Disusun Oleh :
1. Anzelita (21003)
2. Fatma Ega Maulani (21015)
3. Indah Cahya Utami (21019)
4. Septiani Rahima Nur (21035)
5. Sri Mulyani (21038)
Jl. K.S. Tubun No.8, RT.13/RW.1, Slipi, Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat,Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 11410
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Metodologi Keperawatan dengan
judul : “Konsep Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan".
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari banyak pihak yang
tulus memeberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 7
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3. Tujuan penulisan..............................................................................................................3
1.4. Manfaat penulisan............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1. Pengertian berpikir kritis dalam keperawatan................................................................. 4
2.2. Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan........................................................4
2.3. Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan........................................................... 6
2.4. Cara Berpikir Kritis Yang Baik....................................................................................... 7
2.5. Model Berpikir Kritis Dalam berpikir kritis................................................................... 8
2.6. pengertian pengambilan keputusan..................................................................................9
2.7. Metode yang digunakan dalam Pengambilan Keputusan................................................ 9
2.8. Jenis-jenis pengambilan keputusan................................................................................10
2.9. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan............................................................................11
2.10. Fungsi Pengambilan Keputusan dalam Keperawatan.................................................. 12
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 14
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 14
3.2. Saran.............................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
keputusan juga dapat mempengaruhi kesuksesan ataupun kegagalan seseorang dalam
hidupnya, termasuk dalam kesuksesan ataupun kegagalan sebuah organisasi. Perawat
merupakan tenaga profesional yang bertanggung jawab dalam memberikan proses
keperawatan kepada klien. Berdasarkan hal tersebut perawat harus mampu mengambil
keputusan klinis sebagai upaya membantu pasien dalam memecahkan masalah dan
menemukan jalan keluar dari setiap masalah keperawatan yang dialami pasien.
Decision making atau pengambilan keputusan merupakan komponen yang sangat penting
dalam kehidupan tiap individu, termasuk dalam sebuah organisasi. Pengambilan
keputusan juga dapat mempengaruhi kesuksesan ataupun kegagalan seseorang dalam
hidupnya, termasuk dalam kesuksesan ataupun kegagalan sebuah organisasi. Keputusan
dikatakan berkualitas jika mampu memecahkan masalah yang dihadapi seseorang atau
organisasi. Keputusan yang efektif juga ditunjukkan dengan tidak adanya resistensi pada
pelaksana dan pihakpihak yang terkait langsung dengan keputusan. Akhirnya keputusan
yang efektif terjadi bila dekat dengan waktu terjadinya permasalahan yang akan
dipecahkan. Artinya keputusan yang efektif adalah keputusan yang dibuat dengan baik
dan dapat diimplementasikan dengan baik pula. Situasi keputusan yang bernilai positif
atau negarif dikaitkan dengan enam kesiapan yaitu: ketersediaan sarana dan prasarana
yang memadai, ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten, untuk menjaga
hubungan kerja sama dengan pemerintah kabupaten atau kota, untuk mengakomodasi
keinginan kabupaten atau kota guna berpartisipasi dalam pengelolaan pendidikan
menengah, efisiensi operasional pendidikan, dan kemudahan operasional pendidikan.
Kombinasi dari alternatif kejadian dan situasi keputusan akan dihitung dengan
menambahkan nilai positif dan mengurangkan nilai yang negatif. Alternatif kejadian yang
memiliki nilai positif paling tinggi yang akan diambil sebagai alternatif terpilih karena
memiliki kelayakan paling tinggi untuk dapat berhasil bila dioperasikan. Artinya model
yang terpilih adalah yang memiliki efektivitas paling tinggi dan kemungkinan berhasilnya
juga paling tinggi. Perawat merupakan tenaga profesional yang bertanggungjawab dalam
memberikan proses keperawatan kepada klien. Berdasarkan hal tersebut perawat harus
mampu mengambil keputusan klinis sebagai upaya membantu pasien dalam memecahkan
masalah dan menemukan jalan keluar dari setiap masalah keperawatan yang dialami
pasien. Perawat selalu dihadapkan dengan berbagai masalah klinis dalam memberikan
perawatan terhadap pasien. Perawat yang profesional tentu saja akan mampu mengambil
keputusan klinis agar masalah pasien dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Kurangnya
kemampuan perawat dalam mengambil keputusan dalam situasi yang kris tentu saja akan
2
membahayakan pasien dan menimbulkan kerugian bagi pasien, diantaranya pasien akan
terlambat untuk mendapatkan bantuan hidup, kondisi pasien akan semakin memburuk dan
akibat yang paling fatal adalah kematian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi.
Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau
komunikasi. Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat berubah setiap
hari- hari atau bahkan setiap jam. Karna berpikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan
karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran, maka penting untuk memahami
secara umum. Penting juga untuk memahami gaya dan pola unik seseorang serta
mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk dapat berpikir lebih baik.
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu
berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses
berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
4
informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian dan
mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah
kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk
mengatasi masalah secara mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama
secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga
kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan
mengumpulkan data dan validasi.
5
adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan model konsep total recall.
Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya:
a) Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan
konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.
Rasional dan Beralasan (reasonable) Artinya argumen yang diberikan selalu
berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.
b) Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk
mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan
kejadian.
c) Bagian dari suatu sikap Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir
kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih
buruk dibanding yang lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan
bagaimana seharusnya Kemandirian Berpikir Seorang pemikir kritis selalu berpikir
dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain,
menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
6
d) Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif Maksudnya yaitu selalu menggunakan
ketrampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru
dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
e) Berpikir Adil dan Terbuka Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah
dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan
dengan penuh kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta
argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan. Berpikir kritis digunakan untuk
mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru
dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
2. Mengecek konsistensi.
3. Mengidentifikasi asumsi.
7
4. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
8
awalan, meta, yang berarti diantara atau ditengah-tengah dari, dan kognisi, yang berarti
proses mengetahui. Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan
mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak
sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita hanya berpikir, kita tidak
menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir.
Keputusan dikatakan berkualitas jika mampu memecahkan masalah yang dihadapi seseorang
atau organisasi. Keputusan yang efektif juga ditunjukkan dengan tidak adanya resistensi pada
pelaksana dan pihakpihak yang terkait langsung dengan keputusan. Akhirnya keputusan yang
efektif terjadi bila dekat dengan waktu terjadinya permasalahan yang akan dipecahkan.
Artinya keputusan yang efektif adalah keputusan yang dibuat dengan baik dan dapat
diimplementasikan dengan baik pula.
Pengambilan keputusan juga merupakan tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian
dengan fungsi manajemen. Sebuah keputusan dapat dianggap rasional apabila sebuah rencana
dipilih guna mencapai tujuan yang yang akan dicapai. Dalam pengambilan sebuah keputusan,
rasionalitas memberikan bobot pada keputusan yang diambil, untuk itu rasionalitas
merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu dibutuhkan data pendukung yang valid.
Selain itu rasionalitas keputusan dilakukan dengan membandingkan antara rencana dengan
tujuan. Keputusan yang diambil seharusnya sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
9
1. Teknik pengambilan keputusan expected values. Teknik ini mempertimbangkan
kemungkinan munculnya kejadian dan kemungkinan hasil. Kombinasi dua
kemungkinan tersebut menghasilkan nilai moneter yang diharapkan. Kejadian yang
memiliki nilai moneter paling tinggi akan menjadi pilihan seorang pengambil
keputusan.
2. Teknik pengambilan keputusan payoff tables. Teknik ini memperhitungkan alternatif
kejadian yang muncul dan alternative situasi yang menguntungkan atau tidak
mengungtungkan. Kombinasi kedua alternative tersebut akan memberikan gambaran
hasil moneter yang berbeda-beda. Kejadian yang memberi hasil maksimal akan
menjadi pilihan seorang pengambil keputusan untuk memecahkan masalah.
3. Teknik pengambilan keputusan decision trees. Keputusan dilakukan dengan cara
membuat anatomi sebuah pohon yang terdiri dari titik dan cabang. Penilaian kejadian
dimulai dari titik dengan melewati cabang, setiap cabang mengambarkan
kemungkinan keberhasilan sebuah kejadian. Semakin besar kemungkinan
keberhasilannnya akan menjadi pilihan seorang pengambil keputusan.
10
Jenis-jenis keputusan: Dalam menganalisis keputus, Herbert Simon membedakan dua jenis
keputusan, (dalam Gutosudarmo & Sudita, 2016) yaitu:
1) Keputusan yang diprogram Merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara
berulang-ulang. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah.
2) Keputusan yang tidak diprogram Merupakan keputusan baru, tidak terstruktur dan tidak
dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk
menangani suatu masalah, apakah karena masalah belum pernah terjadi atau karena
permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram
memerlukan penanganan khusus dan proses pemecahan masalah dangan intusi dan kreatifitas.
1) Intuisi Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif
yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan lain.
2) Pengalaman Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman untuk
meneyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan prkatis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi
larat belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaian sangat membantu dalam
memudahkan pemecahan masalah
3) Fakta Keputusan yang berdasarka sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi
yang cukup itu sangat sulit.
4) Wewenang Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan
sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan weweng
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
5) Rasional Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang
dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.
