Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR KRITIS

“RESUME TENTANG PROSES-PROSES KEPERAWATAN”


Dosen: Ns.Miswarti M.Kep, Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH:

NAYLATUL HASSANAH
(23366033)

DEPARTEMEN S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN AJARAN 2024/2025


2

KATA PENGHANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan Rahmat dan hidayah- Nya yang
telah memberikan kesehatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul "RESUME TENTANG PROSES-PROSES
KEPERAWATAN".

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dosen


pengampu: Ibuk Ns.Miswarti M.Kep, Sp.Kep.J yang telah memberikan tugas Kepada
saya dan telah membimbing saya selama proses pengerjaan tugas. Makalah yang
saya buat mungkin jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
ibuk dosen berikan sangat saya harapkan. Semoga makalah yang saya buat bisa
membantu teman-teman semua yang membacanya.

Payakumbuh,07 februari 2024

Naylatul Hassanah
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................2

Daftar Isi ................................................................................................................3


Bab I Pendahuluan ................................................................................................4

1. Latar Belakang ...........................................................................................4


2. Rumusan Masalah......................................................................................4
3. Tujuan.........................................................................................................4

Bab II Pembahasan ...............................................................................................5


1. Pengertian dari Proses Keperawatan .........................................................5
2. Pengertian Proses Keperawatan dalam Berpikir Kritis ...............................8
3. Menjelaskan Tentang Teori Proses Keperawatan .......................................10
4. Bagaimana Standar dari Keperawatan .......................................................13
5. Pengertian dari Implikasi Keperawatan ......................................................18
Bab III Penutup .....................................................................................................22
1. Kesimpulan .................................................................................................22
2. Saran ..........................................................................................................22

Daftar Pustaka ......................................................................................................23


4

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Proses perawatan adalah suatu metode yang terstruktur dan
terorganisasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang difokuskan pada
tanggapan dan respons unik dari individu terhadap suatu kelompok atau
perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik secara aktual
ataupun potensial. Sasaran dari proses perawatan adalah mengidentifikasi
kebutuhan perawatan klien, menentukan prioritas, memberikan intervensi
keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien, dan
mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan
tujuan klien yang diharapkan (Potter & Perry, 2005). Proses perawatan
menjadi dasar ilmiah perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang diberikan perawat harus memiliki dasar yang
rasional dan fakta ilmiah. Agar pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dan tepat sasaran. Selain itu, pelayanan keperawatan tentu memerlukan
proses perawatan. Ini menunjukkan seberapa besar manfaat proses
perawatan terhadap layanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat.
Berfikir kritis merupakan proses berpikir dengan terperinci dalam
memikirkan suatu peristiwa, tindakan, dan pemecahan suatu masalah dengan
tujuan mewujudkan hasil berfikir yang baik, dan berfikir kritis dalam perawatan
adalah proses berfikir dalam keperawatan dengan terperinci dengan benar-
benar mempertimbangkan baik buruknya dalam memberikan layanan
kesehatan, yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses perawatan. Perawat yang selalu berfikir kritis atau
kreatif akan selalu melihat dan memecahkan masalah dengan sudut pandang
yang berbeda dan mempertimbangkan dengan mendalam setiap masalah
yang akan diambil demi kebaikan pasien dan diri sendiri agar tidak terjadi
kejadian yang tidak diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Sebagai seorang profesional perawat, kita secara konsisten
dihadapkan pada berbagai situasi yang menuntut kemampuan berpikir kritis
dalam menyajikan pelayanan keperawatan yang optimal bagi pasien.
Pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan lebih dari
sekadar pengetahuan teknis; ini melibatkan analisis mendalam, pengambilan
keputusan yang cerdas, dan kemampuan beradaptasi dengan dinamika
setiap kondisi medis.
Berpikir kritis di dunia keperawatan melibatkan analisis teliti terhadap
informasi medis, penilaian yang cermat terhadap situasi klinis, dan
kemampuan untuk menyusun strategi intervensi yang efektif. Perawat yang
mahir dalam berpikir kritis mampu mengevaluasi implikasi dari setiap
informasi yang diterima, merencanakan tindakan yang sesuai, dan
5

memberikan asuhan keperawatan yang responsif terhadap kebutuhan


spesifik setiap pasien.Pentingnya berpikir kritis juga tercermin dalam
kemampuan perawat untuk menghadapi tantangan kompleks, mencari solusi
kreatif, dan beradaptasi dengan perubahan kondisi pasien. Selain itu,
keterampilan ini mendukung perawat dalam mengambil keputusan tepat
waktu dan efektif, memastikan bahwa intervensi yang dipilih tidak hanya
aman tetapi juga optimal bagi pasien.Berpikir kritis di dunia keperawatan juga
melibatkan sikap reflektif terhadap praktek sendiri. Seorang perawat yang
terampil secara terus-menerus mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan
serta pengetahuannya, menciptakan lingkungan belajar berkelanjutan untuk
kemajuan pribadi dan profesionalnya.

2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini,terdapat beberapa pokok masalah yang akan


dijelaskan. Contohnya sebagai berikut:
 Pengertian dari Proses Keperawatan
 Pengertian Proses Keperawatan dalam Berpikir Kritis
 Menjelaskan Tentang Teori Proses Keperawatan
 Bagaimana Standar dari Keperawatan
 Pengertian dari Implikasi Keperawatan

3. Tujuan

Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang dibahas didalam


mkalah ini. Contohnya sebagai nerikut:
 Mengetahui Pengertian dari Proses Keperawatan
 Mengetahui Pengertian Proses Keperawatan dalam Berpikir Kritis
 Mengetahui Tentang Teori Proses Keperawatan
 Mengetahui Bagaimana Standar dari Keperawatan
 Mengetahui Pengertian dari Implikasi Keperawatan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Proses Keperawatan


