Anda di halaman 1dari 15

BERPIKIR KRITIS DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan 2

Disusun oleh :

Hesty Adha 220110150018


Rizka Ananda Rahmatunnisa 220110150021
Masiroh Afifah 220110150027
Tri Indah Septianah 220110150043
Retno Meinarni 220110150057
Rika Komala 220110150078
Annisa Suci Utami 220110150097
Siti Mustakimah 220110150098
Vera Rosaria Indah 220110150102
Auliya Ramanda Fikri 220110150113
Dwi Rachma Gustarini 220110150125

Dosen: Irman Soemantri, S.Kp., M.Kep.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
SUMEDANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah Berpikir Kritis
dalam Praktik Keperawatan. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Konsep Dasar
Keperawatan 2. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami, bapak Irman
Soemantri, yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan 2.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai proses berpikir kritis dalam
keperawatan. Kami harap makalah ini dapat membantu semua pihak dalam memahami lebih
jauh bagaimana mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan, tetapi
kekurangan yang ada merupakan bagian positif dalam mencapai kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita, Aamiin. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Jatinangor, Februari 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….... 1


1.1 Latar belakang ……………………………………………………….…. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………........ 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN TEORI ………………………………………….………........... 3


2.1 Konsep Berpikir Krits ……….....……….…………………………….... 3
2.2 Model Berpikir Kritis …………….……...……………………………... 4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis .…………………………... 5
2.4 Pengambilan Keputusan secara Kritis ……………….………………… 6

BAB III PEMBAHASAN ..…………………………………………………............. 8


3.1 Membentuk Sikap dan Keterampilan Berpikir Kritis ………………..… 8
3.2 Proses Berpikir Kritis dalam Keperawatan …………………………….. 9

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………….…. 11


4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………... 11
4.2 Saran ……………………………………………………………………. 11

DAFTAR PUSTAKA ……….……………………………………………………….. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu peran perawat adalah membantu individu dalam keadaan sehat, sakit,
mendampingi dari sakit sampai pemulihan dan pada kematian yang tenang. Dengan
demikian, perawat harus mampu berpikir secara kritis agar mendapatkan jawaban atau solusi
yang terbaik untuk klien dari masalah yang dimilikinya.

Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk menafsir
atau menilai dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah keputusan atau jawaban.
Seiring dengan berjalannya waktu, keahlian perawat akan berkembang dengan banyaknya
klien yang ditangani, masalah dan pengalaman setiap klien yang berbeda-beda, mengamalkan
setiap ilmu yang didapatkan dan menerapkannya dalam praktek atau asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien. Kemampuan untuk berpikir secara kritis, menerapkan
pengetahuan dan pengalaman, pemecahan setiap masalah, dan membuat keputusan yang
sesuai kebutuhan klien adalah inti dari praktik keperawatan.

Setiap perawat akan mendapatkan klien dengan masalah dan penyakit yang berbeda,
pengamalan yang beragam, perilaku yang unik, kehidupan sosial yang bervariasi, dan
kepercayaan yang bermacam-macam. Berdasarkan uraian tersebut, sebagai seorang
mahasiswa keperawatan, kami akan membahas tentang konsep berpikir kritis dalam praktik
keperawatan karena selain sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat dituntut untuk
berpikir secara kritis dalam menyelasaikan semua masalah baik itu untuk dirinya sendiri
maupun untuk klien dan lingkungan di sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa itu defenisi dari berpikir kritis?


2. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir kritis?
4. Apa itu pengambilan keputusan secara kritis?
5. Bagaimana membentuk sikap dan keterampilan berpikir kritis?

1
6. Bagaimana proses berpikir kritis dalam praktik keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apa itu berpikir kritis


2. Mengetahui model berpikir kritis dalam keperawatan
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir kritis
4. Mengetahui pengambilan keputusan secara kritis
5. Dapat membentuk sikap dan keterampilan berpikir kritis
6. Menguasai proses berpikir kritis dalam praktik keperawatan. Sebagai seorang calon
perawat diharapkan dapat menjalankan sebuah profesi dengan profesional dan
menjadi change agent yang lebih baik dengan menjalankan peran perawat dengan
berpikir kritis.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Berpikir Kritis

2.1.1 Definisi Berpikir Kritis

Berfikir dan belajar adalah proses yang berkaitan seiring berjalannya waktu.
Pengetahuan dan pengalaman klinis akan meningkatkan kemampuan untuk melakukan
observasi, penilaian, serta membuat suatu pilihan. Berfikir kritis adalah proses kognitif yang
aktif dan terorganisasi yang digunakan untuk mengetahui pemikiran terhadap orang lain
(Caffe, 2002). Hal tersebut meliputi identifikasi adanya masalah, analisis informasi, evaluasi
informasi, dan kesimpulan. Berfikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif,
tetapi juga kebiasaan untuk bertanya, jujur, dan selalu mau untuk berfikir jernih tentang suatu
masalah (Facione, 1990).

