Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MODEL BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Proses Keperawatan Dan Berpikir
Kritis

DISUSUN OLEH:
1. Adzra Nur Rizqiyah (23020231)
2. Amanda Zheliyanti (23020224)
3. Khanaya Naswa.A. (23020212)
4. Rijki Restu Putra (23020241)

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S.Kep., M.Kep.

KELAS:
TINGKAT 1 D KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YATSI MADANI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. telah memberikan rahmat,
hidayah, serta kesehatan kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Makalah yang berjudul “Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan” ini disusun
berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis dari berbagai sumber, sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan baik.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah “Proses
Keperawatan Dan Berpikir Kritia”. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
informasi serta menambah wawasan kepada teman-teman atau pembaca. Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini karena berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT. dan
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi yang dipersentasikan maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu kita dengan terbuka menerima kritik
dan saran dari Ibu Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S.Kep., M.Kep. guna
penyempurnaan makalah ini.

Tangerang, 21 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Definisi Berfikir Kritis................................................................................................5
2.2 Tingkat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan...............................................................5
2.3 Model Berpikir Kritis..................................................................................................6
2.3.1 Model Berfikir Kritis Untuk Pengambilan Keputusan Klinis..............................6
2.3.2 Model Berfikir Kritis Knowing How You Think.................................................11
2.4 Karakterisktik Berfikir Kritis....................................................................................12
2.4.1 Disposisi Berfikir Kritis.....................................................................................13
2.4.2 Karakteristik Intelektual.....................................................................................13
2.4.3 Budaya Berfikir..................................................................................................14
2.4.4 Karakteristik Perawat dalam keterampilan berfikir...........................................15
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis..................................................17
2.5.1 Faktor Individu...................................................................................................17
2.5.2 Faktor Situasi.....................................................................................................19
2.6 Manfaat Dan Hambatan Berpikir Kritis....................................................................19
2.6.1 Manfaat Berfikir Kritis.......................................................................................19
2.6.2 Hambatan Berfikir Kritis....................................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................................21
3.2 Saran..........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencangkup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan, berpikir kritis
merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses
belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang. Selain itu juga, membahas tentang
komponen berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan, dan kreatifitas
dalam berpikir kritis.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitad tinggi memerlukan


disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulanh, oposisi, tantangan dan dukungan. Berpikir
kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan
cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi
contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan suatu upaya bagaimana perawat bisa
berpikir secara sistematis dan mengaplikasikan standard intelectual untuk menganalisis
proses berpikir. Berpikir kritis bagi seorang perawat sangatlah penting untuk
mempertanggung jawabkan profesionalisme. Berpikir ktitis sangat penting untuk melakukan
suatu praktik keparawatan yang disiplin, berkompeten, dan aman. Perawat dalam
melaksanakan tugasnya harus memiliki banyak pengetahuan apabila seorang perawat tidak
bisa untuk berpikir kritis maka suatu tugas yang akan dilakukan akan tidak cepat selesai.
Karena berpikir kritis tersebut adalah suatu proses yang statis, tetapi selalu berubah seiring
berjalannya waktu secara konstan dan dinamis setiap harinya atau setiap waktu. Oleh karena
itu tindakan keperawatan sangan membutuhkan yang namanya proses berpikir kritis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis?

3
b. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam keperawatan?
c. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan?
d. Apa saja komponen berpikir kritis dalam keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui manfaat berfikir kritis dalam keperawatan.
b. Dapat mengidentifikasi tentang berpikir kritis dalam keperawatan.
c. Dapat mengetahui komponen dari model berpikir kritis dalam keperawatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 Definisi Berfikir Kritis
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesenambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkayan pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan
konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar dan
kritis itu sendiri berbagai sudut pandang Berpikir kritis adalah proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pemikiran dan persepsi yang
dimana seseorang dituntut untuk menginterfensikan atau mengevaluasi suatu informasi untuk
mendapatkan suatu kesimpulan. Berfikir kritis digunakan perawat untuk mengikuti
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, penerapan profesionalisme, pengetahuan dan
keterampilan teknis dalam memberi asuhan keperawatan, jaminan yang terbaik bagi perawat
dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktivitas, mengambil keputusan, menggunakan
keterampilan berfikir, menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya,
menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan, pelaksanaan keperawatan.

Berpikir ktitis sangat penting untuk melakukan suatu praktik keparawatan yang
disiplin, berkompeten, dan aman. Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki
banyak pengetahuan apabila seorang perawat tidak bisa untuk berpikir kritis maka suatu tugas
yang akan dilakukan akan tidak cepat selesai. Karena berpikir kritis tersebut adalah suatu
proses yang statis, tetapi selalu berubah seiring berjalannya waktu secara konstan dan
dinamis setiap harinya atau setiap waktu. Oleh karena itu tindakan keperawatan sangan
membutuhkan yang namanya proses berpikir kritis. Pemikir kritis dalam tindakan
keperawatan merupakan seseorang yang mempunyai skill pengetahuan untuk menganalisis,
menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, dan memprediksi
yang akan terjadi.

