawat : Dr. Agatha

Nama pasien : Nn. D Suku/Bangsa : Indonesia


Identitas

Umur : 17 tahun Alamat : BSD Blok E


Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar Penanggung Biaya : BPJS
Keluhan utama :
“Klien mengeluh sesak nafas”

Riwayat penyakit saat ini :


Pasien datang ke rumah sakit pada hari sabtu tanggal 05 Maret 2022 pukul 09.00, pasien
mengatakan sesak nafas, pasien mengatakan sudah lama menderita penyakit asma dan asma
Riwayat Sakit dan Kesehatan

nya kambuh ketika pasien kelelahan, biasanya pasien menggunakan inhaler untuk mengurangi
asma nya, tetapi kadang asma tidak mereda dan akhirnya di bawa ke rumah sakit. Pasien
nampak terlihat lemah, terlihat sesak sambil sesekali bernafas menggunakan bantuan otot
pernafasan. Hasil pemeriksaan TTV TD : 110/90, N : 80 x/menit, S : 36,5, RR : 26 x/menit.

Penyakit yang pernah diderita :


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma. Jika pasien kelelahan, penyakit asma nya
kambuh dan sering masuk rumah sakit.

Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.

Riwayat alergi:  ya  tidak Jelaskan :


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik  sedang  lemah
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda vital TD: 110/90 mmHg Nadi: 80 x/mnt Suhu : 36,5 ºC RR: 26 x/mnt
Pola nafas irama:  Teratur  Tidak teratur
Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas:  verikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:
Pernafasan

Sesak nafas  Ya  Tidak


Batuk  Ya  Tidak
Masalah: Pola Nafas Tidak Efektif

Irama jantung:  Reguler  Ireguler


S1/S2 tunggal  Ya  Tidak
Nyeri dada:  Ya  Tidak
Kardiovaskuler

Bunyi jantung:  Normal  Murmur  Gallop lain-lain


CRT:  < 3 dt  > 3 dt
Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
Masalah: Tidak ada

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15


Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain:
Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:
Persyarafan

Lain-lain:
Istirahat / tidur: <5 jam/hari Gangguan tidur: Sering terbangun pada malam hari
Masalah: Ansietas
Penglihatan (mata)
Pupil :  Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya  Tidak Jelaskan:


Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk :  Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah: Tidak ada

Kebersihan:  Bersih  Kotor


Urin:
Jumlah: 500 cc/hr Warna: kuning Bau:
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): Tidak ada
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya  Tidak


Nyeri tekan  Ya  Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Masalah: Tidak ada
Nafsu makan:  Baik  Menurun Frekuensi: 3 x/hari
Porsi makan:  Habis  Tidak Ket:
Diet : Bubur
Minum : 1000 cc/hari Jenis: air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut:  Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Pencernaan

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik : 10 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya  Tidak
Buang air besar 1x/hari Teratur:  Ya  Tidak
Konsistensi: Lembek Bau: khas Warna: kuning
Lain-lain:

Masalah: Tidak ada

Kemampuan pergerakan sendi:  Bebas  Terbatas


Kekuatan otot: 5 5
5 5
Kulit
Muskuloskeletal/ Integumen

Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi


Turgor:  Baik  Sedang  Jelek
Odema:  Ada Tidak ada Lokasi
Luka  Ada  Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada  Tidak ada
Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Masalah: Intoleransi aktifitas
Pembesaran Tyroid  Ya  Tidak
Hiperglikemia  Ya  Tidak
Hipoglikemia  Ya  Tidak
Endokrin

Luka gangren  Ya  Tidak


Pus  Ya  Tidak
Masalah: Tidak ada

Mandi : 2x/hari Sikat gigi : 2x/hari


Personal Higiene

Keramas : 2hari sekali Memotong kuku: 1x/minggu


Ganti pakaian : 1x/hari
Masalah: Tidak ada

Orang yang paling dekat: Keluarga


Psiko-sosio-spiritual

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Pasien dapat bersosialisasi dengan baik antar
teman, tetangga dan dilingkungan sosialnya
Kegiatan ibadah: pasien mengatakan pasien sangat taat beribadah
Lain-lain :
Masalah: Tidak ada