1. Proses keperawatan
Proses perawatan adalah suatu metode yang terstruktur dan terorganisasi
dalam memberikan asuhan keperawatan yang difokuskan pada tanggapan
dan respons unik dari individu terhadap suatu kelompok atau perorangan
terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik secara aktual ataupun
6

potensial. Sasaran dari proses perawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan


perawatan klien, menentukan prioritas, memberikan intervensi keperawatan
yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien, dan mengevaluasi
efektivitas asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang
diharapkan (Potter & Perry, 2005).
Proses perawatan menjadi dasar ilmiah perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang diberikan perawat harus
memiliki dasar yang rasional dan fakta ilmiah. Agar pelayanan keperawatan
yang diberikan sesuai dan tepat sasaran. Selain itu, pelayanan keperawatan
tentu memerlukan proses perawatan. Ini menunjukkan seberapa besar
manfaat proses perawatan terhadap layanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat.
2. Tujuan dari proses keperawatan

Tujuan dari proses keperawatan mencerminkan upaya yang sangat


terfokus dan terarah dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal
kepada klien. Beberapa poin penting yang menjadi fokus utama dalam tujuan
tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Potter & Perry (2005), melibatkan:

1. Mengidentifikasi Kebutuhan Perawatan Kesehatan Klien:


- Proses keperawatan bertujuan untuk mengenali dengan cermat
kebutuhan kesehatan klien. Ini mencakup pemahaman mendalam
terhadap kondisi medis, psikologis, dan sosial klien.
2. Menentukan Prioritas:
- Merupakan langkah kritis dalam proses keperawatan untuk
menentukan prioritas dalam memberikan asuhan. Ini melibatkan evaluasi
urgensi dan kepentingan setiap kebutuhan perawatan.
3. Memberikan Intervensi Keperawatan yang Dirancang:
- Tujuan ini menunjukkan bahwa proses keperawatan tidak hanya
mengidentifikasi kebutuhan, tetapi juga merumuskan rencana tindakan
yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Intervensi ini
mencakup langkah-langkah perawatan yang tepat dan sesuai dengan
kondisi klien.
4. Mengevaluasi Keefektifan Asuhan Keperawatan:
- Setelah memberikan intervensi, evaluasi menjadi tahap penting dalam
memastikan keefektifan asuhan keperawatan. Tujuan ini melibatkan
pemantauan secara cermat terhadap respons klien dan penyesuaian
rencana perawatan jika diperlukan.
5. Mencapai Hasil dan Tujuan yang Diharapkan:
- Pada akhirnya, tujuan proses keperawatan adalah mencapai hasil yang
diharapkan dan memenuhi tujuan perawatan yang telah ditetapkan. Ini
mencerminkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mendukung
pemulihan kesehatan atau meningkatkan kualitas hidup klien.
7

3. Sifat-sifat dari proses keperawatan


a. Dinamis:
- Proses keperawatan menunjukkan sifat yang sangat dinamis,
memberikan penekanan pada perlunya perubahan dan modifikasi pada
setiap tahapnya.
- Kesadaran akan dinamika ini membebaskan perawat untuk tidak hanya
mengikuti langkah-langkah prosedural tetap, tetapi juga memungkinkan
adaptasi yang cepat terhadap perubahan signifikan dalam situasi atau
kondisi pasien.
- Dengan mengakui kebutuhan untuk penyesuaian yang terus-menerus,
proses keperawatan mendorong refleksi yang mendalam dan
responsibilitas yang tinggi terhadap perubahan yang dapat memengaruhi
asuhan kesehatan.
b. Siklik:
- Siklus dalam proses keperawatan tidak hanya sekadar
menggambarkan langkah-langkah yang dijalani, tetapi juga mencerminkan
sifat berkesinambungan dan tak pernah berakhir.
- Konsep siklik menyoroti bahwa proses keperawatan bukanlah
rangkaian linier yang selesai setelah satu putaran saja. Sebaliknya, ia
terus berulang, mengakui kompleksitas dan perubahan yang mungkin
terjadi seiring waktu.
- Pemahaman mendalam akan sifat siklik menuntut perawat untuk terus
menerus terlibat dalam pemantauan, evaluasi, dan re-evaluasi,
menciptakan suatu lingkaran berkelanjutan dari kepedulian terhadap
kesehatan pasien.
c. nterdependen / Saling Ketergantungan:
- Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait erat, menciptakan
hubungan yang sangat penting sehingga ketidaksempurnaan di salah satu
tahap dapat berdampak signifikan pada tahap-tahap berikutnya.
- Ketergantungan yang saling mempengaruhi ini menegaskan perlunya
integrasi yang mendalam dan koheren di seluruh proses, di mana setiap
langkah memiliki dampak langsung pada keseluruhan asuhan
keperawatan.
- Memahami saling ketergantungan ini memperkuat kesadaran akan
pentingnya pelaksanaan setiap tahap dengan cermat dan efektif,
menjunjung tinggi arti penting kerja sama dalam proses keperawatan.
d. Fleksibel / Luwes:
- Proses keperawatan menunjukkan karakteristik fleksibilitas yang
memungkinkan penyesuaian dan modifikasi sesuai dengan kondisi
dinamis, keadaan spesifik, dan kebutuhan unik klien.
- Sifat luwes ini memberikan ruang bagi perubahan atau adaptasi dalam
pendekatan perawatan, mengikuti perkembangan situasi, dan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien yang berkembang.
8

- Dengan kata lain, proses keperawatan dapat disesuaikan dengan


konteks yang berubah, memberikan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan yang paling relevan dan efektif.
- Fleksibilitas ini juga mencakup kemampuan proses keperawatan untuk
menjadi alat yang dapat diaplikasikan dalam berbagai kondisi kesehatan,
di berbagai tahap kehidupan manusia, termasuk pada tingkat individu,
keluarga, dan masyarakat.
4. Langkah-langkah proses keperawatan
Langkah-langkah dalam proses keperawatan membentuk kerangka kerja
yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Beberapa tahapan utama dalam proses keperawatan, sebagaimana
dijelaskan oleh Hudak dan Gallo (1997), mencakup:
a. Pengumpulan Informasi:
- Tahap pertama melibatkan pengumpulan informasi yang komprehensif
terkait kondisi kesehatan pasien. Ini mencakup data subjektif (riwayat
kesehatan, keluhan) dan data objektif (hasil pemeriksaan fisik, hasil tes).
b. Menentukan Diagnosa Keperawatan Aktual atau Potensial:**
- Berdasarkan informasi yang terkumpul, perawat menentukan diagnosa
keperawatan yang mencakup masalah kesehatan aktual atau potensial
yang perlu diatasi.
c. Mengidentifikasi Hasil yang Dapat Diukur dan Menggambarkan Respon
Pasien:
- Menetapkan hasil yang diinginkan yang dapat diukur untuk
mengevaluasi respon pasien terhadap intervensi keperawatan.
- Menyusun gambaran respon pasien membantu dalam merinci
parameter yang relevan dan mengarahkan perawatan lebih lanjut.
d. Mengembangkan Intervensi Individu yang Bertujuan Mencapai Hasil:
- Perawat merancang dan mengimplementasikan intervensi
keperawatan yang bersifat spesifik, bertujuan mencapai hasil yang telah
ditetapkan. Intervensi ini dapat mencakup tindakan fisik, pendidikan
pasien, atau dukungan emosional.
e. Mengevaluasi Kemajuan Pencapaian Tujuan:
- Proses evaluasi terjadi untuk menilai sejauh mana pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Ini melibatkan pemantauan secara terus-menerus
terhadap respons pasien dan penyesuaian rencana perawatan jika
diperlukan.

B. Pengertian Berpikir Kritis dalam Keperawatan


1. Pengertian berpikir kritis dalam keperawatan
Berpikir kritis adalah suatu proses yang melibatkan analisis mendalam
dan terperinci dalam merespons suatu peristiwa, tindakan, atau
pemecahan masalah dengan tujuan mencapai hasil berpikir yang baik.
Dalam konteks keperawatan, berpikir kritis menjadi elemen krusial yang
memerlukan evaluasi seksama terhadap setiap aspek pemberian layanan
9

kesehatan.Berpikir kritis dalam keperawatan bukanlah semata tugas


harian, melainkan mencakup evaluasi mendalam terhadap aspek positif
dan negatif dalam pemberian layanan kesehatan. Hal ini mencerminkan
implementasi proses keperawatan yang terstruktur dan terorganisasi, di
mana setiap langkahnya harus diperhitungkan secara cermat.
Seorang perawat yang mampu berpikir kritis atau kreatif tidak hanya
memandang masalah dari satu perspektif, melainkan meluaskan sudut
pandangnya. Ini memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi solusi
inovatif dan memberikan asuhan keperawatan yang bersifat holistik.
Berpikir kritis juga melibatkan pemahaman mendalam terhadap setiap
masalah yang mungkin timbul, dengan tujuan utama untuk memberikan
pelayanan yang optimal dan aman bagi pasien.Berpikir kritis merupakan
alat yang sangat berharga dalam mencegah terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan dalam asuhan keperawatan. Melalui evaluasi mendalam dan
pemecahan masalah yang cermat, perawat dapat mengidentifikasi potensi
risiko dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Dengan
demikian, berpikir kritis menjadi inti dari pendekatan keperawatan yang
proaktif dan berorientasi pada kebaikan pasien serta keamanan diri
sendiri.

2. Tujuan dari berpikir kritis dalam keperawatan


Berfikir kritis adalah suatu keterampilan intelektual yang sangat penting
sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan. Hal ini
merupakan fondasi dari kebijaksanaan perawat dalam mengevaluasi dan
menyusun pemahaman terhadap situasi kesehatan klien. Berfikir kritis
dalam konteks keperawatan melibatkan pengujian berbagai alasan secara
rasional sebelum mengambil keputusan.
Keterampilan berfikir kritis memungkinkan perawat untuk:
a. Menilai Informasi:
- Mengidentifikasi dan menilai informasi yang relevan dalam konteks
kesehatan klien.
- Menganalisis dengan seksama data yang terkumpul dari berbagai
sumber untuk mendapatkan gambaran yang holistik.
b. Mengambil Keputusan yang Terinformasi:
- Merumuskan keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang
mendalam terhadap kondisi kesehatan klien.
- Memastikan bahwa setiap keputusan bersifat terinformasi, rasional,
dan sesuai dengan standar keperawatan yang berlaku.
c. Mengantisipasi dan Mencegah Risiko:
- Mengidentifikasi potensi risiko atau komplikasi melalui evaluasi kritis.
- Mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan.
d. Mengembangkan Rencana Perawatan yang Optimal:
10

- Merancang rencana perawatan yang spesifik dan efektif berdasarkan


evaluasi kritis terhadap kebutuhan kesehatan klien.
- Memastikan bahwa rencana perawatan mencakup intervensi yang
relevan dan tepat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis dalam keperawatan


Faktor-faktor yang memengaruhi penerapan berpikir kritis perawat di
rumah sakit melibatkan berbagai aspek yang mencakup kondisi fisik,
motivasi, kecemasan, perkembangan intelektual, perasaan,
kebiasaan/rutinitas, konsistensi, dan pengalaman perawat. Pengaruh dari
setiap faktor ini dapat membentuk cara perawat melibatkan dan
menerapkan berpikir kritis dalam konteks rumah sakit. Berikut adalah
analisis lebih rinci terhadap setiap faktor:
a. Kondisi Fisik:
- Kesehatan fisik perawat dapat memengaruhi kemampuannya untuk
fokus dan terlibat dalam berpikir kritis.
- Kondisi fisik yang baik dapat mendukung perawat dalam memberikan
asuhan yang optimal dan merespon situasi kesehatan dengan efektif.
b. Motivasi:
- Tingkat motivasi perawat dapat memengaruhi sejauh mana mereka
berkomitmen untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
- Motivasi yang tinggi dapat mendorong perawat untuk terus belajar dan
menghadapi tantangan dengan sikap proaktif.
c. Kecemasan:
- Tingkat kecemasan perawat dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk berpikir kritis dalam situasi yang menuntut.
- Mengelola kecemasan dengan efektif dapat membantu perawat tetap
tenang dan fokus dalam mengambil keputusan.
d. Perkembangan Intelektual:
- Tingkat pendidikan dan perkembangan intelektual perawat dapat
memainkan peran dalam kemampuan mereka untuk menerapkan berpikir
kritis.
- Pendidikan yang terus-menerus dapat memperluas pemahaman
perawat terhadap prinsip-prinsip kesehatan dan keperawatan.
e. Perasaan:
- Aspek emosional perawat dapat mempengaruhi cara mereka
merespons dan menerapkan berpikir kritis.
- Memahami dan mengelola emosi dengan baik dapat meningkatkan
kemampuan perawat dalam pengambilan keputusan.

