DI SUSUN OLEH:
RIAN PRADITIYA
202101065
DIAN HAERANI
202101025
4.Anatomi fisiologi
Proses pernafasan
Pertama udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat kelenjar minyak. Selaput lendir berfungsi untuk
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernafasan. Kemudian udara masuk ke
faring, faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran pernafasan (nasofaring) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Kemudian ke laring,
laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Lalu masuk ke trakea,
trakea terletak disebelah depan kerongkongan. Setelah itu udara masuk ke bronkus, dari
bronkus bercabang ke bronkiolus, setelah dari bronkiolus ke alveoli kemudian disebarkan
keseluruh tubuh.
Sistem pernapasan pada manusia terdiri atas :
1. Hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung. Rongga hidung berlapis selaput
lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak dan kelenjar keringat.
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring, faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernafasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofaring) pada bagaian belakang.
3. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, yang terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak).
4. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur
lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea.
5. Bronkioulus
Bronkioulus adalah cabang dari bronkus yang merupakan saluran utama pernapasan,
yang berfungsi sebagai penyalur udara dengan ukuran lebih kecil
6. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samoing dibatasi oleh
otot dan rusuk dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
5. Tanda dan gejala
a. Batuk produktif, sering pada malam hari
b. Sesak nafas berat
c. Sakit pada daerah dada, dadat terasa seperti tertekan
d. Bunyi nafas tambahan (wheezing)
e. Pernafasan dangkal
f. Peningkatan usaha nafas
g. Pernafasan cuping hidung
6. Patosfisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus yang menyebkan sulit
bernafas penyebab yang umum adalah hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara berikut:
Seseorang alergi diduga yang mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi Ig.E abdormal dalam jumlah besar dan antibodi ini terutama melekat pada sel mast
yang melakat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronkus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig.E orang tersebut meningkat,
alergen beraksi dengan antibodi yang sudah terlekat pada sel mast dan menyebaban sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamine zat anafilaksis yang bereaksi
lambat. Faktor kemotatif eosinofilik dan brankinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkeolus kecil maupun sekresi mukus yang kental
dalam lumen bronkeolus dan spasme otot polos bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran nafas menjadi sangat meningkat.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Pada penderita
dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai brikut :
Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltraste paru
Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru
Bila terjadi pnemonia gambarannya adalah radiolusen pada paru
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergenn yang dapat bereaksi positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Terjadi right axis deviation
Adanya hipertropo otot jantung Right bundle branch bock
Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES atau terjadi depresi segmen ST
negatif
E. Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
G. Spirometri
Menunjukan adanya obtruksi jalan nafas reversible, cara tepat diagnisis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksan spirometri dilakukan sebelum atau
sesudah pemberian aerosol bronkodilator (inhaler dan nebuliser), peningkatan FEV1 atau
FCV sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakan diagnosis
keperawatan, menilai berat obtstruksi dan efek pengobatan banyak penderita tanpa keluhan
pada pemeriksaan ini menunjukan adanya obstruksi.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan dan pengendalian gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin, serta mempertahankannya
d. Mengoptimalkan aktivitas harian pada tingkat normal (exercise)
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible
9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Status amatikus : suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat
bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Atelektasis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
c. Hipoksemia
d. Pnemothoraks
e. Emfisemia
f. Deformitas thoraks
g. Gagal nafas
10. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu dikaji pada penyakit status
asmatikus. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin
terdapat status atopi. Sedangkan serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor non
atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui
kemungkinan faktor pencetus serangan asma. Status perkawinan, gangguan emosional yang
timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asma, pekerjaan,
serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain
yang perlu dikaji tentang : tanggal MRS, nomor Rekam Medik, dan diagnosis keperawatan
medis
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak
nafas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : wheezing,
penggunaan obat bantu pernafasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis serta perubahan
tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran nafas atas,sakit
tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asma frekuensi, waktu
alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang
dilakukan untuk meringankan gejala asma (Tjen Daniel,1991).
Diagnosis keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Intervensi