1.5 Tingkat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Kaoka dan Saylor dalam Potter& Perry (2010), mengembangkan model berfikir kritis
yang meliputi tiga tingkat pemikiran kritis yaitu: pemikiran kritis dasar, pemikiran kritis
kompleks dan komitmen.
a. Pemikiran kritis dasar

5
Pemikiran kritis dasar adalah suatu tahap awal untuk mengembangkan suatu
penjelasan, belajar menerima berbagai opini dan nilai yang berbeda dari beberapa
ahli. Bagaimanapun juga tidak memiliki pengalaman, kompetensi yang lemah, dan
sikap yang tidak fleksibel akan mengurangi kemampuan seseorang untuk berpindah
ketahap berikutnya.
b. Pemikiran kritis kompleks
Pada pemikiran kritis kompleks, setiap solusi memiliki keuntungan dan resiko
masing-masing yang harus difikirkan dengan hati-hati sebelum menentukan
keputusan terakhir. Pemikiran kritis kompleks yang mempertimbangkan pilihan-
pilihan yang berbeda dari prosedur rutin jika terjadi situasi kompleks.
c. Komitmen
Pada tahap ini seseorang dapat mengantisipasi keadaan untuk menentukan
suatu pilihan tanpa bantuan orang lain apapun keputusan yang diambil akan
dipertanggung jawabkan.

1.6 Model Berpikir Kritis


1.6.1 Model Berfikir Kritis Untuk Pengambilan Keputusan Klinis

Berfikir kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat professional yang
kompeten. Kemampuan untuk berfikir kritis meningkatkan praktik klinik dan
mengurangi kesalahan pada penilaian klinis adalah visi dari praktik keperawatan (Di
Vito-Thomas, 2005 dalam Potter & Perry, 2009). Kataoka-Yahiro & Saylor (1994)
dalam Potter & Perry, (2009) mengembangkan model berfikir kritis dengan lima
komponen yaitu pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, berfikir kritis (dengan
pendekatan pada proses keperawatan), perilaku dan standar.
1) Pengetahuan Dasar Spesifik
Pengatahuan perawat bergantung pada pengalaman pendidikan, termasuk
pendidikan dasar perawat, kursus pendidikan berkelanjutan dan kuliah tambahan.
Pengetahuan dasar yang dibutuhkan oleh perawat antara lain teori ilmu dasar, rasa
kemanusiaan, ilmu perilaku dan keperawatan. Kedalaman dan luasnya
pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kemampuan untuk berfikir kritis
dalam menangani masalah keperawatan.

2) Pengalaman Keterampilan

6
Keperawatan merupakan sebuah disiplin ilmu yang menerapkan praktik
pengalaman belajar klinis diperlukan untuk memenuhi keterampilan membuat
keputusan klinis (Rocbe, 2002 dalam dalam Potter & Perry, 2009). Pada situasi
klinis perawat akan belajar mulai dari mengobservasi, merasakan, berbicara pada
klien dan keluarga serta merefleksikanya secara aktif. Dengan pengalaman
perawat akan memahami situasi klinis, mengenali pola kesehatan klien dan
menilai apakah pola tersebut berhubungan atau tidak dengan kesehatan klien.

3) Kompetensi
Setiap perawat yang menjalankan profesi keperawatan harus memiliki
kompetensi. Kompetensi yang dimaksud disini yaitu potensi yang terkait dengan
proses keperawatan. Perawat dapat menerapkan komponan model pemikiran
kritis pada setiap tahap proses keperawatan. Dengan menerapkan model
pemikiran kritis maka diharapkan perawatn dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas.

4) Perilaku
Terdapat 11 perilaku yang merupakan gambaran utama seorang pemikir
kritis (Paul, 1993 dalam Potter & Perry, 2009). Perilaku tersebut menggambarkan
bagaimana pendekatan seorang pemikir kritis yang berhasil dalam menyelesaikan
masalah. Dalam menyelesaikan suatu masalah perawat akan selalu ingin tahu.
Perilaku rasa ingin tahu meliputi kemampuan untuk mengenali adanya masalah
dan mencari data untuk mendukung kebenaran dari apa yang dipikirkan (Watson
dan Glaser, 1980 dalam Potter & Perry, 2009). Berfikir kritis merupakan acuan
bagaimana melakukan pendekatan terhadap masalah atau situasi pengambilan
keputusan. Bagian yang penting dalam pemikiran kritis adalah intervensi,
evaluasi dan membuat penilaian dari berbagai pendapat dan data yang ada.
a) Percaya Diri
Seseorang yang percaya diri maka akan memiliki kepastian dapat
menyelesaikan tugas/ tujuan seperti melakukan proses keperawatan atau
membuat keputusan diagnostic. Rasa percaya diri tumbuh seiring dengan
pengalaman dalam mengenai kekuatan dan keterbatasan. Fokus perawat
akan beralih dari kebutuhan diri sendiri manjadi kebutuhan klien (White,
2003 dalam dalam Potter & Perry, 2009). Saat perawat menunjukan rasa