C. Teori Proses Keperawatan


Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons
11

unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan
yang dialami, baik actual maupun potensial.

Salah satu teori keperawatan menurut ali yang saya ambil adalah Teori
keperawatan menurut Orlando yaitu Teori proses keperawatan Orlando, yang
dikembangkan oleh Ida Jean Orlando, dikenal sebagai teori interaksi keperawatan.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan hasil positif atau meningkatkan kemampuan
pasien dengan fokus pada interaksi antara perawat dan pasien. Berikut beberapa
poin utama dalam teori ini:

a. Definisi Fungsi Keperawatan:


Orlando menekankan bahwa fungsi utama dari keperawatan adalah
membantu pasien memenuhi kebutuhan dasarnya. Perawat harus terlibat
dalam tindakan langsung untuk memahami dan memenuhi kebutuhan pasien.
b. Model Teori Orlando:
Orlando memberikan kerangka kerja untuk perawat dalam melaksanakan
praktik keperawatan. Teorinya membantu perawat untuk lebih memahami dan
merespon kebutuhan pasien dengan cara yang efektif.
c. Kerjasama dengan Pasien:
Salah satu poin penting dalam teori ini adalah bahwa perawat tidak dapat
berasumsi sendiri terhadap kebutuhan pasien. Perawat harus menjalani
kerjasama dengan pasien untuk memastikan bahwa kebutuhan pasien
dipahami dan terpenuhi.
d. Identifikasi Kebutuhan Dasar Pasien:
Disiplin proses keperawatan dalam teori Orlando bertujuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan dasar pasien. Ini termasuk kebutuhan fisik,
emosional, dan sosial. Dengan mengidentifikasi kebutuhan ini, perawat dapat
merancang intervensi yang sesuai.
e. nteraksi Perawat-Pasien:
Teori ini menekankan pentingnya interaksi langsung antara perawat dan
pasien. Dalam proses keperawatan, perawat harus mengobservasi,
berkomunikasi, dan merespon dengan cepat terhadap sinyal dan kebutuhan
pasien.

Menururt Orlando ada 5 tahap proses keperawatan (Orlando, 1962) yaitu


ADPIE, yaitu Assessment (Pengkajian), Diagnosis (Diagnosis Keperawatan),
Planning (Perencanaan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation
(Evaluasi).Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk setiap tahap:

a. Assessment (Pengkajian):
- Perawat mengumpulkan data secara menyeluruh (holistik) tentang
kebutuhan pasien.
- Menggunakan kerangka/format keperawatan untuk mencatat data subjektif
(keluhan pasien) dan objektif (data pengukuran dan observasi).
12

- Pengkajian mencakup berbagai aspek, termasuk fisik, emosional, sosial,


dan lingkungan.
b. Diagnosis (Diagnosis Keperawatan):
- Perawat menilai data dan menentukan diagnosis keperawatan,
mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- Menentukan penyebab masalah, faktor terkait, dan faktor risiko yang
mungkin mempengaruhi keadaan kesehatan pasien.
c. Planning (Perencanaan):
- Perawat merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
yang telah diidentifikasi.
- Setiap masalah memiliki tujuan dan capaian yang diinginkan.
- Menetapkan rencana keperawatan yang melibatkan intervensi spesifik
untuk mencapai tujuan.
d. mplementation (Implementasi):
- Perawat melaksanakan rencana keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
- Melibatkan tindakan langsung terhadap pasien, termasuk memberikan
perawatan fisik, memberikan edukasi, dan mendukung kebutuhan emosional
pasien.
e. Evaluation (Evaluasi):
- Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang telah
ditetapkan.
- Jika tujuan tercapai, asuhan keperawatan mungkin dapat diakhiri atau
disesuaikan.
- Jika tidak tercapai, perawat dapat merevisi rencana keperawatan atau
menetapkan tujuan baru.
- Jika ditemukan masalah baru, perawat akan memulai kembali proses
untuk masalah tersebut.

Menurut Orlando, keperawatan terdiri dari 3 konsep metaparadigma dalam proses


keperawatan yaitu manusia,kesehatan,dan keperawatan.
1. Manusia:

Ida Jean Orlando-Pelletier mengarahkan perhatiannya pada konsep manusia


dalam konteks praktik keperawatan dengan menyoroti individualitas dan sifat
dinamis dari hubungan perawat-pasien. Menurut pandangannya, manusia
dianggap sebagai entitas yang memerlukan perhatian dan fokus yang intensif
dalam praktik keperawatan. Pemahaman mendalam terhadap individualitas
pasien menjadi landasan bagi perawat untuk memberikan asuhan yang sesuai
dengan kebutuhan unik setiap individu.

2. Kesehatan:
Dalam teori Orlando, kesehatan ditempatkan sebagai rasa tidak berdaya yang
menjadi pendorong untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti menyusui. Orlando
13

menyatakan bahwa keperawatan berkaitan dengan individu yang merasa tidak


berdaya dan membutuhkan bantuan. Dengan menekankan aspek
ketidakberdayaan, teorinya memberikan dasar bagi perawat untuk fokus pada
upaya-upaya membantu pasien yang mengalami ketidakberdayaan,
mengarahkan perhatian pada kebutuhan mendesak mereka.