Laboratorium
Pemeriksaan penunjang

Hari/
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
(Jam)
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 12 12 - 15 g/dL
Sabtu, 05
Leukosit (WBC) 9.000 3.500-10.500 uL
Maret 2022
Trombosit (PLT) 210.000 150.000-450.000 uL
Jam 10.00
Hematokrit (HCT) 44 35 – 47 %
Radiologi/ USG, dll

Tidak ada

Hari/Tanggal (Jam) NAMA OBAT


1. Terpasang infus RL 20 tpm
Terapi

Sabtu, 2. O₂ kanul 4L/menit


05 Maret 2022 3. Ranitidine inj 2x1 amp
Jam 10.00 4. Nebulizer ventolin 3x1 amp
5. Dexametashon 3x1 amp

ANALISA DATA

No. Data Problem Etiologi

1 DS: Pola nafas tidak Faktor pencetus serangan


- Pasien mengatakan sesak nafas efektif
- Pasien mengatakan jika kelelahan, Campuran
sesak nya kambuh
DO: Reaksi antigen antibodi
- Pasien tampak sesak sambil sesekali
bernafas menggunakan bantuan otot Dispnea
pernafasan
- Pola nafas pasien tampak tidak Pola nafas tidak efektif
beraturan
- Whezzing (+)
- KU: Lemah
- RR : 26 x/menit.
2 DS: Intoleransi aktivitas Faktor pencetus serangan
- Pasien mengatakan sesak dan lelah
- Pasien mengatakan sesak ketika Faktor instrinsik
kelelahan
DO: Reaksi antigen antibodi
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak sesak sambil sesekali Akumulasi secret di
bernafas menggunakan bantuan otot bronkus
pernafasan
- KU: Lemah Kelelahan otot
intercostae

Intoleransi aktivitas
3 DS: Ansietas Faktor pencetus serangan
- Pasien mengatakan khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi Faktor instrinsik
- Pasien mengatakan sering terbangun
pada malam hari Reaksi antigen antibodi
- Pasien mengatakan dirinya kurang
tidur Kontraksi otot polos
DO:
- Pasien tampak pucat Keluhan psikososial,
- Konjungtiva anemis keceamasan
- Frekuensi tidur <5jam/hari
- KU: Lemah Ansietas
- RR : 26 x/menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Nn. D Nama Mahasiswa : Selina
Ruang : Anggrek NIM : 181030100114
No.M.R. : 14.18.01

