Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

DI SUSUN OLEH:
RIAN PRADITIYA
202101065
DIAN HAERANI
202101025

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


Jln. Jend Sudirman Km. 2 Rangkasbitung, 42315
Telp. (0252) 201116 / 209831
Email : akper@yahoo.co.id Website : www.akperyatna.co.id
LEBAK-BANTEN
1.Pengertian
Asma adalah gangguan pada saluran bronkhial dengan sirip bronkospasme periodik
(kontraksi spasne pada saluran nafas). Bronkus mengalami inplamasi atau peradangan dan
hiperresponsif sehingga saluran nafas menyempit dan menimbulkan kesulitan dalam
bernafas. Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversibel dan
berbeda dari obstruksi saluran pernafasan lain seperti pada penyakit bronkhitis yang bersifat
irreversibel dan kontinyu.
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat versible (Reeves 2001)
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan intermitten bronchus disebabkan
oleh rangsang alergi atau iritatif (Rukmono 1994)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,reeversible dimana trakea dan
bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smelzer 2001)
Asma adalah suatu gangguan yang kompleks dari bronchial yang dikaraktisikan oleh periode
bronkospasme ( kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas) (polaksi 1996)
2. Etiologi
Faktor pemicu yang menyebabkan asma antara lain yaitu :
a. Pemajanan terhadap alergen : debu rumah, bulu halus binatang, serbuk sari bunga.
b. Pemajanan terhadap iritan : asap rokok, minyak wangi.
c. Infeksi saluran nafas : influnza.
e. Kegiatan jasmani : lari.
f. Ekspresi emosional : takut, marah, prustasi.
g. Lingkungan kerja : uap zat kimia
h. Polusi udara : asap
i. Pengawet makanan : sulfit
j. Obat-obatan : aspirin, penyekat beta, NSAID
3.klasifikasi
Berdasarkan etologinya asma bronkhial dapat diklasifikasikan jadi 3 tipe, yaitu :
1. Ektrinsik (alergik) : ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk koma, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ektrinsik sering dihubungkan dengan
adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik) : ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya insfeksi saluran pernafasan dan emosi.
3. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non alergik.