3. Lingkungan:
Dalam teorinya, Ida Jean Orlando sepenuhnya mengabaikan aspek lingkungan.
Fokus utamanya tertuju pada kebutuhan mendesak pasien dan interaksi antara
perawat dan pasien. Dalam konsepnya, tidak ada penekanan pada dampak
lingkungan terhadap kesehatan pasien, dan tidak ada penjelasan mengenai
pengaruh lingkungan pada proses penyembuhan atau perawatan. Keluarga atau
kelompok juga tidak disebutkan dalam teorinya, menggambarkan pendekatannya
yang lebih terfokus pada hubungan perawat-pasien sebagai individu.

4. Keperawatan:
Ida Jean Orlando menggambarkan keperawatan sebagai suatu hal yang unik dan
mandiri dalam respons terhadap kebutuhan individu akan bantuan dalam situasi
mendesak. Pelayanan perawatannya dipandang sebagai upaya yang dilakukan
secara interaktif dan disiplin, yang memerlukan pelatihan khusus. Dengan
memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan unik, perawat diharapkan
dapat memberikan asuhan yang efektif dan sesuai dengan kondisi pasien,
dengan menempatkan fokus pada kebutuhan mendesak dan situasi interaktif.
D. Standar dari Proses Keperawatan

Standar praktek keperawatan mencerminkan suatu pernyataan yang merinci


standar kualitas yang diinginkan dalam memberikan layanan keperawatan kepada
klien, sebagaimana dijelaskan oleh Gillies (1989, h. 121). Fokus utama dari standar-
praktek keperawatan adalah klien, yang menjadi pusat perhatian dalam upaya
memberikan pelayanan yang optimal.Standar praktek ini berfungsi sebagai pedoman
evaluasi untuk memonitor dan menilai proses serta hasil pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada klien. Dengan memanfaatkan standar praktek, perawat dapat
mengevaluasi sejauh mana intervensi atau tindakan keperawatan yang telah
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Salah satu tujuan utama dari penerapan standar praktek keperawatan adalah
untuk memastikan bahwa setiap intervensi atau tindakan yang diberikan kepada
klien mematuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk
menjamin bahwa perawatan yang diberikan efektif, aman, dan sesuai dengan
norma-norma profesional keperawatan. Selain itu, standar praktek juga memberikan
dasar untuk mengevaluasi apakah klien berhasil mencapai tujuan yang diharapkan
melalui pelayanan keperawatan yang diberikan.Oleh karena itu, standar praktek
keperawatan tidak hanya berperan sebagai pedoman praktis bagi perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan, tetapi juga sebagai alat evaluasi yang penting
14

untuk memastikan kualitas dan keberhasilan pelayanan tersebut. Dengan


demikian,implementasi dan pemantauan standar praktek menjadi bagian integral
dari praktik keperawatan yang berkualitas.

1. Jenis-jenis dari standar keperawatan


a. Menurut ANA Tahun 1992
Standar I : Pengkajian. Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang
status kesehatan klien.

Kriteria pengukuran:
 Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-
kebutuhan klien saat ini.
 Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai .
 Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan.
 Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan.Data-
data yang relevan didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan
kembali.

Standar II: diagnosa. Perawat menganalisis data untuk menuntukan diagnosa

Kriteria pengukuran:
 Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.
 Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga
kesehatan bila memungkinkan.
 Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan
perawatan.

Standar III: Identifikasi hasil. Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara
individual pada klien.

Kriteria pengukuran:
 Hasil diambil dari diagnosa.
 Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur.
 Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat
klien dan petugas kesehatan.
 Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas klien saat
ini dan kemampuan potensial.
 Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang
tersedia bagi klien.
 Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian.
 Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan

Standar IV : Perencanaan. Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang


menggambarkan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan

Kritera pengukuran:
15

 Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kondisi


klien.
 Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-orang terdekat klien
dan petugas kesehatan.
 Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan sekarang
 Rencana tersebut didokumentasikan.
 Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan

Standar V : Implementasi. Perawat mengimplementasikan intervensi yang


diidentifikasi dari rencana keperawatan.

Kriteria pengukuran :
 Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat.
 Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat.
 Intervensi didokumentasikan

Standar VI : Evaluasi. Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi


dari rencana keperawatan.

Kriteria pengukuran:
 Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.
 Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.
 Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil.
 Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan digunakan untuk
merevisi diagnosa, hasil-hasil dan rencana perawatan untuk selanjutnya,
 Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan.
 Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam
proses evaluasi

b. Menurut DEPKES Tahun 1998

 Standar 1 : pengumpulan data tentang status kesehatan klien atau pasien


dilakukan secara sistematik dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh,
dikomunikasikan dan dicatat.
 Standar 2 : diagnosa keperawatan di rumuskan berdasarkan data status
kesehatan.
 Standar 3 : rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang dibuat
berdasarkan diagnosa keperawatan
 Standar 4 : rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan
pendekatan tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan
yang di ususn berdasarkan diagnosa keperawatan
 Standar 5 :tindakan keperawatan memberikan kesempatan klien atau
pasien untuk berpartisifasi dalam peningkatan, pemeliharaan, dan
pemulihan kesehatan.
 Standar 6 :tindakan keperawatan membantu klien atau pasien untuk
mengoptimalkan kemampuan untuk hidup sehat
 Standar 7 : ada tidaknya kemajuan dalam pencapaina tujuan ditentukan
oleh klien atau pasien dan perawat.
16

 Standar 8 : ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi


arah untuk melakukan pengkajian ulang, pengetaruran kembali urutan
priorits, penetapan tujuan baru dan perbaikan rencana asuhan
keperawatan.

c. Menurut PPNI Tahun1999

Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP


PPNI) tahun 1999, standar praktik keperawatan merupakan komitmen
professi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktik yang
dilakukan oleh anggota profesi.Di dalamnya terdapat penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang digunakan
sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kepeawatan diantarannya sebagai
berikut :

 Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan perhatian


padaupaya dan peningkatan kinerja perawat terhadap target pencapaian
tujuan.
 Meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi klien
sehinggadapat menekan biaya perawatan.
 Menjaga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
dimasyarakat, komunitas, kelompok dan keluarga.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Standar Keperawatan

Proses keperawatan merupakan elemen kritis dalam menjaga kelangsungan


hidup pasien dan mencakup aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitasi, serta
pencegahan dalam konteks perawatan kesehatan (Doenges, 2000). Proses ini
merupakan suatu pendekatan sistematis yang mencakup tahap-tahap seperti
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi untuk memberikan
perawatan yang holistik dan terfokus. Beberapa faktor mempengaruhi standar
praktek keperawatan, termasuk:

a. Kebutuhan Pasien:
Proses keperawatan harus responsif terhadap kebutuhan unik setiap pasien.
Kebutuhan ini mencakup aspek fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Standar
praktek keperawatan harus mampu memenuhi kebutuhan ini secara komprehensif.

b. Kualifikasi dan Pelatihan Perawat:


Kualitas pelayanan keperawatan sangat tergantung pada pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi perawat. Pelatihan yang baik dan pemahaman
mendalam terhadap prosedur serta praktik keperawatan yang terkini akan
memastikan bahwa standar praktek tetap tinggi.

c. Konteks Hukum dan Etika:


Standar praktek keperawatan juga dipengaruhi oleh kerangka hukum dan etika yang
mengatur profesi keperawatan. Perawat diharapkan untuk beroperasi dalam batas-
batas etis dan hukum yang telah ditetapkan.
17

d. Teknologi dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan:


Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan kesehatan dapat mempengaruhi
standar praktek keperawatan. Perawat perlu terus mengikuti perkembangan baru
untuk memberikan perawatan yang mutakhir.

e.Komitmen terhadap Keselamatan Pasien:


Standar praktek keperawatan mencakup komitmen terhadap keselamatan pasien.
Perawat diharapkan untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan tidak
menyebabkan risiko tambahan bagi pasien.

f. Ketersediaan Sumber Daya:


Ketersediaan sumber daya, termasuk peralatan medis dan personel, dapat
membatasi atau memfasilitasi kemampuan perawat dalam mencapai standar praktek
keperawatan yang optimal

g. Kolaborasi Tim Kesehatan:


Kerjasama dan kolaborasi yang baik antara anggota tim kesehatan, termasuk dokter,
perawat, dan profesional kesehatan lainnya, sangat penting untuk mencapai standar
praktek keperawatan yang efektif dan terkoordinasi.

3. Tujuan Standar Keperawatan

Standar praktek keperawatan ditetapkan dengan tujuan utama untuk


meningkatkan kualitas asuhan kesehatan yang diberikan, dengan memfokuskan
kegiatan perawat pada usaha pelayanan yang memenuhi kriteria pelayanan yang
diharapkan. Penetapan standar ini membawa manfaat bagi berbagai pihak,
termasuk perawat, rumah sakit atau institusi kesehatan, klien, profesi keperawatan,
dan tenaga kesehatan lainnya, dengan rinciannya sebagai berikut:

a. Meningkatkan Kualitas Pelayanan:


Standar praktek keperawatan bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dengan memberikan landasan untuk asuhan yang sesuai dengan norma-
norma dan kriteria pelayanan yang diharapkan.

b. Memberikan Panduan Praktis:


Standar praktek memberikan panduan praktis bagi perawat dalam melaksanakan
tugas sehari-hari, mencakup prosedur klinis, etika profesi, dan aspek-aspek lain
terkait praktik keperawatan.

c.Menjamin Keselamatan Pasien:


Keselamatan pasien menjadi fokus utama standar praktek, dengan harapan dapat
meminimalkan risiko dan menjaga keselamatan pasien selama proses perawatan.

d. Mendukung Pembelajaran dan Pengembangan Profesional:


Standar praktek mendukung pembelajaran dan pengembangan profesional
perawat, memberikan dasar untuk peningkatan kompetensi, pelatihan lanjutan, dan
pengembangan keterampilan dalam praktik keperawatan.

e. Memberikan Jaminan Kepuasan Pasien:


18

Penerapan standar praktek diharapkan dapat menciptakan kepuasan pasien


dengan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

4. Langkah-Langkah Penyusunan Standar Keperawatan


Penyusunan standar praktek keperawatan merupakan suatu proses yang
membutuhkan waktu dan perencanaan yang matang. Langkah-langkah yang perlu
ditempuh dalam penyusunan standar praktek keperawatan, seperti yang diuraikan
oleh Dewi Irawaty (1996, h.9), adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Komite (Tim Penyusun):
- Langkah awal adalah menentukan komite atau tim penyusun standar praktek
keperawatan. Komite ini harus terdiri dari individu yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam keperawatan, serta representasi yang luas dari berbagai
tingkatan perawatan.
b. Menentukan Filosofi dan Tujuan Keperawatan:
- Komite perlu menetapkan filosofi dan tujuan keperawatan yang akan menjadi
dasar dari standar yang akan disusun. Filosofi dan tujuan ini harus mencerminkan
nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan tujuan pelayanan keperawatan yang diinginkan.
c. Menghubungkan Standar dengan Teori Keperawatan:
- Standar praktek keperawatan perlu terkait erat dengan teori keperawatan yang
diakui dan digunakan. Pengintegrasian standar dengan teori memberikan dasar
ilmiah yang kuat dan memberikan arahan yang sesuai dengan praktik keperawatan.
d. Menentukan Topik dan Format Standar:
- Pemilihan topik dan format standar merupakan langkah penting. Komite harus
menentukan ruang lingkup dan topik standar praktek keperawatan yang ingin
mereka susun. Format standar perlu dirancang agar mudah dipahami, diterapkan,
dan dievaluasi.
e. Pengumpulan dan Analisis Data:
- Proses penyusunan standar melibatkan pengumpulan dan analisis data terkait
praktik keperawatan. Data ini dapat mencakup hasil penelitian, kebijakan kesehatan,
panduan nasional dan internasional, serta masukan dari para praktisi keperawatan.
f. Pengembangan Draft Standar:
- Berdasarkan hasil analisis data dan diskusi dalam tim, komite dapat
mengembangkan draft standar praktek keperawatan. Draft ini perlu disusun secara
sistematis dan mencakup semua aspek yang relevan.
g. Validasi dan Review:
- Draft standar perlu divalidasi dan direview oleh pihak-pihak terkait, termasuk
praktisi keperawatan, manajemen rumah sakit atau institusi kesehatan, serta pihak
terkait lainnya. Feedback dari berbagai pihak dapat membantu memperbaiki dan
menyempurnakan standar.
h. Pengesahan dan Implementasi:
- Setelah melalui proses validasi dan revisi, standar praktek keperawatan perlu
diresmikan dan diumumkan. Implementasi standar ini memerlukan komunikasi yang
efektif, pelatihan bagi para perawat, dan pemantauan terus-menerus untuk
memastikan kepatuhan.