7
percaya diri maka klien akan melihat dari cara perawat berkomunikasi dan
memberikan perawatan.
b) Berfikir Independen
Saat perawat akan memperoleh pengetahuan baru perawta belajar
untuk mempertimbangkan berbagai macam konsep dan ide sebelum
membentuk opini dan penilaian. Saat perawat berfikir independen perawat
melihat cara berfikir orang lain dan mencari jawaban yang logis dan
rasional untuk sebuah masalah. Berfikir independen merupakan langkah
pening dalam praktik berbasis bukti. Berfikir independen dan memberikan
penjelasana merupakan hal yang penting untuk kemajuan dan perluasan
praktik keperawatan (Potter & Perry, 2009). Perawat juga memberikan
perbaikan berorientasi pada diri sendiri, pasien dan system. Perbaikan
yang berorientasi kepada diri sendiri akan mengidentifikasi kebutuhan
belajar, mencari informasi baru dan menemukan cara untuk mengatasi
keterbatasi diri (Lefevre, 2004).

c) Keadilan
Seorang pemikir dapat mengatasi segala situasi dengan adil.
Perawat harus menunjukkan sifat terbuka dan berfikiran adil untuk
perawat dapat menunjukan toleransi jika ada sudut pandang yang berbeda.
Perawat juga harus mampu menunjukkan sikap empati kepada pasien
antara lain dengan cara mendengarkan dengan baik, menunjukkan
kemampuan untuk membanyangkan perasaan dan kesulitan orang lain
(Lefevre, 2004).

d) Tanggung Jawab dan Akuntabilitas


Saat perawat merawat klien, maka perawat bertangung jawab
untuk melakukan aktivitas keperawatan yang benar sesuai standar praktik.
Standar praktik adalah tingkatan minimum yang harus dipenuhi untuk
memastikan perawat yang berkualitas tinggi. Perawat professional
memiliki kompetensi dalam melakukan terapi keperawatan dan membuat
keputusan klinis untuk klien. Perawat juga harus bisa mempertangung
jawabkan semua hasil atas tindakan yang diberikan perawat kepada klien.

8
Perawat juga harus mengakui jika perawatan yang diberikan tidak efektif
(Perry & Potter, 2009).

e) Mengambil Resiko
Seorang pemikir kritis selalu mau mengambil resiko dalam
mencoba cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Kemauan
untuk mengambil resiko berasal dari pengalaman dalam mengatasi
masalah yang sama. Pada saat mengambil resiko selalu pertimbangkan
semua pilihan, menganalisis semua bahaya potensial terhadap klien
setelah itu ambil tindakan yang beralasan, logis dan baik ((Perry & Potter,
2009).

f) Disiplin
Pemikir yang disiplin hanya kehilangan sedikit detail dan akan
mengikuti aturan atau pendekatan yang sistematis pada saat mengambil
keputusan atau tindakan. Menjadi orang yang disiplin akan membantu kita
mengidentifikasi masalah lebih akurat dan dapat mengambil tindakan
yang sesuai (Perry & Potter, 2009).

g) Kegigihan
Seorang pemikir kritis diharuskan menemukan solusi yang efektif
bagi masalah klien. Hal ini diperlukan terutama bila masalah yang ada
belum dapat diselesaikan atau jika masalah yang sama timbul kembali.
Sifat gigih akan mendorong perawat untuk mencoba pendekatan lain agar
tetap dapat berkomunikasi sampai ia menemukan cara lain untuk
berkomunikasi dengan klien. Seorang pemikir kritis tidak pernah puas
dengan usaha yang minimal, tetapi selalu bekerja keras untuk mencapai
hasil yang maksimal dalam perawatan klien (Perry & Potter, 2009).

h) Kreatif
Kreatif meliputi pemikiran untuk menyelesaikan masalah dengan
solusi yang baru namun tetap sesuai standar keperawatan. Kreatifitas
adalah motivator yang akan menolong perawat untuk memikirkan segala

9
pilihan dengan pendekatan yang unik. Masalah klinis klien, dukungan dari
system sosial dan lingkungan tempat tinggal merupakan beberapa factor
yang menyebabkan perawatan menjadi lebih kompleks (Perry & Potter,
2009). Pemikir yang kreatif akan menawarkan dan pendekatan alternative,
dapat muncul dengan ide-ide yang berguna.
i) Rasa Ingin Tahu
Pada situasi klinis perawat akan belajar mengamati seluruh
informasi mengenai klien. memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan
memotivasi untuk mencari lebih jauh dan menyelidiki situasi klinis
sehingga akan mendapatkan seluruh informasi yang dapat membantu
dalam mengambil keputusan (Perry & Potter, 2009). Rasa igin tahu
perawat akan membuat perawat mencari alasan, kelejasan, makna dan
mencari informasi baru untuk memperluas pemahaman (Lifevre, 2004).

