Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BERPIKIR KRITIS DAN KOMPONEN DALAM PROSES KEPERAWATAN


Disusun untuk memenuhi tugas proses keperawatan dan berpikir kritis

DOSEN PENGAMPU

Ns. Erma Kasumayanti, M. Kep

Disusun oleh :

1. Audhatul Fikriyah (2214201004)


2. Mawar Rahma (2214201117)
3. Miftahul Jannah (2214201069)
4. Muhammad Alfat Hidayat (2214201016)
5. Ulfatul Karimah (2214201137)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berisikan tentang “berpikir kritis dan komponen dalam
proses keperawatan” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
merupakan tugas yang diberikan oleh Ibu Ns. Erma Kasumayanti, M. Kep,
mata kuliah proses keperawatan dan berpikir kritis.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah


pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam proses pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena


pengethuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap
kritik dan saran dari pembaca yag bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih

Bangkinang, 27 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN MENURUT
FLORENCE NIGHTINGALE.................................................................3
BAB III APLIKASI TEORI FLORENCE NIGHTINGALE..............................4
A. Aplikasi penerapan Teori Florence Nightingale............................................4
B. Fenomena Kasus Keperawatan Dan Analisanya Dengan Teori Florence
Nightingale.....................................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................7
A. Kelebihan Teori dan Pradigma menurut Florence Nightingale.....................7
B. Kelemahan Teori dan Pradigma menurut Florence Nightingale....................7
BAB V PENUTUP....................................................................................................8
A. Simpulan........................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara


berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir
kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan
kreatifitas dalam berpikir kritis.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan


keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang
kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan
membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari
sebuah proses berpikir dan belajar. Keterampilan kognitif yang digunakan
dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri,
berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan. Berpikir kritis adalah proses
perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat
menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada pelayanan
kesehatan dengansegala perencanaan atau tindakan untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Sebelum menyusun suatu
asuhan keperawatan yang baik, kita harus memahamilangkah langkah dari
proses keperawatan. Proses perawatan merupakan suatu metode bagiperawat
untuk memberikan asuihan keperawatan kepada klien.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam proses keperawatan
2. Apa saja karakteristik berpikir kritis dalam proses keperawatan
3. Apa saja fungsi berpikir kritis dalam proses keperawatan
4. Apa yang dimaksud dengan komponen dalam proses keperawatan
5. Apa saja langkah-langkah dari komponen proses keperawatan
6. Apa saja proses dalam keperawatan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara berpikir kritis dalam proses keperawatan
2. Untuk mengetahui krakteristik berpikir kritis dalam proses keperawatan
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi berpikir kritis dalam proses keperawatan
4. Untuk menentukan maksud dari komponen dalam proses keperawatan
5. Untuk mengetahui apa saja langkah-langkah dari komponen proses
keperawatan
6. Untuk menentukan proses dalam keperawatan
BAB II
Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan

A. Pengertian Berpikir Kritis


Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan
dalam mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat
tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses
berpikir (kognitif) yang mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua
informasi, masukan, pendapat, dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan
berkerja bersama dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis,
yaitu sebagai berikut.
Asumsi pertama adalah berpikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan
bekerja yang ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat
profesional yang berkerja bersama-sama berpikir tapa bekerja adalah sia-sia, bekerja
tapa perasaan adalah hal yang sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai
keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam
memulai praktik profesional.
Asumsi kedua, berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran,
perasaan, dan bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan
nyata pada praktek keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian
untuk proses pembelajaran.
Asumsi ketiga, berpikir kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing,
karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Asumsi keempat, berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para
pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi kelima, berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan
efektif.
Asumsi keenam, berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari
beberapa aktifitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana
proses berpikir itu terjadi aktifitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan
situasi dimana proses berpikir itu terjadi.
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat
digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine model yaitu
sebagai berikut :
1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan.
Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan,
kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya

7
8

terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala,


petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran Klien.

2. Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
meneriemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide
tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis in digunakan
untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat
untuk merespon ekspresi.
3. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji
ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari
peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi,
kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang
defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan
bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti,
menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya argumen serta mencari
kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang
dilakukan.

B. Karakteristik Berpikir Kritis


1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan
konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran
tentang kejadian, objek. atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian
konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai
dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi
dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk
mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan
kejadian.
9

4. Bagian dari suatu sikap.


Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding
yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
8. Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan,
mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

C. Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Berikut ini merupakan fungi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
10

BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN DALAM PROSES KEPERAWATAN
1. Pengertian komponen dalam proses keperawatan
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,berorientasi kepada kebutuhan objektif klien. Pemberian asuhan
keperawatan adalah tugas perawat pelaksana (Hidayat, 2011). Perawat pelaksana
bertugas memberikan asuhan keperawatan, membantu penyembuhan, membantu
memecahkan masalah pasien dibawah pengawasan dokter atau kepala ruang (Pratiwi
& Utami, 2010). Untuk mencapai asuhan keperawatan yang sempurna maka proses
keperawatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedurnya.
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik
individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang
dialami, baik actual maupun potensial (Deswani,2011). Proses keperawatan terdiri
atas lima tahap, yaitu :
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evauasi

Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu
sama lain jika dari proses keperawatan langkah -langkah nya tidak dilaksanakan
secara keseluruhan maka proses keperawatan tidak akan berjalan dengan baik, karena
jika satu saja langkah atau tahap itu tidak dilakukan maka akan mempengaruhi tahap
yang lain karena mereka saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Menurut
Craven dan Hirnle (2000), proses keperawatan sebagai pedoman untuk praktek
keperawatan profesional, mempunyai karakteristik:

1. Merupakan kerangka kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada


individu, keluarga dan masyarakat.
2. Teratur dan sistematis.
3. Saling tergantung.
4. Memberikan pelayanan yang spesifik kepada individu, keluarga, dan masyarakat.
5. Berpusat pada klien, menggunakan klien sebagai suatu kekuatan.
6. Tepat untuk diterapkan sepanjang jangka waktu kehidupan.
7. Dapat dipergunakan dalam semua keadaan.
11

2. Langkah-Langkah Komponen dalam Proses Keperawatan


Sebelum menyusun suatu asuhan keperawatan yang baik, kita harus
memahami
langkah langkah dari proses keperawatan. Proses perawatan merupakan suatu metode
bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Beberapa
pengertian proses kaperawatan adalah sebagai berikut Suatu metoda pemberian
asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional (Kozier, 1991). Metode pemberian
asuhan keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada respon yang unik
dari individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial
(Rosalinda,1986). Suatu aktifitas yang dinamika dan berkelanjutan yang meliputi
interaksi perawat klien dan proses pemecahan masalah (Schultz danVidebeck).
Proses keperawatan bukan hanya sekedar pendekatan sistematik dan
terorganisir melalui enam langkah dalam mengenali masalah-masalah klien, namun
merupakan suatu metode pemecahan masalah baik secara episodic maupun secara
linier. Kemudian dapat dirumuskan diagnosa keparawatannya, dan cara pemecahan
masalah. Kozier menyebutkan bahwa proses keperawatan mempunyai sembilan
karakteristik antara lain:
1. Merupakan sistem yang terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan yang
unik dari klien, keluarga, kelompok dan komunitas.
2. Bersifat siklik dan dinamis, karena semua tahap-tahap saling berhubungan dan
berkesinambungan.
3. Berpusat pada klien, merupakan pendekatan individual dan spesifik untuk
memenuhi kebutuhan klien.
4. Bersifat interpersonal dan kolaborasi.
5. Menggunakan perencanaan.
6. Mempunyai tujuan.
7. Memperbolehkan adanya kreativitas antara perawat dengan klien dalam
memikirkan jalan keluar menyelesaikan masalah keperawatan.
8. Menekankan pada umpan balik, dengan melakukan pengkajian ulang dari
masalah atau merevisi rencana keperawatan.
9. Dapat diterapkan secara luas. Proses keperawatan menggunakan kerangka kerja
untuk semua jenis pelayanan kesehatan, klien dan kelompok.
12