2.1.2 Perilaku dalam Berpikir Kritis

a. Percaya diri. Saat perawat menunjukan rasa percaya diri, klien akan melihat dari cara
perawat berkomunikasi dan memberikan perawatan. Rasa percaya diri akan membangun
kepercayaan perawat dan klien.

b. Berpikir independen. Saat perawat memperoleh pengetahuan baru, perawat yang berfikir
kritis tidak akan menerima informasi begitu saja, tetapi hmempertimbangkan berbagai
konsep, ide dan segala aspek dari berbagai situasi sebelum membentuk opini dan penilaian.

c. Keadilan. Seorang pemikir kritis akan adil dalam menyelesaikan masalah di berbagai
situasi serta menghargai kesulitan yang dihadapi klien.

d. Tanggung jawab dan akuntibilitas. Perawat bertanggung jawab dalam melakukan aktivitas
perawatan yang benar sesuai standar praktik keperawatan.

e. Mengambil resiko. Seorang pemikir kritis selalu mau mengambil resiko dalam mencoba
cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah.

f. Disiplin. Saat perawat menerapkan disiplin, akan mempermudah mengidentifikasi masalah


yang lebih akurat sehingga dapat mengambil tindakan yang sesuai.

g. Persisten. Persisten berarti terus mencari berbagai sumber sampai perawat dapat
menemukan solusi terbaik untuk klien.

3
h. Kreatif. Kreativitas adalah motivator yang akan menolong perawat untuk memikirkan
segala pilihan dengan pendekatan yang unik.

i. Rasa ingin tahu. Pertanyaan favorit seorang pemikir kritis adalah “mengapa?”. Rasa ingin
tahu dapat membantu perawat dalam mengambil keputusan.

j. Integritas. Pemikir kritis selalu bertanya dan menguji pengetahuan dan keyakinan dirinya
sendiri dengan cara berprilaku jujur dan mau mengakui kesalahan dalam hal perilaku, ide,
dan pemikiran.

k. Rendah hati. Pemikir kritis mengakui apa yang tidak mereka ketahui dan mencoba mencari
pengetahuan yang mereka perlukan agar dapat membuat keputusan dengan tepat.

2.1.3 Standar untuk Berpikir Kritis

a. Standar Intelektual. Standar intelektual merupakan petunjuk atau prinsip untuk berfikir
rasional. Saat perawat memikirkan masalah klien, gunakanlah standar intelektual seperti
ketepatan, akurasi, dan konsistensi untuk memastikan bahwa keputusan klinis kita benar.

b. Standar Profesional. Penerapan standar profesional memerlukan penggunaan pemikiran


kritis baik secara individu maupun kelompok (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Standar
profesional dari American Nurse Association adalah salah satu contoh. Standar ini dapat
meningkatkan tanggung jawab perawat dan menjamin kualitas perawatan yang di berikan
pada klien.

2.2 Model Berpikir Kritis

Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan model berpikir kritis


keperawatan yang bertujuan untuk memberi penilaian yang relevan mengenai keperawatan
dan masalah keperawatan dalam ruang lingkup yang luas. Model berpikir kritis ini
mengarahkan perawat untuk membuat suatu penilaian dan mengambil tindakan yang tepat
dengan mempertimbangkan komponen berpikir kritis. Komponen-komponen berpikir kritis
tersebut di antaranya:

a. Dasar pengetahuan khusus. Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori
ilmu pengetahuan alam , humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah keperawatan. Informasi-informasi tersebut akan mendukung perawat untuk berpikir
kritis apabila dihadapkan pada masalah-masalah keperawatan.

b. Pengalaman. Pengalaman klinis akan menguji pengetahuan keperawatan yang telah


dipelajari secara teori sebelumnya. Dengan cara melihat, merasakan dan mendengarkan klien

4
secara langsung, akan melatih seorang perawat untuk berpikir kritis hingga dapat
menganalisis serta memodifikasi teori yang ada menjadi suatu tindakan keperawatan yang
lebih baik.

c. Kompeten. Kompetensi berpikir kritis adalah kemampuan seorang perawat dalam


memberi penilaian dan mengambil tindakan. Perawat harus mampu menentukan skala
prioritas, cepat tanggap pada situasi penting dan genting, serta mampu membuat keputusan
secara individu maupun kelompok dengan klien atau tenaga medis lainnya.