j) Integritas
Pemikir kritis selalu bertanya dan menguji pengetahuan dan
keyakinan dirinnya sendiri. Integritas pribadi sebagai perawat dapat
membangun kepercayaan dari rekan kerja atau perawat yang lain. Perawat
menghadapi banyak masalah dan dilemma dalam praktik klinis sehari-hari
dan semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Seseorang yang
memiliki integritas tinggi, akan jujur dan mau mengakui kesalahan dalam
perilaku, ide dan pemikiran (Perry & Potter, 2009).

k) Rendah Hati
Seseorang perlu untuk mengakui keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan diri sendiri. Pemikir kritis mengakui apa yang tidak
diketahui dan mencoba mencari pengetahuan yang diperlukan agar dapat
membuat keputusan yang tepat. Setiap perawat akan mempunyai keahlian
dalam bidang tertentu dalam praktik klinis dan mungkin juga ada perawat
yang masih pemula. Sebagai seorang pemula harus mengakui adanya
keterbatasan pengetahuan dan mau belajar dari senior. (Perry & Potter,
2009). Seorang perawat juga harus jujur dan tegas dalam mencari
kebenaran. Perawat juga hendaknya menjunjung tinggi standar, mau
mengakui kekurangan dalam pemikiran, hati-hati mempertimbangkan

10
makna data dan interaksi interpersonal, meminta umpan balik, mangoreksi
pemikiran sendiri, waspada terhadap potensi kesalahan oleh orang lain
dan diri sendiri serta menemukan cara untuk menghindari kesalah dimasa
depan (Lefevre, 2004).

5) Standar
Perawat dalam berfikir kritis sebaiknya memenuhi standar. Standar
untuk berfikir kritis dalam model pemikiran kritis meliputi standar intelektual
dan standar professional (Perry & Potter, 2009).
a) Standar Intelektual
Standar Intelektual merupakan petunjuk atau prinsip untuk berfikir
rasional (Paul, 1993 dalam Perry & Potter, 2009). menemukan 14 standar
intelektual yang diperlukan dalam berfikir kritis antara lain jelas, tepat,
spesifik, akurat, relevan, beralasan, konsisten, logis, dalam luas, lengkap,
signifikan, tercukupi dan adil. Saat melakukan asuhan keperawatan
gunakanlah standar intelektual seperti ketepatan, akurasi dan konsistensi
untuk memastikan bahwa keputusan klinis perawat telah benar.
Penggunaan standar intelektual dengan menyeluruh dalam praktik klinik
akan memastikan bahwa perawat tidak melakukan kesalah fatal dalam
pemikiran kritis.
b) Standar Profesional
Standar professional untuk pemikir kritis merujuk pada kriteria etik untuk
penilaian keperawatan, kriteria berdasarkan bukti untuk evaluasi dan
kriteria untuk tanggung jawab professional (Paul, 1993 dalam Perry &
Potter, 2009). Penerapan standar professional memerlukan penggunaan
pemikiran kritis baik secara individual maupun kelompok (Kataoka
Yahiro dan Sailor 1994 dalam Perry & Potter, 2009).

1.6.2 Model Berfikir Kritis Knowing How You Think

Rubenfeld & Scheffer (2007) mengembangkan model berfikir kritis pada


prakrik keperawatan yaitu Total Recall, Habits, Inguiry, New Ideas, Kreativity dan
Knowing How You Think yang disingkat THINK. Seorang perawat dikatakan dapat
berfikir kritis apabila dapat menggunakan semua model tersebut dalam setiap waktu.

11
1) Total Recall (Ingatan Total)
Kemampuan mengingat kembali merupakan kemampuan mengingat beberapa
fakta, dimana tempat dan bagaimana menemukan pengalamannya dalam memori
ketika dibutuhkan. Fakta-fakta keperawatan didapatkan berasal dari berbagai
sumber, baik dari kelas, buku, informasi dari klien atau sumber lainnya. Total
Recall sangat tergantung pada kemampuan memori otak. Kemampuan mengkaji
sangat penting karena dengan pengetahuan itu seseorang belajar dan
mengaplikasikannya dengan wawasan yang luas.
2) Habits (Kebiasaan)
Pola pikir yang diulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan baru yang secara
spontan dapat dilakukan. Hasil dari kebiasaan tersebut menjadi cara baru dalam
melakukan sesuatu pekerjaan. Proses berfikir dalam kebiasaan sudah tersusun
secara sistematis dan dapat berjalan mendekati otomatis tanpa banyak waktu
untuk mempertimbangkan penggunaan cara-cara baru dalam melakukan suatu
aktivitas tertentu.
3) Inguiry (Penyelidikan)
Merupakan suatu penemuan fakta melalui pembuktian dengan pengujian terhadap
suatu penting atau pertanyaan yang membutuhkan suatu jawaban. Penyelidikan
merupakan buah pemikiran pertama yang digunakan dalam memperoleh suatu
kesimpulan. Tahap pendidikan dalam praktik keperawatan sangat penting, dimana
perawat harus mampu berfikir dengan membandingkan dan menganalisis antar
informasi yang telah ditemukan dengan pengetahuan.
4) New Ideas and Creativity (Ide baru dan kreativitas)
merupakan ide-ide dan kreativitas yang menekankan bentuk berfikir yang sangat
khusus. Ide-ide baru dan kreativitas dasar perlu dikembangkan dalam
keperawatan, karena keperawatan memiliki banyak standar yang dapat menjamin
pekerjaan lebih baik, tetapi tidak selalu dapat dilakukan.
5) Knowing How You Think (Tau bagimana kamu berfikir)
Merupakan kemampuan pengetahuan kita tentang baimana kita berfikir. Model ini
dapat membantu perawat bekerja secara kolaborasi dengan profesi kesehatan lain.

12
1.7 Karakterisktik Berfikir Kritis
Menurut Facione, 1990 dalam Potter & Perry (2010), karakteristik berfikir kritis dapat
diuraikan sebagai berikut:

1.7.1 Disposisi Berfikir Kritis

1) Melihat Jelas (Truth Seeking)


Keberanian untuk mendapatkan pengetahuan dan memahami arti sebenarmya dari
suatu situasi, meskipun bertentangan dengan pendapat yang telah ada.
2) Berfikir Terbuka (Open Maindedness)
Toleransi terhadap pendapat lain, mengontol, fokus terhadap pendapat yang
menyimpang.
3) Berfikir Analitis (Analicity)
Analisis situasi yang berpotensi menjadi masalah, antisipasi kemungkinan hasil
atau konsekuensi, penjelasan bermakna menggunakan pengetahuan berdasarkan
bukti
4) Sistematis (Systematicity)
Berfikir terorganisir, fokus dan bekerja keras dalam tiap pekerjaan
5) Percaya Diri (Self Confidence)
Percaya terhadap penjelasan diri sendiri
6) Rasa ingin Tahu (Inquis itiveness)
Mempunyai keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan belajar menjelaskan
walaupun dalam penerapan tidak selalu baik.

1.7.2 Karakteristik Intelektual

1) Kerendahan Hati (Intelektual Humility)


Kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri sendiri, dengan bijak mengakui
kekurangan diri.
2) Keberanian (Intelektual Courage)
Kesadaran membutuhkan ide, keyakinan dan pandangan yang pada kenyataan
sulit diterima.
3) Empati (Intelektual Empathy)
Kesadaran untuk memahami orang lain
4) Kemandirian (Intelektual Autonomy)

13
Mempunyai control terhadap keyakinan, nilai dan kesimpulan sendiri dari
pemikiran sendiri.
5) Integritas (Intelektual Integrity)
Mengaplikasikan standar intelektual berfikir, melakukan sesuai standar dan bijak
mengakui kemungkinan kekurangan diri.
6) Keyakinan beralasan (Confidence Reason)
Keyakinan merupakan proses yang panjang, menggunakan pemikiran dan
keberanian untuk meyakini sesuatu berdasarkan suatu alasan yang telah dipelajari.
7) Tanpa prasangka (Fair Mindedness)
Kesadaran secara pribadi membutuhkan berbagai sudut pandang.
8) Dewasa
Bijaksana dalam melakukan sesuatu, meninjau ulang pernyataan, menyadari
berbagai solusi dapat diakui, menghargai kekurangan.

1.7.3 Budaya Berfikir

1) Kepercayaan (Confidence)
Memberikan jaminan terhadap suatu alasan
2) Pertimbangan (Contextual Perspective)
Selalu menimbang segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, hubungan, latar
belakang, lingkungan terkait dengan suatu kejadian.
3) Kreativitas (Creativity)
Kemampuan intelektual untuk menciptakan dan digunakan untuk menghasilkan,
menemukan atau memperbaiki suatu ide dalam membuat suatu pilihan.
4) Fleksibel (Flexibility)
Kemampuan beradaptasi, mengakomodasi, memodifikasi atau perubahan ide dan
perilaku.
5) Ingin tahu (Iquisitiveness)
keinginan tahuan dengan mencari pengetahuan dan berfikir memahami hasil
pengamatan dan mengali berbagai alternative yang memungkinkan.
6) Keutuhan (Intelektual integrity) Melihat kebenaran secara bersunguh-sunguh,
jujur dalam proses bahkan hasil berbeda dengan keyakinan.
7) Intuisi (Intution) pemahaman mendalam tentang pengetahuan tanpa menggunakan
alasan yang disadari.

