Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh globalisasi di kalangan remaja khususnya pelajar, tak jarang membuat mereka yang

tidak siap telah kehilangan identitas kebangsaan. Akibatnya, banyak di antara pelajar yang tidak hapal
Pancasila dan lagu wajib Indonesia Raya. Tak heran, ketidakpahaman dengan paham kebangsaan dan
nasionalisme itu membuat di antara pelajar saling tawuran. Kita khawatir, jika rasa nasionalisme ini
semakin terkikis maka permasalahan bangsa kita akan semakin parah di masa mendatang. Tidak hanya
khawatir dengan rasa aman dan aksi terorisme yang semakin mengerikan, tetapi juga kekhawatiran
lainnya, seperti terancamnya kedaulatan bangsa di berbagai bidang, seperti teritorial, politik, ekonomi,
hukum, budaya dll. Karena Nasionalisme sebagai produk entitas politik negara-bangsa kerap dijadikan
parameter loyalitas seorang warga terhadap negara sekaligus bangsanya. Ibarat menjadi tungku untuk
membuat masakan matang. Nasionalisme pun diyakini sebagai soko guru ideologi negara- bangsa untuk
menjamin keberadaannya. Sebab, bila sudah luntur semangat nasionalismenya, bangsa ini akan dengan
mudah terkoyak- koyak yang menjadikan disintegrasi bangsa.
Justru kitu, nilai-nilai kejuangan seperti yang diperlihatkan para pahlawan bangsa harus dapat kita
lestarikan. Bukan melestarikan budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. Jika ingin melihat bangsa
Indonesia maju dan berkembang, hal-hal yang negatif, seperti KKN, tindakan semena-mena dari pejabat
dan penguasa harus distop. Tapi, tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan tindakan nyata.
Untuk itu demi membangun masa depan bersama, semangat kebangsaan dirumuskan dengan
sadar, disosialisasikan secara luas kepada masyarakat, dan penyelenggara negara harus memberi contoh
positif kepada rakyatnya hingga semangat dan jiwa nasionalisme bangsa khususnya remaja sebagai
generasi penerus tetap terpatri di dalam jiwa.
Berbicara tentang bangsa berarti berbicara sebuah konsep tentang masa depan. Bangsa dan negara
tidak mungkin dibentuk secara mendadak. Tapi dibentuk untuk mencapai tujuan dan terwujudnya
kesejahteraan serta terjaminnya keamanan. Tapi saat ini yang ada negara bukan tujuan melainkan alat
untuk mencapai tujuan hingga yang saat ini terjadi negara layaknya tidak punya aturan.
Diperlukan pula kewajiban warga sekolah mengimbangi sebagai dukungan kebijakan pemerintah
daerah. Kebijakan yang lahir akan bersinergi sebab dukungan muncul secara holistik tanpa paksaan.
Gerakan nasionalisme kalangan pelajar sebagai kontekstualitas nilai kebutuhan masa depan bangsa.
Eksplisitasi nasionalisme kalangan pelajar dengan gerakan awal dari lagu kebangsaan sehingga
tumbuh rasa empati, humanisasi, persaudaraan, gotong royong, tepa slira, rela berkorban, handarbeni
(memiliki), ikut merasakan pahit-getirnya sebuah perjuangan hidup dan kokoh dalam prinsip.
Nasionalisme memang perlu diwujudnyatakan dalam aksi konkret bagi kaum muda. Aktualisasi
lain dengan lomba menyanyikan lagu perjuangan, gerak jalan, napak tilas, debat, pidato, kemah dan
simulasi dengan tema semangat kebangsaan. Diharapkan siswa mampu melihat kondisi Indonesia secara
keseluruhan. Sehingga melahirkan rasa kecintaan bangsa sebagai filter untuk mempertahankan budaya
dari serangan globalisasi. Cukup sekian pidato dari saya jika ada salah dalam tutur kata mohon di
maafkan dan terimakasih atas kehadiran dan perhatiannya.

Saudara sekalian, di zaman globalisasi ini banyak dari pemuda Indonesia membangga-banggakan
produk-produk yang dihasilkan oleh luar negeri seperti baju, sepatu, tas, dll. Sedangkan barang-barang
buatan anak bangsa dianggap sebelah mata. Ini dikarenakan oleh kesadaran rasa nasionalisme pemuda
sekarang ini sudah semakin berkurang dibandingka dengan dulu. Dulu pemuda seperti kita berjuang
demi memerdekakan Indonesia, selalu bangga dan cinta dengan tanah air. Tapi sekarang, banyak
pemuda sudah kurang rasa nasionalisme, contohnya pemuda sekarang lebih banyak yang melanggar
peraturan hokum di Indonesia seperti ugal-ugalan di jalan, tawuran, bahkan penggunaan Narkotika.