d. Sikap. Sikap dalam berpikir kritis yaitu tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil
resiko, kerendahan hati, dan integritas.

e. Tingkat berpikir kritis. Menurut Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994), ada tiga tingkatan
dalam berpikir kritis yaitu tingkat dasar, kompleks, dan komitmen. Pada tingkat dasar,
perawat hanya mengambil tindakan berdasarkan prinsip dan aturan yang tertera pada teori
yang ia pelajari. Pada tingkat kompleks, perawat semakin mendapatkan banyak pengalaman
dan secara kontinu mampu mengenali keragaman persepsi setiap individu. Sedangkan pada
tingkat komitmen, perawat mampu mempertimbangkan berbagai macam alternativ yang
tersedia dari segi keuntungan dan kerugiannya serta sudah mampu mengantisipasi setiap
masalah keperawatan yang dihadapinya.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

a. Kondisi fisik. Ketika seseorang berada pada kondisi sakit seperti keadaan istirahat
terganggu sementara mereka dihadapkan pada suatu keadaan di mana dibutuhkan pemikiran
yang matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu kondisi ini sangat memengaruhi
pikirannya sehingga ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak
memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yang ada.

b. Keyakinan diri/motivasi. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan,


dorongan, atau upaya untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi yang tinggi
akan terlihat dari daya serap dalam belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, belajar
dari kesalahan, menggapai tujuan, adanya tekad yang kuat, dan memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi.

c. Kecemasan. Kecemasan atau ansietas adalah keadaan emosional yang ditandai dengan
kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan bahaya/kemalangan/nasib buruk. Menurut
Sullivan dalam Riasmini (2000), kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan
untuk berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan (seperti trauma).

5
d. Perkembangan intelektual. Intelektual berkenaan dengan kecerdasan (intelegensi).
Kecerdasan adalah kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu
persoalan, menghubungkan atau menyatukan suatu hal dengan hal lainnya, dan dapat
merespon dengan baik terhadap stimulus. Di dalamnya terdiri atas penilaian, pengertian, dan
penalaran. Seseorang yang semakin cerdas akan semakin cakap dalam membuat tujuan,
berinisiatif, tidak hanya menunggu perintah dan tetap pada tujuan. Semakin cerdas seseorang,
ia akan semakin kritis.

2.4 Pengambilan Keputusan secara Kritis

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam rangka menyelesaikan suatu


masalah. Keputusan terakhir yang diambil merupakan alternatif terbaik yang telah difikirkan
secara matang berdasarkan informasi yang selengkap-lengkapnya, yang tentunya memiliki
risiko yang paling kecil.

Pengambilan keputusan merupakan salah satu proses dalam keperawatan.


Pengambilan keputusan ini berdasarkanan analisis dari data- data dan informasi yang
dikumpulkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang menguntungkan dengan
menggunakan pemikiran logika dan rasional. Keputusan diambil dengan menentukan
prioritas masalah yang paling penting, waktu yang dibutuhkan, biaya , kemampuan, dan
kemungkinan keberhasilan yang paling tinggi. Komponen yang harus diperhatikan dalam
mengambil keputusan secara kritis:
a. tanda/ gejala yang ditimbulkan
b. hipotesis atau dugaan sementara
c. pengetahuan dasar yang berhubungan dengan informasi, serta disertai logika dan
rasionalisasi
d. tindakan keperawatan ditentukan berdasarkan beberapa alternatif yang diajukan
e. penyelidikan/pemeriksaan
f. pendapat atau perkiraan awal.

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah. Masalah yang timbul dan harus diselesaikan harus jelas
penyebabnya. Mengidentifikasi masalah yang timbul bertujuan untuk memperoleh data
selengkap mungkin.
b. Pengumpulan data. Setelah mengidentifikasi masalah, akan didapatkan data-data yang
akan menjadi acuan untuk menyelesaikan masalah.

6
c. Analisis data. Data yang telah terkumpul tentunya harus dianalisis terlebih dahulu untuk
menghasilkan informasi yang berdasarkan kenyataan.
d. Penentuan alternatif. Data-data yang telah dianalisis akan menghasilkan informasi-
informasi yang relevan. Informasi yang berdasarkan kenyataan inilah yang akan
menghasilakan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah.
e. Pelaksanaan alternatif. Seperti yang telah diuraikan diatas, alternatif harus disertai
tindakan nyata. Setelah ditentukan alternatif yang paling mengandung sedikit risiko,
langkah selanjutnya adalah melakukan alternatif tersebut.
f. Penilaian/evaluasi. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah alternatif yang telah
dilakukan sudah sesuai dan menyelesaikan masalah.