14
8) Berfikir terbuka (Open Maindedness) Karakteristik suatu pendapat dengan
menerima perbedaan dari persepsi yang berbeda.
9) Terus menerus (Perseverance) Terus menerus mengejar pengetahuan dengan
berbagai hambatan.
10) Pemikiran mendalam (Reflection) Merenungkan subjek khususnya pendapat dan
berfikir lebih dalam untuk memahami dan mengevaluasi diri.

1.7.4 Karakteristik Perawat dalam keterampilan berfikir

1) Jenis Kelamin
Keperawatan sebagai profesi pada awalnya berasal dari Mother Instinct yang
menyatakan bahwa setiap wanita adalah perawat (Nightingale 1969, dalam
Walker, 2011). Rusmegawati, (2011) mendapatkan hasil penelitian jenis kelamin
perempuan lebih banyak dibadingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini juga
sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprisunadi (2011)
menyatakan bahwa profesi keperawatan lebih banyak perempuan dibandingkan
dengan laki-laki.
2) Usia
Usia produktif berada pada rentang 25-30 tahun yang merupakan awal individu
berkarir. Ericson (Dalam Crave & Hirnle, 2009) mengatakan salah satu
perkembangan dewasa muda (20-40 tahun) mempunyai tugas membangun
hubungan personal dan professional, mengembangkan kreaifitas serta
produktifitas dalam pekerjaan dan hubungan personal dan professional.
Kematangan individu dengan bertambahnya usia berhubungan erat dengan
kemampuan analisis terhadap permasalahan atau fenomena yang ditemukan
(Siagiaan, 2002) yang mengatakan bahwa umur mempunyai kaitan erat dengan
berbagai segi organisasi, kaitan umur dengan tingkat kedewasaan psikologis
menunjukkan kematangan dalam arti individu semakin bijaksana dalam
mengambil keputusan bagi kepetingan organisasi. Slamento (2003) menyatakan
bahwa kemampuan analisis akan berjalan sesuai dengan pertambahan usia,
sehingga seorang individu diharapkan dapat belajar untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan kematangan usia. Teori
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmegawati (2011) yang
menyatakan bahwa semakin bertambah usia perawat maka akan semakin
menunjukkan keterampilan dalam berfikir kritis.

15
3) Tingkat Pendidikan
Pendidikan profesional keperawatan dimulai dari jenjang pendidikan tinggi yaitu
program Diploma III seperti yang telah dijelaskan dalam kurikulum Nasional
pendidikan Keperawatan. Menurut Wilkinson pendidikan tinggi akan
meningkatkan kemampuan intektual, interpersonal dan tehikal yang dibutuhkan
oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Tingkat pendidikan
sangat mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan, semakin tinggi tingkat
pendidikan perawat semakin tinggi pula kemampuan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Siagiaan (2002), menyebutkan semakin tinggi pendidikan seseorang
maka kinerja akan semakin baik karena dengan bertambahnya keahlian ada
tuntutan untuk bekerja menjadi lebih baik terutama pada pendidikan yang
kejuruan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar keinginan untuk
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Aprisuadi (2011) dalam
penelitiannya mengatakan latar belakang pendidikan perawatan merukan hal yang
mendasari kemampuan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
4) Masa Kerja
Produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada keterampilan fisik saja tetapi
juga dipengaruhi oleh pengalaman dan lama kerja. Siagiaan (2002), menyebutkan
seorang pekerja yang sudah lama bekerja dalam suatu organisasi relative bekerja
lebih baik karena tidak lagi berfikir untuk pindah ketempat lain, sedangkan
pekerja yang lebih muda dan baru bekerja masih memikirkan dan merasa mudah
untuk pindah ketempat kerja yang lain. Semakin bertambah masa kerja seseorang
maka semakin bertambah pengalaman kerjanya sehingga pengalaman dan masa
kerja saling terkait. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Aprisunadi (2011)
yang mangatakan bahwa masa kerja memiliki kontribusi yang bermakna dalam
hubungan berfikir kritis dengan kualitas asuhan keperawatan.

Kemampuan berfikir ktitis tergambar pada seseorang dengan kriteria berdasarkan sintesis dari
tiga pendapat ahli tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Keberanian Intelektual
Kesadaran membutuhkan pengetahuan, ide, keyakinan dan pandangan meskipun
bertentangan dengan pendapat yang telah ada yang didasari kesadaran, keterbatasan
pengetahuan diri sendiri dan dengan bijak mengakui kekurangan diri.