Tanggal dan Diagnosa


No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
jam Keperawatan (PES)
1 05 Maret 2022 Pola nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajement jalan nafas
09.00 efektif b/d hambatan keperawatan selama 2x24 jam, Pola Observasi
upaya nafas nafas tidak efektif pasien teratasi - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi napas tambahan (mis. Wheezing, ronchi
- Ventilasi semenit meningkat kering)
- Kapasitas vital meningkat - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Tidak terjadi dispnea Terapeutik
- Penggunaan otot bantu nafas - Pertahankan kepatenan jalan napas
menurun - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun - Berikan minum hangat
- Frekuensi pernapasan membaik - Lakukan fisioterapi dada, jika diperlukan
- Kedalaman nafas membaik - Berikan oksigen/ nebulizer
- Tidak terdapat suara tambahan Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
2 05 Maret 2022 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi
10.00 b/d kelemahan, keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas pasien teratasi - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan dengan kriteria hasil : kelelahan
kebutuhan oksigen - Keluhan lelah menurun - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Dispnea saat/setelah aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
menurun - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
- Perasaan lemah menurun aktivitas
- Tekanan darah membaik Terapeutik
- Frekuensi napas membaik - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Anjurkan strategi koping untuk mengatasi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
3 05 Maret 2022 Ansietas b/d Setelah dilakukan intervensi Terapi Relaksasi
11.00 kekhawatiran keperawatan selama 2x24 jam, Ansietas Observasi
mengalami pasien teratasi dengan kriteria hasil : - Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
kegagalan - Khawatir akibat kondisi yang berkonsentrasi atau gejala lain yang menggangu
dihadapi menurun kemampuan kognitif
- Perilaku gelisah menurun - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Frekuensi pernapasan meningkat - Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan
- Konsentrasi membaik teknik sebelumnya
- Pola tidur membaik - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan
suhu tubuh
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan nyaman, jika
memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagai trategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis.musik, meditasi,napas dalam,relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervesi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
- Demonstrasikan dan latihan teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan atau imajinasi terbimbing)
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Nn. D
Diagnosis Medis : Asma
Ruang Rawat : Anggrek
Tgl/
No. DK Implementasi SOAP
Jam
05 Maret 2022 1 Manajement jalan nafas S:
12.00 Observasi - Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
- Memonitor pola napas yaitu mengukur frekuensi - Pasien mengatakan sedikit lega dengan alat nebulizer
jumlah nafas dalam satu menit O:
- Memonitor bunyi napas tambahan seperti whezing - Pasien tampak sedikit lega saat bernafas
- Memonitor sputum mulai dari jumlah, warna, aroma, - Pasien tampak sedikit lemas
jika diperlukan - Whezzing (+)
Terapeutik - TD : 120/90 mmHg
- Mempertahankan kepatenan jalan napas pasien RR : 25x/menit
- Memposisikan pasien semi-fowler S : 36,5C
- Memberikan minum hangat N : 80x/menit
- Memberikan nebulizer jika terjadi kekambuhan A: Masalah teratasi sebagian
(Ventolin 2,5mg) P: Intervensi dilanjutkan
Edukasi
- Menganjurkan asupan cairan 200ml/hari
- Mengajarkan bagaimana teknik batuk efektif yaitu
menganjurkan menarik nafas dalam melalui hidung
selama 5 detik ditahan selama 2 detik, kemudian
menganjurkan untuk mengeluarkan dari mulut dengan
bibir mecucu selama 8 detik. Menganjurkan untuk
mengulangi sebanyak 3x dan setelah itu menganjurkan
batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas yang ke
3.
- TTV
S: 36,5 C
N: 80x/menit
TD: 110/90 mmHg
RR: 26x/menit
Obat: Salbutamol (tablet)
05 Maret 2022 2 Manajemen Energi S:
13.00 Observasi - Pasien mengatakan sedikit terasa sesak ketika
- Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang melakukan kegiatan berat atau kelelahan
mengakibatkan kelelahan - Pasien mengatakan badan masih terasa lemas
- Memonitor kelelahan fisik dan emosional O:
- Memonitor pola dan jam tidur - Pasien tampak sedikit lemas
- Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama - Pasien tampak sedikit sesak dan sesekali bernafas
melakukan aktivitas menggunakan bantuan otot pernafasan
Terapeutik - KU: Lemah
- Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus A: Masalah teratasi sebagian
- Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan P: Intervensi dilanjutkan
Edukasi
- Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejalakelelahan tidak berkurang
- Mengajarkan strategi koping untuk mengatasi kelelahan
Obat: Lasmalin (tablet)
05 Maret 2022 3 Terapi Relaksasi S:
14.00 Observasi - Pasien mengatakan cemasnya berkurang dalam
- Mengidentifikasi penurunan tingkat energi, menghadapi kondisi nya
ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala lain yang - Pasien mengatakan tidak terlalu sering terbangun pada
menggangu kemampuan kognitif malam hari
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif - Pasien mengatakan dirinya cukup tidur
digunakan DO:
- Mengidentifikasi kesediaan, kemampuan dan - Pasien tampak rileks
penggunaan teknik sebelumnya - Frekuensi tidur <7jam/hari
- Memeriksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan - KU: Lemah
darah dan suhu tubuh A: Masalah teratasi sebagian
- Memonitor respon terhadap terapi relaksasi P: Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
- Menciptakan lingkungan tenang dan nyaman
- Menganjurkan menggunakan pakaian longgar
- Menggunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
Edukasi
- Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia seperti relaksasi napas dalam
- Menjelaskan secara rinci intervesi relaksasi yang
dipilih
- Menganjurkan mengambil posisi nyaman
- Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Menganjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
- Mendemonstrasikan dan latihan teknik relaksasi seperti
peregangan atau imajinasi terbimbing
06 Maret 2022 1 Manajement jalan nafas S:
09.00 Observasi - Pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi
- Memonitor pola napas yaitu mengukur frekuensi - Pasien mengatakan lega ketika bernafas
jumlah nafas dalam satu menit O:
- Memonitor bunyi napas tambahan seperti whezing - Pasien tampak sudah tidak lemas
Terapeutik - Frekuensi nafas normal
- Memposisikan pasien semi-fowler 45 derajat untuk - Suara tambahan seperti whezing sudah tidak
memaksimalkan ventilasi terdengar
- Memberikan minum hangat - TD : 120/90 mmHg
- Memberikan nebulizer jika terjadi kekambuhan RR : 24x/menit
(Ventolin 2,5mg) S : 36,5C
Edukasi N : 80x/menit
- Menganjurkan asupan cairan 200ml/hari A: Masalah teratasi
- Mengajarkan teknik batuk efektif P: Intervensi dihentikan
- TTV
S: 36,5 C
N: 80x/menit
TD: 120/90 mmHg
RR: 25x/menit
Obat: Salbutamol (tablet)