4.Anatomi fisiologi

Proses pernafasan
Pertama udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat kelenjar minyak. Selaput lendir berfungsi untuk
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernafasan. Kemudian udara masuk ke
faring, faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran pernafasan (nasofaring) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Kemudian ke laring,
laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Lalu masuk ke trakea,
trakea terletak disebelah depan kerongkongan. Setelah itu udara masuk ke bronkus, dari
bronkus bercabang ke bronkiolus, setelah dari bronkiolus ke alveoli kemudian disebarkan
keseluruh tubuh.
Sistem pernapasan pada manusia terdiri atas :
1. Hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung. Rongga hidung berlapis selaput
lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak dan kelenjar keringat.
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring, faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernafasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofaring) pada bagaian belakang.
3. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, yang terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak).
4. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur
lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea.
5. Bronkioulus
Bronkioulus adalah cabang dari bronkus yang merupakan saluran utama pernapasan,
yang berfungsi sebagai penyalur udara dengan ukuran lebih kecil
6. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samoing dibatasi oleh
otot dan rusuk dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
5. Tanda dan gejala
a. Batuk produktif, sering pada malam hari
b. Sesak nafas berat
c. Sakit pada daerah dada, dadat terasa seperti tertekan
d. Bunyi nafas tambahan (wheezing)
e. Pernafasan dangkal
f. Peningkatan usaha nafas
g. Pernafasan cuping hidung
6. Patosfisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus yang menyebkan sulit
bernafas penyebab yang umum adalah hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara berikut:
Seseorang alergi diduga yang mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi Ig.E abdormal dalam jumlah besar dan antibodi ini terutama melekat pada sel mast
yang melakat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronkus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig.E orang tersebut meningkat,
alergen beraksi dengan antibodi yang sudah terlekat pada sel mast dan menyebaban sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamine zat anafilaksis yang bereaksi
lambat. Faktor kemotatif eosinofilik dan brankinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkeolus kecil maupun sekresi mukus yang kental
dalam lumen bronkeolus dan spasme otot polos bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran nafas menjadi sangat meningkat.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Pada penderita
dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai brikut :
 Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
 Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltraste paru
 Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru
 Bila terjadi pnemonia gambarannya adalah radiolusen pada paru
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergenn yang dapat bereaksi positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
 Terjadi right axis deviation
 Adanya hipertropo otot jantung Right bundle branch bock
 Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES atau terjadi depresi segmen ST
negatif
E. Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
G. Spirometri
Menunjukan adanya obtruksi jalan nafas reversible, cara tepat diagnisis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksan spirometri dilakukan sebelum atau
sesudah pemberian aerosol bronkodilator (inhaler dan nebuliser), peningkatan FEV1 atau
FCV sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakan diagnosis
keperawatan, menilai berat obtstruksi dan efek pengobatan banyak penderita tanpa keluhan
pada pemeriksaan ini menunjukan adanya obstruksi.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan dan pengendalian gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin, serta mempertahankannya
d. Mengoptimalkan aktivitas harian pada tingkat normal (exercise)
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible
9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Status amatikus : suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat
bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Atelektasis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
c. Hipoksemia
d. Pnemothoraks
e. Emfisemia
f. Deformitas thoraks
g. Gagal nafas
10. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu dikaji pada penyakit status
asmatikus. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin
terdapat status atopi. Sedangkan serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor non
atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui
kemungkinan faktor pencetus serangan asma. Status perkawinan, gangguan emosional yang
timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asma, pekerjaan,
serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain
yang perlu dikaji tentang : tanggal MRS, nomor Rekam Medik, dan diagnosis keperawatan
medis
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak
nafas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : wheezing,
penggunaan obat bantu pernafasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis serta perubahan
tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran nafas atas,sakit
tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asma frekuensi, waktu
alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang
dilakukan untuk meringankan gejala asma (Tjen Daniel,1991).
Diagnosis keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan Setelah dilakukukan Observasi
1. Identifikasi kemampuan
nafas tidak intervensi selama
batuk
efektif 3x24 jam maka 2. Monitor adanya retensi
sputum
berhubungan bersihan jalan nafas
3. Monitor tanda dan gejala
dengan spasme meningkat. Dengan infeksi saluran napas
jalan napas kriteria hasil : Teurapetik
1. Atur posisi semi fowler
1. Bakuk efektif
atau fowler
meningkat 2. Pasang perlak atau
bengkok di pangkuan
2. Pruduksi
pasien
sputum 3. Buang sekret pada tempat
sputum
meningkat
Edukasi
3. Dispnea 1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
menurun
2. Anjurkan tarik napas
4. Frekuensi dalam melalui hidung
selama 4 detik, lalu tahan
nafas
selama 2 detik kemudian
membaik keluarkan dari mulut
3. Anjurkan mengulangi
5. Pola napas
tarik napas dalam hingga 3
membaik kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspetoran,
jika perlu
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukukan Observasi :
pola napas
intervensi selama 1. Monitor pola napas
berhubungan
dengan 3x24jam maka pola 2. Monitor bunyi napas
penurunan
napas membaik. tambahan
ekspansi paru
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum
1. Tekanan Teurapetik
ekspirasi 1. Posisikan semi fowler atau
meningkat fowler
2. Tekanan 2. Berikan minum hangat
inspirasi 3. Berikan oksigen, jika
meningkat perlu
3. Dispnea Edukasi
menurun 1. Anjurkan asupan cairan
4. Frekuensi 2000 ml/hari
napas mebaik 2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukotolik
jika perlu
3. Kerusakan setelah dilakukan Observasi:
pertukaran gas
intervensi 1. Monitor frekuensi, irama,
berhubungan
dengan keperawatan selama kedalaman dan upaya
obstruksi jalan
1x24 jam maka napas
nafas.
pertukaran gas 2. Monitor pola napas
meningkat. Dengan 3. Monitor kemampuan
kriteria hasil : batuk efektif
1. dispnea 4. Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
2. Pola napas Teurapetik
meningkat 1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Infomasikan hasil
pematntauan, jika perlu
Daftar pustaka
Wahid, Imam. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Cetakan
pertama. Jakarta : Trans Info Media
Manurung S. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Cetakan pertama.
Jakarta : Trans Info Media
Yudha A. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi. Cetakan Pertama.
Yogyakarta : CV Budi Utama

Anda mungkin juga menyukai