16
b. Berpikiran Terbuka
Kesadaran dan toleransi untuk memahami pendapat dari sudut pandang yang berbeda.
c. Flekasibel
Kemampuan beradaptasi, mengakomodasi, memodifikasi atau perubahan ide dan
perilaku.

d. Berfikir Analitis
Menganalisis situasi yang berpotensi menjadi masalah, mengantisipasi kemungkinan
hasil atau konsekuensi, penjelasan berharga, menggunakan pengetahuan berdasarkan
bukti sebagai jaminan terhadap suatu alasan.
e. Sistematis (Systematicity)
Berfikir terorganisasi, fokus dan bekerja keras dalam tiap pekerjaan.
f. Percaya diri (Self Confidence)
Mempunyai control terhadap keyakinan, nilai dan kesimpulan sendiri dari pemikiran
sendiri.
g. Rasa ingin tahu (Inquistiveness)
Mempunyai keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan belajar menjelaskan
walaupun dalam penerapan tidak selalu baik, menggali berbagai alternative yang
memungkinkan.
h. Dewasa
Bijaksana dalam melakukan sesuatu, meninjau ulang pernyataan dari berbagai sudut
pandang, hubungan, latar belakang, lingkungan terkait dengan suatu kejadian.
Menyadari berbagai solusi yang dapat diakui, menghargai kekurangan.
i. Kreatifitas (Creativity)
Kemampuan intelektual untuk menciptakan dan digunakan untuk menghasilkan,
menemukan atau memperbaiki suatu ide dalam membuat suatu pilihan.
j. Intuisi (Intution)
Pemahaman mendalam tentang pengetahuan tanpa menggunakan alasan yang
disadari.
k. Pemikiran mendalam (Reflection)
Merenungkan subjek khususnya pendapat dan berfikir lebih dalam untuk memahai
dan mengevaluasi diri

17
1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis
Faktor-faktor yang menpengaruhi kemampuan berfikir kritis yang disampaikan oleh Alfaro-
Le Fevre, R. (2004) adalah faktor individu dan situasi sebagai berikut:

1.8.1 Faktor Individu

Faktor individu yang mempengaruhi kemampuan berfikir kritis adalah:

1) Perkembangan moral dan berfikir jujur


Ada hubungan yang positif antara perkembangan moral, berfikir jujur dan berfikir
kritis. Seseorang dengan perkembangan moral yang 30 matang akan berfikir jelas,
penalaran hati-hati terhadap apa yang benar, salah dan jujur lebih baik dari pada
berfikir kritis.
2) Usia
Usia berhubungan dengan kemampuan berfikir kritis, semakin bertambah usia
semakin meningkat kemampuan berfikir kritis, hal ini disebabkan semakin bertambah
usia biasanya seseorang semakin matang dan semakin bertambah usia seseorang
mempunyai banyak peluang pengalaman dalam berbagai situasi (Alfaro-Le Fevre,R.
(2004)
3) Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri dapat membantu individu berfikir kritis. Tetapi bila percaya diri
berlebihan akan menghambat kemampuan berfikir kritis, karena tidak mau belajar
dari orang lain.
4) Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan membuat emosi bekerja secara positif
dan meningkatkan berfikir kritis. Sebagaimana sesuatu mempengaruhi fikiran kita
tetapi kita sering tidak menyadari besarnya kekuatan emosi yang mempengaruhi.
5) Keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif
Keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif merupakan dasar berfikir kritis
untuk memahami orang lain, saling mempercayai untuk mendapatkan fakta terkait
dengan alasan dalam pemikiran kritis. Komunikasi bukan hanya sekedar berbicara
dan mendengarkan tetapi memahami komunikasi bahasa tersirat.
6) Budaya evaluasi

18
Budaya evaluasi merupakan kebiasaan yang dilakukan segera menguji segala sesuatu
secara akurat, lengkap dan berdasarkan data terbaru untuk dapat segera mengoreksi
kesalahan.
7) Pengalaman yang lalu
Pengalaman dapat menjadi faktor yang meningkatkan berfikir kritis tetapi dapat juga
menghambat bila mempunyai pengalaman yang buruk. Pengalaman kerja seseorang
menentukan bagaimana seseorang perawat manjalankan fungsinya sehari-hari, karena
semakin lama perawat bekerja maka akan semakin terampil dan berpengalaman
dalam menghadapi masalah dalam pekerjaannya.
8) Keterampilan menulis, membaca dan belajar efektif
Keterampilan menulis efektif membuat individu belajar menerapkan prinsip-prinsip
berfikir kritis dengan mengidentifikasi pendekatan terorganisir, menentukan apa yang
sesuai dan focus sudut pandang yang berbeda. Keterampilan membaca dan belajar
efektif merupakan cara belajar bagaimana membaca efesien, mengidentifikasi hal-hal
yang penting dan mengambarkan kesimpulan tentang materi yang dibaca.