E. Pengertian Implikasi Keperawatan


Implikasi proses keperawatan merujuk pada konsekuensi atau dampak yang
timbul dari penerapan proses keperawatan dalam praktik sehari-hari perawat.
19

Proses keperawatan merupakan suatu pendekatan sistematis yang mencakup


pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi untuk memberikan
asuhan keperawatan yang holistik dan terfokus pada kebutuhan pasien.

Beberapa implikasi dari penerapan proses keperawatan melibatkan berbagai


aspek, antara lain:

1. Kualitas Asuhan Kesehatan:


Penerapan proses keperawatan dapat meningkatkan kualitas asuhan kesehatan
yang diberikan kepada pasien. Pendekatan yang terstruktur dan sistematis
membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

2. Keselamatan Pasien:
Proses keperawatan membantu perawat dalam mengidentifikasi risiko dan
mengimplementasikan tindakan preventif untuk memastikan keselamatan pasien.
Evaluasi yang berkesinambungan juga memungkinkan perawat untuk memantau
dan merespons perubahan kondisi pasien dengan cepat.

3. Keterlibatan Pasien:
Dengan melibatkan pasien dalam proses keperawatan, implikasinya adalah
terciptanya keterlibatan pasien yang lebih aktif dalam mengambil keputusan terkait
perawatan mereka. Ini dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan memotivasi
mereka untuk mengambil peran aktif dalam pemeliharaan kesehatan mereka.

4. Efisiensi Pelayanan:
Proses keperawatan memberikan kerangka kerja yang terstruktur untuk
perencanaan dan pelaksanaan asuhan kesehatan. Dengan demikian, penerapan
proses keperawatan dapat meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan.

5. Pengembangan Profesional:
Penerapan proses keperawatan memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang
memadai dari perawat. Ini menciptakan implikasi positif terhadap pengembangan
profesional perawat, termasuk pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan
pasien dan evolusi praktik keperawatan.

6. Kepatuhan pada Standar Profesional:


Proses keperawatan membantu perawat untuk mematuhi standar profesional dalam
praktik mereka. Ini mencakup kepatuhan terhadap etika profesi, pedoman klinis, dan
standar pelayanan kesehatan yang berlaku.

7. Evaluasi dan Penyesuaian:


Proses keperawatan membawa implikasi terhadap evaluasi yang berkelanjutan
terhadap tindakan dan hasil perawatan. Hal ini memungkinkan perawat untuk
melakukan penyesuaian yang diperlukan sesuai dengan perubahan kondisi atau
respons pasien.
20

Jenis-jenis implikasi keperawatan


Implikasi keperawatan dapat memiliki berbagai jenis dan dampak, tergantung pada
konteks dan tahap-tahap proses keperawatan. Berikut adalah beberapa jenis
implikasi keperawatan yang mungkin muncul:

1.Implikasi Klinis:
- Berkaitan dengan dampak proses keperawatan terhadap perubahan klinis pada
pasien. Ini melibatkan peningkatan kondisi kesehatan pasien, pengelolaan gejala,
dan perubahan positif dalam parameter kesehatan yang dapat diukur.

2.Implikasi Psikososial:
- Melibatkan dampak perawatan terhadap aspek psikologis dan sosial pasien. Ini
mencakup peningkatan kesejahteraan mental, dukungan emosional, dan integrasi
sosial yang lebih baik.

3.Implikasi Edukasi Pasien:


- Dampak perawatan terhadap pemahaman pasien terhadap kondisinya dan
kemampuannya dalam mengelola kesehatan mereka sendiri. Ini melibatkan
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan partisipasi pasien dalam perawatan
diri.

4. Implikasi Keamanan Pasien:


- Terkait dengan dampak perawatan terhadap keselamatan pasien. Ini mencakup
identifikasi dan pengelolaan risiko, pencegahan komplikasi, dan kepatuhan terhadap
standar keamanan pasien.

5. Implikasi Kualitas Pelayanan:


- Melibatkan dampak perawatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Ini mencakup efektivitas, efisiensi, dan kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan.

6. Implikasi Profesionalisme Perawat:


- Dampak penerapan proses keperawatan terhadap praktik profesional perawat. Ini
mencakup pemahaman dan penerapan etika, standar profesi, dan tanggung jawab
perawat dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.

7. Implikasi Pengembangan Keterampilan Perawat:


- Terkait dengan dampak penerapan proses keperawatan terhadap
pengembangan keterampilan dan kompetensi perawat. Ini melibatkan peningkatan
dalam pengambilan keputusan klinis, manajemen waktu, dan keterampilan
komunikasi.

8. Implikasi Penelitian Keperawatan:


- Dampak proses keperawatan terhadap pengembangan pengetahuan dan
evidensi dalam bidang keperawatan. Ini melibatkan kontribusi terhadap penelitian
keperawatan, perbaikan praktik berdasarkan bukti, dan inovasi dalam pelayanan
kesehatan.

9. Implikasi Biaya dan Efisiensi:


21

- Berkaitan dengan dampak proses keperawatan terhadap biaya dan efisiensi


pelayanan kesehatan. Ini mencakup pengelolaan sumber daya dengan efektif,
pencegahan biaya tambahan, dan optimalisasi hasil kesehatan dengan biaya yang
wajar.