Saudara sekalian, dengan berkurangnya rasa nasionalisme maka semakin berkurangnya


kesadaran bahwa pemudalah yang akan melanjutkan dan memelihara Indonesia ini. Maka dari itu
pemerintah melakukan berbagai cara dan upaya untuk meningkatkan rasa nasionallisme pemuda
Indonesia. Contohnya, dengan memasukkan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kedalam
kurikulum pendidikan. Diharapkan dengan adanya suatau wadah untuk menanamkan bibit-bibit
nasionalisne maka kesadaran pemuda akan meningkat. Hal ini dibuat mengingat kebanyakan anak
pemuda sudah menyentuh bangku pendidikan melalui sekolah, maka melalui mata pelajaran Pkn di
selipkan materi-materi yang dapat membangun rasa nasionalisme. Disamping pelajaran Pkn, ada juga
pelajaran sejarah yang dengan campur tangan pemerintah diselipkan pengetahuan tentang sejarah-
sejarah perjuangan bangsa Indonesia demi mendapatkan kemerdekaannya.

Saudara sekalian, tidak hanya sampai disitu saja peran pemerintah. Demi meningkatkan rasa
nasionalime pemuda, pemerintah membuat suatu kegiatan positif yaitu Upacara Bendera. Kalau di
antara kalian yang bertanya, apakah upacara bendera itu? Mungkin kalian sudah tahu jawabannya, yaitu
segala tindakan atau gerakan yang dirangkaikan serta ditata dengan tertib dan disiplin dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan memimpin serta membiasakan kesedian dipimpin dan membina
kekompakan serta kerja sama dan yang paling penting adalah untuk mengenang jasa para pendiri
Negara. Tapi sesungguhnya dibalik itu ada makna penting yang perlu diingat yaitu melalui upacara
bendera kita harus tetap memelihara nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Tapi pertanyaan yang
paling utama adalah Apakah kita sudah menjadi orang yang tertib? Apakah kita sudah bisa menjaga
amanah untuk menjadi seorang pemimpin? Apakah kita sudah bersedia dipimpin untuk menjaga
kekompakan dan kerja sama? Apakah kalian selalu mengingat bahwa apa yang sudah kalian dapatkan
sampai hari ini adalah hasil jerih payah dan jasa para pahlawan dan tetap menjaga nilai-nilai
nasionalisme dan patriotisme?

Saudara sekalian, maka dari itu saya harapkan mulai dari sekarang, kita belajar lebih tertib,
mentaati segala peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, lingkungan dan agama.
Kemudian kita belajar lebih disiplin, sholat pada waktunya, mengerjakan tugas sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan, membuang sampah pada tempatnya.

Kemudian kita siap belajar menjadi pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri untuk menjadi
anak yang lebih baik dan siap dipimpin dengan menjaga kekompakan dan kerja sama. Kemudian kita
siap belajar menjaga nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme, menggunakan produk dalam negeri,
melestarikan kebudayaan lokal, dan menjaga peninggalan nenek moyang kita.

Saudara sekalian, kesimpulannya adalah meskipun pemerintah telah melakukan berbagai


macam upaya untuk meningkatkan rasa nasionalisme pemuda, kalau tidak didukung oleh pemuda itu
sendiri akan sangat sulit. Jadi kita harus sadar akan pentingnya rasa nasionalisme itu. Karena Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan mengisi kemerdekaan dengan
hal-hal positif seperti yang sudah sampaikan tadi. Marilah kita menjaga amanah sebagai pemuda yang
akan meneruskan bangsa ini, jangan pernah merasa gengsi melakukan sesuatu yang berbau
nasionalisme.

Berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, seperti banyaknya kasus
korupsi, pengangguran, penganiayaan terhadap TKI/TKW, tawuran pelajar, dan yang paling mengerikan
adalah menurunnya jiwa nasionalisme. Budaya barat dianggap lebih modern sehingga melupakan budaya
sendiri. Kemerosotan nilai luhur bangsa terjadi hampir pada semua generasi muda, baik di kota maupun
di desa. Sebenarnya yang terjadi bukanlah penurunan semangat nasionalisme, tapi penurunan jumlah
kaum muda yang peka terhadap kesadaran nasionalisme.
Hadirin yang berbahagia,
Ketika kaum muda meributkan soal selebritis yang sedang terkena kasus perceraian atau tentang
konser grup musik idola ataupun tentang gaya hidup yang modern, maka kedatangan kaum muda yang
membawa topik nasionalisme kadang dikatakan tidak gaul, sok pintar, dan topiknya dikatakan terlalu
berat untuk dipikirkan. Ketika kaum muda ini berusaha untuk memupuk semangat nasionalismenya agar
tidak luntur, berbagai media justru memberondong dengan info-info hiburan dan sinetron-sinetron yang
bahkan tak ada kontribusinya terhadap kemaslahatan publik. Belum lagi desakan ekonomi keluarga yang
menuntut kaum muda untuk memperbaiki derajat hidup keluargnya yang merana. Bagaimana mau
memikirkan tentang nasionalisme sedangkan isi perut untuk hari esok saja masih tak tentu wujudnya.
Yang tak kalah tragisnya, kaum muda yang berasal dari kalangan berada juga sudah terlalu sibuk
memenuhi tuntutan orng tuanya untuk membantu memikirkan tentang masa depan usaha keluarganya,
sehingga tak ada lagi waktu untuk memikirkan tentang bualan-bualan nasionalisme.
Hadirin yang berbahagia,
Ketika orang tua, kalangan pendidik, pejabat, dan pemerintah menunjukkan gejala yang
memprihatinkan tentang kesadaran nasionalismenya, maka kaum muda kebingungan karena kehilangan
figur nasionalis. Tidak ada lagi contoh nyata yang bisa diteladani untuk membangkitkan kesadaran
nasionalisme itu. Apa yang bisa ditiru ketika kekayaan tambang dan sumber minyak Indonesia yang
begitu melimpah ruah, justru diserahkan kapada pihak asing untuk dikelola. Alasan bangsa Indonesia
belum memilki teknologi yang memadai untuk mengelolanya? Bagaimana mungkin kesadaran
nasionalisme itu bisa terbentuk ketika pejabat negara yang seharusnya adalah seorang abdi negara dan
pelayan masyarakat justru sibuk berupaya untuk meningkatkan citra diri dan memperkaya diri sendiri?
Bagaimana bisa berpegang teguh pada nilai-nilai luhur bangsa ketika para pemimpin justru sibuk mencari
massa? Bagaimana bisa menghargai jasa para pahlawan ketika pelajaran Sejarah, Pancasila dan
Kewarganegaraan dianggap sebagai ilmu sampingan yang nilainya tak berharga dibandingkan pelajaran
Ujian Nasional? Bukankah itu semua menjadikan kita semakin mengalami krisis nasionalisme?
Hadirin yang berbahagia,
Sudah saatnya kita berbenah diri. Kita sebagai generasi muda wajib menumbuhkan jiwa
nasionalisme yang sudah mulai pudar ini. Nah, sekarang bagaimana cara kita sebagai seorang pelajar
dalam upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme itu? Mudah saja. Pertama, setiap hari Senin kita mengikuti
upacara bendera. Melalui kegiatan ini secara tidak langsung siswa diajak mengenang kembali perjuangan
yang dilakukan para pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan. Apalagi dengan dikumandangkannya
lagu kebangsaan Indonesia Raya diharapkan semakin memperkokoh semangat nasionalisme. Kedua,
memakai produk dalam negeri, misalnya memakai batik. Saat ini batik Indonesia telah mendapat
pengakuan sebagai warisan dunia dari UNESCO. Pengakuan ini semakin diperkuat dengan ditetapkannya
hari batik setiap tanggal 2 Oktober. Maka, banggalah apabila kita menggunakan baju batik. Ketiga, kita
ikut merawat fasilitas umum. Dimanapun kita berada, baik itu di rumah sakit, terminal, pasar, kamar
mandi umum, maupun di sekolah. Janganlah kita mencorat-coret dindingnya dan membuang sampah
sembarangan. Kalau fasilitas umum itu terlihat bersih dan indah, maka tentunya kita pun akan merasa
nyaman. Keempat, yang bisa kita lakukan dalam upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme adalah bangga
menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang telah mempersatukan keanekaragaman bahasa, suku, agama
dan budaya. Terakhir, berupaya melestarikan budaya bangsa melalui seni, misalnya mengikuti
perlombaan/pertunjukkan seni tari tradisional, seni lukis, bahkan seni peran yang bertajuk semangat juang
untuk negara.
Hadirin yang saya hormati,
Banyak hal yang bisa kita lakukan agar jiwa nasionalisme ini tetap menyala bahkan membakar
semangat kita. Kita sebagai seorang pelajar jangan hanya berpangku tangan, bergeraklah!! Kalau bukan
kita yang mencintai negeri ini, siapa lagi? Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal yang paling kecil,
mulailah hari ini!
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami

Anda mungkin juga menyukai