Langkah-langkah tersebut tentunya sangat berhubungan dengan proses keperawatan yang


memang dituntut untuk menyelesaikan masalah dalam waktu yang singkat, namun hasilnya
sesuai dengan harapan.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Membentuk Sikap dan Keterampilan Berpikir Kritis

Setelah mendapat gagasan maksud dari berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengambil keputusan, perawat perlu menyadari gaya dan kemampuan berpikir mereka.
Berpikir kritis tidak mudah dilakukan. Kadang kala, hasil tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Namun, dengan upaya, tiap orang dapat mencapai tingkatan berpikir kritis
tertentu guna menjadi pemecah masalah dan pengambil keputusan yang efektif. Langkah
untuk membentuk sikap dan keterampilan berpikir kritis:

a. Pengkajian diri
Perawat harus merefleksikan beberapa sikap yang dibahas sebelumnya, yang memfasilitasi
berpikir kritis, sikap seperti keingintahuan, berorientasi keadilan, kerendahan hati, keberanian
dan ketekunan. Perawat dapat memperoleh keuntungan dari pengkajian pribadi yang teliti
untuk menentukan sikap yang telah ia miliki dan yang perlu ditimbuhkan. Perawat juga perlu
merefleksikan situasi saat ia mengambil keputusan yang disesali dan menganalisis proses
berpikir dan sikapnya. Ia juga dapat meminta kolega yang dipercaya untuk mengkaji mereka.
Mengidentifikasi keterampilan dan sikap yang lemah juga penting dilakukan.

b. Menoleransi Ketidaksesuaian dan Ambiguitas


Perawat perlu melakukan upaya terencana untuk menumbuhkan sikap berpikir kritis.
Sebagai contoh, untuk menumbuhkan orientasi terhadap keadilan, seseorang harus berniat
mencari tahu informasi yang bertentangan dengan pandangn seseorang. Hal ini memberikan
latihan untuk memahami dan belajar terbuka terhadap sudut pandang orang lain.
Manusia cenderung mencari tahu informasi yang berhubungan dengan kepercayaan yang
sebelumnya dipegang seseorang dan mengabaikan bukti yang bertentangan dengan gagasan
yang diinginkan. Perawat harus meningkatkan toleransi terhadap gagasan yang bertentangan
dengan yang dipegang sebelumnya dan harus melatih menunda penilaian.
Menunda penilaian berarti mentoleransi ambiguitas untuk sementara waktu. Apabila
sangat rumit, masalah mungkin tidak dapat diselesaikan dengan cepat atau rapi, dan penilaian
harus ditangguhkan. Untuk sementara waktu, perawat perlu mengatakan “Saya tidak tahu”
dan nyaman dengan jawaban tersebut sampai tahu lebih banyak. Meskipun tidak dapat

8
dilakukan pada situasid darurat saat dibutuhkan tindakan yang cepat, penangguhan penilaian
biasanya dapat dilakukan pada situasi lain.
c. Mencari Situasi untuk Mempraktikan Pemikiran yang Rasional
Perawat akan mendapatkan banyak manfaat dengan menghadiri konferensi baik di tatanan
klinis maupun pendidikan yang mendukung penilaian terbuka terhadap semua sisi isu dan
menghargai pandangan yang berlainan. Perawat perlu meninjau standar evaluasi pemikiran
dan menerapkannya dalam pemikiran mereka sehingga dapat mendeteksi bila ada kesalahan
pemikiran.

d. Menciptakan lingkungan yang Mendukung Berpikir Kritis


Perawat tidak dapat mengembangkan atau memelihara sikap berpikir kritis dalam
kevakuman. Sebagai pemimpin, perawat sebaiknya mendorong para kolega untuk meneliti
bukti dengan saksama sebelum mereka mengambil kesimpulan dan menghindari pemikiran
kelompok atau kecenderungan untuk mengakui keinginan kelompok tanpa berpikir.