4 macam perawat sebagai implikasi, yaitu sebagai berikut


1. Implikasi Perawat sebagai Eduktor:
- Dalam peran sebagai edukator, perawat memiliki dampak besar pada
peningkatan pengetahuan dan pemahaman pasien terkait kondisi kesehatan,
pengelolaan penyakit, dan perawatan diri. Implikasi dari perawat sebagai edukator
melibatkan:
 Kemandirian Pasien: Peningkatan keterampilan dan pengetahuan pasien
yang diberikan oleh perawat sebagai edukator dapat meningkatkan
kemandirian pasien dalam mengelola kesehatan mereka sendiri.
 Pencegahan dan Promosi Kesehatan: Edukasi yang baik dapat
mempengaruhi perilaku preventif dan promosi kesehatan, mengarah pada
gaya hidup yang lebih sehat dan pencegahan penyakit.

2. Implikasi Perawat sebagai Pelayan Kesehatan:


- Dalam peran sebagai pelayan kesehatan, perawat memiliki implikasi yang
mencakup:
 Peningkatan Kualitas Asuhan: Dalam memberikan pelayanan kesehatan
secara langsung, perawat berkontribusi pada peningkatan kualitas asuhan
kesehatan yang diberikan kepada pasien.
 Keterlibatan Pasien: Dengan menjadi penyedia langsung perawatan,
perawat dapat membangun hubungan yang kuat dengan pasien,
meningkatkan kepercayaan, dan meningkatkan keterlibatan pasien dalam
proses perawatan.

3. Implikasi Kombinasi Peran sebagai Eduktor dan Pelayan Kesehatan:


- Banyak kasus di mana perawat harus memadukan peran sebagai edukator dan
pelayan kesehatan. Implikasi dari kombinasi kedua peran ini mencakup:
 Peningkatan Kepatuhan: Edukasi yang baik, terutama ketika terintegrasi
dengan pelayanan langsung, dapat meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap rencana perawatan.
 Penurunan Komplikasi: Dengan memberikan informasi yang memadai dan
melakukan pemantauan terhadap pasien, perawat dapat membantu
mengurangi risiko komplikasi dan perburukan kondisi kesehatan.

4. Implikasi Pengembangan Profesional:


- Kombinasi peran sebagai edukator dan pelayan kesehatan dapat membawa
implikasi pada pengembangan profesional perawat:
 Pengembangan Keterampilan Komunikasi: Perawat perlu
mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik untuk berhasil dalam
kedua peran ini, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan
profesional mereka.
 Penyegaran Pengetahuan: Dalam peran edukator, perawat perlu terus
memperbarui pengetahuan mereka untuk memberikan informasi terkini
dan akurat. Hal ini mendukung pertumbuhan profesional mereka.
22

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

 Proses keperawatan merupakan suatu pendekatan terstruktur dan


terorganisasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang difokuskan
pada tanggapan dan respons unik individu terhadap gangguan
kesehatan, baik aktual maupun potensial. Tujuannya mencakup
mengidentifikasi kebutuhan kesehatan klien, menentukan prioritas,
memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang
diharapkan.
 Sifat-sifat dari proses keperawatan mencakup dinamis, siklik,
interdependen, dan fleksibel. Dinamis menggambarkan perlunya
adaptasi terhadap perubahan, sementara siklik menyoroti sifat
berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Interdependen
menekankan keterkaitan erat antar-tahap, dan fleksibel mencerminkan
kemampuan proses keperawatan untuk beradaptasi dengan kondisi
yang berubah.
 Langkah-langkah dalam proses keperawatan, mulai dari pengumpulan
informasi hingga evaluasi kemajuan, membentuk kerangka kerja
sistematis. Ini melibatkan penentuan diagnosa keperawatan,
identifikasi hasil yang diukur, pengembangan intervensi yang spesifik,
dan evaluasi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
 Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan suatu proses analisis
mendalam untuk merespons peristiwa atau pemecahan masalah
dengan tujuan mencapai hasil berpikir yang baik
 Tujuannya adalah menghasilkan keputusan terinformasi, mencegah
risiko, dan mengembangkan rencana perawatan yang optimal.
 Faktor-faktor seperti kondisi fisik, motivasi, kecemasan, perkembangan
intelektual, perasaan, kebiasaan, konsistensi, dan pengalaman
mempengaruhi penerapan berpikir kritis perawat.
 Standar praktek ini berfungsi sebagai pedoman evaluasi untuk
memonitor dan menilai proses serta hasil pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien
 4 macam perawat sebagai implikasi yaitu perawat sebagai eduktor,
implikasi perawat sebagai pelayanan kesehatan, kombinasi peran
peran perawat dakam eduktor dan pelayanan kesehatan, dan implikasi
pengembangan profesional
2. Saran

Dari makalah yang saya buat ini tentunya para teman-teman perawat yng
membaca dapat memahami isi makalah saya ini terkait dengn proses keperawatan
sampai tentang implikasi keperawatan dimana materi ini salah satu materi terpenting
dalam dunia keperawatan. Dan makalah yang saya buat sangat jauh dari kata
sempurna dan saya harapkan kritik dan saran bagi ibuk dosen dan teman-teman
semua yang membacanya
23

DAFTAR PUSTAKA

http://www.jurnal.poltekkes-
kemenkesbengkulu.ac.id/index.php/jkr/article/download/394/231

Prasasti Wahyu Dhian. 2012 . "Proses keperawatan ". Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP: 2009

https://www.pakmantri.com/2020/04/teori-keperawatan-ida-jean-orlando.html

https://id.scribd.com/document/323500305/Implikasi-Keperawatan

https://www.pakmantri.com/2020/04/teori-keperawatan-ida-jean-orlando.html

https://gustinerz.com/teori-proses-keperawatan-oleh-ida-jean-orlando/

Anda mungkin juga menyukai