1.8.2 Faktor Situasi

Faktor situasi yang mempengaruhi kemampuan berfikir kritis meliputi:


1) Kecemasan, Stress dan kelelahan
Kecemasan, stress dan kelelahan menguras energi otak membuat sulit berkonsentrasi,
tetapi kecemasan pada tingkat rendah dapat meningkatan berfikir kritis karena
memotivasi untuk selalu siaga.
2) Pengetahuan faktor terkait
Semakin banyak individu mengetahui faktor terkait akan membantu meningkatkan
berfikir kritis, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin kritis, logis
dan sistematis cara berfikir sehingga meningkat pula kualitas kerjanya.
3) Kesadaran terhadap resiko
Kesadaran terhadap resiko merupakan factor yang meningkatkan berfikir kritis
karena individu akan berfikir hati-hati tetapi dapat menghambat karena dapat
menimbulkan kecemasan.
4) Penghargaan positif
Penghargaan positif meningkatkan berfikir kritis dan membangun rasa percaya diri.

19
5) Faktor Motivasi
Adanya factor-faktor yang memotivasi akan membuat individu berfikir kritis.

1.9 Manfaat Dan Hambatan Berpikir Kritis


1.9.1 Manfaat Berfikir Kritis

Manfaat berfikir kritis meningkatkan perhatian dan observasi, lebih fokus


terhadap bacaan, meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi point-point
penting pada suatu teks, meningkatkan kemampuan berespon terhadap poin penting
dalam suatu pesan, melakukan pilihan dengan mudah, keterampilan menganalisa yang
dipilih dalam beberapa situasi (Cottrell, 2005).
Manfaat berfikir kritis dalam keperawatan meliputi penggunaan proses berfikir
kritis dalam aktivitas keperawatan sehari-hari, mengidentifikasi dan merumuskan
masalah keperawatan, menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing
indikasi, penyebab dan tujuan serta tingkat hubungan, menguji asumsi-asumsi yang
berkembang dalam keperawatan dan melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang
akurat dalam keperawatan membuat dan memeriksa kembali dasar analisis dan
validasi data keperawatan, merumuskan dan menjelaskan tentang aktifitas
keperawatan, memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan, merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan
dalam keperawatan, mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-
nilai keputusan, mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan
asuhan keperawatan.

1.9.2 Hambatan Berfikir Kritis

Hambatan yang dapat terjadi dalam berfikir kritis adalah keliru memahami
makna kritis, kurangnya metode dan strategis, kurangnya praktik, segan melakukan
kritik terhadap suatu keahlian, respon afektif, salah informasi untuk memahami,
kurangnya focus dan perhatian.

20
BAB III
PENUTUP

1.10 Kesimpulan
Dalam proses keperawatan ada yang namanya berpikir kritis. Berpikir kritis ini adalah
suatu konsep dasar dari keperawatan yang digunakan untuk mendapat informasi baik spontan
maupun tidak. Berpikir kritis sangatlah penting dalam proses keperawatan, walupun demikian
tidak semua perawat dapat berpikir kritis. Untuk dapat melakukan hal tersebut seorang
perawat harus mengetahui apa itu berpikir kritis terlebih dahulu dan model-model yang dapat
digunakan untuk berpikir kritis.

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan
terperinci dengan benar benar mempertimbngkan baik buruknya dalam memberikan
layanan kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan. Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan
memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan
mendalam setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien,diri sendiri dan
Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah,
penjelasan, dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti bukti, menilai kesimpulan, membedakan
antar yang baik dan buruknya argument, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil
yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan dalam keperawatan.

1.11 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan mengembangkan dan mengimplementasikan
model dari berpikir kritis, karena berpikir kritis tersebut sangatlah penting dikuasai oleh
seorang perawat kelak. Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam
keperawatan, kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam
berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta
menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan
tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien
akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.

21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37430967/
MAKALAH_BERPIKIR_KRITIS_DALAM_KEPERAWATAN (Diakses pada
Senin, 20 November 2023)
https://www.scribd.com/document/501603580/MAKALAH-Konsep-Berpikir-Kritis-Dalam-
Keperawatan (Diakses pada Senin, 20 November 2023)
https://scholar.google.com/scholar?
as_ylo=2019&q=model+berfikir+kritis+dalam+keperawatan&hl=id&as_sdt=0,5#
d=gs_qabs&t=1700493403142&u=%23p%3DUgP9Ar1ypJEJ (Diakses pada
Senin, 20 November 2023)
https://scholar.google.com/scholar?
as_ylo=2019&q=model+berfikir+kritis+dalam+keperawatan&hl=id&as_sdt=0,5#
d=gs_qabs&t=1700493254085&u=%23p%3DXIUzqO-fTJMJ (Diakses pada
Senin, 20 November 2023)
https://www.studocu.com/id/document/universitas-ratu-samban/physical-education/makalah-
berpikir-kritis-dalam-keperawata/40140523 (Diakses pada Rabu, 22 November
2023)
https://osf.io/48s2y/download/?format=pdf#:~:text=Berpikir%20kritis%20dalam
%20keperawatan%20adalah,untuk%20menganalisis%20penggunaan%20bahasa
%2C%20perumusan (Diakses pada Selasa, 21 November 2023)
https://www.scribd.com/document/432969343/Tes (Diakses pada Senin, 20 November 2023)

22

Anda mungkin juga menyukai