3.2 Proses Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Proses adalah serangkaian tahapan atau komponenn yang mengarah pada pencapaian
tujuan. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan mengatasi respon manusia
terhadap sehat dan sakit. Proses keperawatan memberikan cetak biru untuk berfikir kritis
sehingga perawat dapat mengindividualisasikan asuhan dan berespon terhadap kebutuhan
klien dengan tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau
mempertahankan tingkat kesehatan klien. Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan
struktur organisasi yang kreatif untuk memberikan asuhan keperawatan namun hal ini cukup
fleksibel untuk digunakan di semua lingkup keperawatan. Tujuan dari proses keperawatan
untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien, menentukan prioritas,
menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan
rencana asuhan yang berpusat pada klien, memberikan intervensi keperawatam yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan
keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang diharapkan. Bandman dan
Bandman (1995) menguraikan seluruh proses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan
cara-hasil. 5 langkah proses keperawatan:

a. Pengkajian
Dalam pengkajian, perawat mengumpulkan data tentang klien dari berbagai sumber.
Kegagalan untuk berpikir secara kritis dan mendapatkan data tambahan menyebabkan
penetapan tujuan, diagnosis, dan intervensi menjadi tidak akurat.

9
b. Diagnosis keperawatan
Penentuan diagnosis dimulai segera setelah menerima informasi mengenai klien. Perawat
yang berpikir kritis akan menunda pengidentifikasian diangnosis klien sampai didapatkan
lebih banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini mencegah diagnosis prematur akibat
data yang tidak memadai.

c. Perencanaan/intervensi
Komponen perencanaan adalah identifikasi hasil. Penting bagi perawat untuk
mengidentifikasi hasil yang diharapkan yang akan dicapai klien jika rencana perawatan
berhasil.

d. Implementasi
Implementasi merupakan langkah tindakan dari proses keperawatan yang menggunakan
beragam pendekatan untuk memecahkan masalah kesehatan klien. Perawat yang berpikir
kritis mempertimbangkan implikasi dan konsekuensi strategi keperawatan tertentu sebelum
mengimplementasikan rencana asuhan.

e. Evaluasi
Jika intervensi berhasil, diagnosa keperawatan klien teratasi. Jika masalah kesehatan klien
menetap, proses evaluasi memandu perawat untuk merevisi, meyingkirkan atau menambah
terapi. Tahap ini memberikan peluang revisi rencana asuhan keperawatan yang diperlukan
untuk memecahkan masalah kesehatan klien. Asuhan keperawatan dievaluasi dalam
kaitannya dengan pencapaian hasil yang diharapkan.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan, perawat merupakan profesi yang
paling sering berjumpa dengan pasien dibandingkan profesi lainnya. Untuk itulah perawat
dituntut untuk seprofesional mungkin saat menangani pasien salah satunya yaitu berpikir
kritis. Tidak sedikit pasien sering mengalami kondisi tubuh yang berubah-ubah dan membuat
perawat harus berpikir kritis agar tahu tindakan yang harus diberikan untuk pasien. Jika
perawat asal-asalan menilai dan memberi tindakan, kondisi pasien bisa saja semakin
memburuk bahkan menyebabkan kematian.

Pemikiran kritis sendiri akan terbentuk bila perawat memiliki pengetahuan terutama
kebutuhan dasar manusia yang menjadi pondasi wawasan perawat untuk bisa mendiagnosis
keperawatan pada pasien, pengalaman yang akan membuat perawat terbiasa berpikir secara
kritis, berpikir rasional agar perawat tidak panik karena terpengaruh oleh kepanikan keluarga
pasien.

Saat keadaan mengharuskan perawat untuk berpikir kristis, perawat harus mengkaji
data pasien agar bisa menentukan diagnosis keperawatan dan tindakan yang hasus dilakukan
untuk memulihkan kondisi pasien. Bila berhasil, perawat bisa mengevaluasi tindakannya
untuk memberikan asuhan keperawatan seperti sebelumnya kepada pasien yang mengalami
gejalan yang sama.

4.2 Saran

Berpikir kritis bukanlah hal yang mudah untuk diterampilkan apalagi jika sudah
menyangkut kondisi pasien. selain pengetahuan, pengalaman, dan sikap rasional, perawat
sendiri harus berani mengambil resiko agar tidak ragu dan yakin bahwa tindakannya
merupakan tindakan alternative untuk menolong pasienterutaman disaat genting. Perawat pun
harus mau bertanggung jawab terhadap tindakannya baik itu menguntungkan maupun
merugikan pasien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bandman, EL & Bandman, B. 1995. Critical Thinking in Nursing. 2nd Ed. Connecticut:
Appleton and Lange

Kozier & Erb. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.
7, Vol. 1. Jakarta: EGC.

Maryam, R. Siti, dkk. 2007. Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC.

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Ed.7. Jakarta: Salemba Medika.

Rubenfeld, M.G. & Scheffer, B.K. 2010. Critical Thinking Tactics for Nurses, 2nd Ed.
Burlington: Jones and Bartlett Publishers.

12

Anda mungkin juga menyukai