11
Selain jenis-jenis pengambilan keputusan kita juga harus mengetahui factor apa saja yang ada
di dalam pengambilan keputusan, Menurut Terry (dalam Isnaini, 2013) faktorfaktor yang
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan:
1. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang
rasional perlu diperhiyungkan dalam pengambilan keputusan
2. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan. Setiap
keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih
mementinngkan kepentingan.
3. Jarang sekalli pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-alternatif
tandingan.
4. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan yang harus diubah
menjadi tindakan fisik.
5. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
6. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
7. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
8. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata
rantai berikutnya.
Fungsi Pengambilan Keputusan individual atau kelompok baik secara institusional ataupun
organisasional, sifatnya futuristik.Tujuan Pengambilan Keputusan tujuan yang bersifat
tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) Tujuan yang bersifat
ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).
12
Proses Pengambilan keputusan (Decision Making) Kotler 24, menjelaskan proses
pengambilan keputusan antara lain sebagai berikut :
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung
jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan keperawatan. Berpikir kritis
merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prisip, argumen, kesimpulan,
isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas.
Proses keperawatan yang didasarkan pada paradigma model adaptasi dari Roy dan PNI
mempunyai kerangka berpikir kritis yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
secara koherensi. Sakit terjadi jika individu tidak mampu beradaptasi secara holistis dari
stresor yang didapatkan. Intervensi keperawatan bertujuan sebagai stimulus terhadap stres
(sakit) yang berperan memperbaiki jenis koping (cognator) individu melalui proses
pembelajaran. Perbaikan respons cognator berpengaruh terhadap sistem hormonal yang
dirambatkan melalui mekanisme HPA-Aksis mempunyai efek terhadap respons imunitas (Th)
dalam Roy disebut regulator.
setiap keputusan adalah akibat dari sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak
kekuatan, pengambilan keputusan bukan merupakan prosedur yang tetap akan tetapi sebuah
proses yang beruntun. pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan pendekatan
sistemik yang harus diadaptasikan dengan lingkungan. Pengambilan keputusan keperawatan
dilakukan pada semua tahap proses keperawatan. Sehingga seorang perawat harus mampu
berpikir ktitis, berkomunikasi dengan baik sebagai suatu elemen penting dalam pengaambilan
keputusan klinis, sehingga terjadi pembelajaran berkelanjutan bagi pasien sehingga
meningkatkan tingkat kemandirian pasien. Pengambilan keputusan yang tepat akan
meningkatkan kemandian klien dalam asuhannya serta membantu klien untu menentukan
pilihan bantuan yang tepat sesuai dengan kondisinya. Klien yang mandiri akan menurunkan
beban kerja perawat sehingga pelayanan keperawatan akan lebih efektif dan efisien dalam
penggunaan sumber daya.
Mengambil keputusan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat akan mempengaruhi kualitas
serta kuantitas pelayanan kesehatan pasien. Apabila sang perawat tidak berhatihati. Terdapat
kemungkinan pasien akan menerima perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Pengambilan keputusan sangat penting keberadaannya dalam asuhan maupun
14
dalam manajemen keperawatan. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang
mencakup semua penilaian kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan meperlihatkan
pilihan terbaik dalam menyelesaiakan suatu masalah tertentu.
3.2. Saran
Menurut kami, Perawat merupakan tenaga profesional yang bertanggungjawab dalam
memberikan proses keperawatan kepada klien. Berdasarkan hal tersebut perawat harus
mampu mengambil keputusan klinis sebagai upaya membantu pasien dalam memecahkan
masalah dan menemukan jalan keluar dari setiap masalah keperawatan yang dialami pasien.
Perawat selalu dihadapkan dengan berbagai masalah klinis dalam memberikan perawatan
terhadap pasien. Perawat yang profesional tentu saja akan mampu mengambil keputusan
klinis agar masalah pasien dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Selain kita harus mengambil
keputusan yang baik kita juga harus mempunyai pikiran yang kritis yaitu, Kemampuan
berpikir kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Peningkatan
kemampuan berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Mutu asuhan
keperawatan menjadi alat utama menjaga kepercayaan pelanggan pelayanan. Asuhan
keperawatan bermutu dilakukan dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis perawat
dalam melakukan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan didasarkan pada pendekatan
pengambilan keputusan yang dapat ditingkatkan dengan berpikir kritis. Berpikir kritis dalam
keperawatan merupakan keterampilan berpikir perawat menguji berbagai alas an secara
rasional sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan.
15
Daftar Pustaka
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta Salemba Medika.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika.
Rubenfeld, M, Gaie. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rubenfeld, M, Gaie. 2010. Berpikir Kritis untuk Perawat: Strategis Berbasis
Kompetensi. Jakarta:EGC
16