06 Maret 2022 2 Manajemen Energi S:


10.00 Observasi - Pasien mengatakan sudah tidak lemas
- Memonitor kelelahan fisik dan emosional - Pasien mengatakan tidak akan melakukan aktivitas
- Memonitor pola dan jam tidur yang menyebabkan kelelahan dan mengakibatkan
Terapeutik sesaknya kambuh
- Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus O:
Edukasi - Pasien tampak tidak lemah
- Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan - Pasien tidak bernafas menggunakan bantuan otot
gejalakelelahan tidak berkurang pernafasan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
06 Maret 2022 3 Terapi Relaksasi S:
11.00 Observasi - Pasien mengatakan dirinya sudah tidak cemas akan
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif menghadapi kondisinya
digunakan - Pasien mengatakan sudah tidak terbangun pada malam
- Memeriksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan hari
darah dan suhu tubuh - Pasien mengatakan dirinya cukup tidur
- Memonitor respon terhadap terapi relaksasi DO:
Terapeutik - Pasien tampak rileks
- Menciptakan lingkungan tenang dan nyaman - Frekuensi tidur 7jam/hari
Edukasi - KU: baik
- Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis A: Masalah teratasi
relaksasi yang tersedia seperti relaksasi napas dalam P: Intervensi dihentikan
- Menganjurkan mengambil posisi nyaman
- Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Menganjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
- Mendemonstrasikan dan latihan teknik relaksasi seperti
peregangan atau imajinasi terbimbing
DAFTAR PUSTAKA
Renny Husnul (2020). Laporan Pendahuluan Asma Bronciale Di Ruang IGD
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
http://id.scribd.com/document/499830178/LAPORAN-PENDAHULUAN-
ASMA

Resti Avi Dimayanti (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Pola
Napas Tidak Efektif Pada Diagnosa Medis Asma Di Desa Kedawung
Pasuruan.
http://eprints.kertacendikia.ac.id/id/eprints/511/1/KTI%20Resti%20-
%20Scan.pdf

Anda mungkin juga menyukai