3. Proses-Proses Keperawatan
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap, yaitu :
1. Tahapan Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan pemikiran dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat
penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu.
a) Data Dasar
Adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri,
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
b) Data Fokus
Adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.
Fokus pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis.
Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian
keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya
dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien
adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah
aktifitas harian.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul,
didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya
data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah-masalah klien.
2. Tahapan Diagnosa
Pada tahun 1953, istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry
dengan menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana
asuhan keperawatan. Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) (1990,dalam Carpenito, 1997)
13

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga


atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari
diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons
klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat,
memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat
dan mencerminkan keadaan kesehatan klien.
3. Tahap Perencanaan
Langkah ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan. Menurut Kozier
etal. (1995) perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara
mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam perencanaan
keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data dan
rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat
tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau
mengeliminasi masalah kesehatan klien.
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan
prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan
intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan
keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat
menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas
diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan
klien (Potter & Perry, 1997).
Penetapan prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi
keperawatan yang sesuai dengan berbagai masalah klien (Carpenito, 1997).
Penetapan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam
waktu yang bersamaan. Salah satu metode dalam menetapkan prioritas dengan
mempergunakan hirarki kebutuhan menurut Maslow. Prioritas dapat
diklasifikasi menjadi tiga tingkatan, antara lain high priority, intermediate
priority, dan low priority. Dalam menetapkan prioritas perawat juga harus
memperhatikan nilai dan kepercayaan klien terhadap kesehatan, prioritas klien,
sumber yang tersedia untuk klien dan perawat, pentingnya masalah kesehatan
yang dihadapi, dan rencana pengobatan medis.
14

Diagnosa keperawatan klien dan penetapan prioritas membantu dalam


menentukan tujuan keperawatan. Tujuan adalah petunjuk untuk menyeleksi
intervensi keperawatan dan kriteria hasil dalam mengevaluasi intervensi yang
telah diberikan (McCloskey & Bulechek, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Evaluasi kritis perawat dalam menetapkan tujuan dan ukuran hasil yang
diharapkan ditekankan pada diagnosa, masalah yang mendesak, dan sumber-
sumber klien serta sistem pelayanan keperawatan (Bandman & Bandman, 1995,
dalam Potter & Perry, 1997).
4. Tahap Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon,1994, dalam Potter & Perry, 1997).Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi,pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yangmuncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual),kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
(Kozier et al., 1995).
5. Tahap Evaluasi
Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi
berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-
LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang
telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi
antara lain:
a) Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b) Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d) Mendapatkan umpan balik.
15

e) Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan


keperawatan.

Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu
sama lain. Jika dari proses keperawatan langkah -langkah nya tidak dilaksanakan
secara keseluruhan maka proses keperawatan tidak akan berjalan dengan baik, karena
jika satu saja langkah atau tahap itu tidak dilakukan maka akan mempengaruhi tahap
yang lain karena mereka saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi
berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran. Berpikir
kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk. keperawatan professional karena
cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
Setiap tahap dari proses keperawatan salingterkait dan ketergantungan satu
sama lain. Jika dari proses keperawatan langkah -langkah nyatidak dilaksanakan
secara keseluruhan maka proses keperawatan tidak akan berjalan denganbaik, karena
jika satu saja langkah atau tahap itu tidak dilakukan maka akan mempengaruhitahap
yang lain karena mereka saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

B. Saran
Kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari
pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sartono. 2011. Aplikasi Florence Nightingale dalam Pelayanan Keperawatan dan Aplikasi Kasus yang Relevan.
Wahid Iqbal Mubarak & Nurul chayatin (2009) Ilmu kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Salemba Medika.Jakarta.
Kozier, B (2000), Fundamental of Nursing : Concept, Process and Practice, 6th edition, Menlo Park, California.
Sitorus Ratna (2006), Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit, EGC, Jakarta.
Tomey, A.M, Alligod, M.R (2006), Nursing Theorist and Their Work, Mosby Elsevier, St. Louis, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai